Asrama bukan Asmara


Sudah hukum alam, mungkin ya, setiap yang gemerlap selalu menyimpan sisi kelam. Cahaya indah yang terpancar dari kota menghibur setiap mata yang melihatnya. Siapa yang tidak ingin tinggal disisi tertinggi bumi ini. adalah sebuah keistimewaan bisa menyaksikan keindahan alam. Tapi indah yang terpancar dari sisi itu belum tentu benar adanya. Cahaya itu bisa saja menipu. Bisa saja sulap dengan sengaja dimuat didalamnya, sehingga kau terpedaya. Terlena dan memutuskan untuk berkunjung ketempat itu. Barulah kau menyadari ketika sampai, bahwa tempat itu tidak lebih indah dari ilusimu. Bahwa yang indah hanya indah untuk dipandangi, bukan untuk dijamah.

*********
Aku telah menghabiskan setengah dari hidupku tinggal diasrama. Kau boleh tanya, baik buruknya asrama. Sejauh ini setiap asrama yang telah aku huni masih memberikan pelayanan yang sama; sama buruknya.

Secara bangunan mereka semua sangat menipu. Kokoh, tebuat dari beton. Bahkan lebih indah dari rumah milik orantuaku. Tapi jangan ditanya tentang kenyamanan, kebersihan. Mereka suma sana buruknya.

Sejak SMP aku telah menyicipi pahit (manis)nya asrama. Berbicara tentang makanan, mungkin ini yang telah mempengaruhi pandanganku tentang asrama. Makanan yang mereka sajikan selama itu lah yang telah menggoreskan tinta negatif didalam pikiranku.

"Maklumlah, asrama kan banyak orang. Mereka harus masak banyak, jadi kalau rasanya tidak enak ya biasa." Sering kali nada seperti ini terlontang dari orang yang tidak merasakan tinggal diasrama. Apakah itu tulus murni sebuah pernyata iba atau hanya ingin menghibur (anak atau bagian dari keluarganya) yang tinggal disana. Daripada minta keluar, mungkin, akan menjadi masalah besar.

Tapi tahukah kita, masalah makanan adalah masalah yang paling sensitif. Apabila setiap mereka yang berkutit dibidang jasa menyediakan makanan, bisa menanamkan dalam diri mereka bahwa "aku hanya akan menyajikan makanan, yang aku sendiri ingin memakannya," maka masalah akan selesai disana. Tapi tidak! Mereka masak karena harus melakukannya. Karena bisa tau tidaknya mereka makan, tergantung sepenuhnya disana.

Sebenarnya yang menjadikan suatu negara itu maju adalah rakyatnya yang penuntut. Selama penikmat tidak menuntuk apa-apa maka penyedia jasa akan menganggap semuanya sedang baik-baik saja. Jadi, sebagai penikmat kita juga seharusnya ikut berpartisipasi dalam perbaikan pelayanan. Berikan komentar secara lisan, atau bila perlu protes dalam bentuk tindakan. Jangan kunjungi tempat masakan itu, kalau dia tidak menyediakan pelayanan yang layak.
*******

Awalnya sempat berpikir bahwa bungkusan yang rapih dan tertata, pasti menjanjikan kwalitas. Ternyata tidak sepenuhnya begitu. Bisa saja bungkusan yang rapih, memang dibuat sedemikian rupa untuk menutupi setiap kebobrokan yang ada.

Hari ini genap seminggu tinggal diasrama baru yang kuakui cukup megah dan fancy. Untuk menuju kamar saja harus menaiki lift. Masuk kamar menggunakan kartu, bukan lagi kunci tradisional. Isi kamarnya juga lebih baik dari asrama sebelumnya walaupun harus diakui bahwa jumlah orang perkamar masih layak dikritisi. 4 orang perkamar bukanlah hal yang efisien. Sekarang ini semua orang butuh privasi. Dan tidak semua orang bisa tenang hidup berdampingan dengan banyak orang yang berbeda rutinitas dan kebiasaan. Kapan mereka tidur. Kalau penganut tidur cepat digabung dengan penganut tidur larut, bisa-bisa akan terjadi perang dahsyat disana.
Tiga atau dua orang cukuplah.. Atau empat tapi dengan ukuran kamar yang lebih luas.

Didalam kamar juga tersedia meja belajar. Ini yang mebuatku lebih senang disini. Aku bisa melihat dan menikmati buku-bukuku 24 jam sekarang. Sebelumnya aku harus meletakkannya didalam lemari yang dibuka hanya ketika akan mengganti baju atau ketika mengambil sesuatu. Kemungkinan untuk membaca jadi lebih minim.

Letak kamar yang kupilih cukup strategis, padahal tidak ada sistem observasi lapangan sebelumnya. Dari jendela kamar, setiap malam aku bisa menikmati bintang hayalan. Ketika kukatakan bintang hayalan maksudanya adalah cahaya lampu. Berhubung letak asrama ini sedikit ditempat yang tinggi, menjadikan kota sebagai panorama yang sangat indah dimalam hari, seperti bintang. Cahaya yang dipantulkan oleh rumah-rumah membuat semuanya sangat indah.

Ironis, semua keindahan ini dirusak oleh hanya setitik kesalahan. Lagi, bagian makanan. Asrama ini bisa menampung 1600 orang. Dengan orang sebanyak itu tentu tidak cukup kalau hanya menyediakan satu ruang makan. Atau lebih tepatnya tempat mengantri makanan. Apa jadinya kalau 1600 orang ini makan dalam satu waktu? Bisa dipastika bagaimana bentuk antrian yang akan mengular. Dan ini sudah pasti akan terjadi, karena mereka semua adalah mahasiswa. Dipagi hari hampir semua akan kesekolah. Sebelum kesekolah pasti mereka sarapan.

Berhubung ini masih tahap pembenahan, karena asrama ini benar-benar baru. Semoga saja akan ada perubahan disistem ini. bahkan wifi saja belum dipasang. Ini yang paling krusial bagiku. Tanpa internet, sulit buntuk belajar. Apalagi dengan kondisi perpustakaan yang tidak memadai.

Terkadang, ketika mengingat kembali sejarah masa lalu, dan melihat kondisi saat ini aku malah merasa bahwa asrama berperan aktif dalam menjadikanku pendek. Makanan yang mereka sediakan tidak memenuhi gizi yang aku butuhkan. Ah, aku hanya mencari orang yang bisa disalahkan saja. Ini sudah faktor genetik.

Wassalam…   

0 comments: