Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un..
Kembali, kini pahlawan wanitaku pun pergi. Semoga Engkau berada ditempat yang istimewa disana. Maaf Nek telah menolak permintaan terakhirmu. Waktu itu Aku merasa kata-katamu itu masih ngaur. Kau telah sering kali mengucapkan kata-kata itu sehingga ku percaya kita pasti masih akan bertemu.

Aku masih ingat lambayan tanganmu ketika ku pamit. Pelukanmu. Bisikanmu. Dan kata terakhirmu, "Do'akan aku! Kau pergi hari ini, kau pasti tak akan melihatku lagi" kata itu terngiang-ngiang ditelingaku hingga kini.

Nek, Aku janji akan terus jadi cucu yang membanggakan. Maafkan keegoisanku telah memilih impianku dari pada duduk disampingmu menemani masa tua mu. Memilih untuk meninggalkan masa-masa dimana kau sesekali meminta ku untuk menuntunmu membaca Al-qur'an yang tak lagi terlihat oleh mata. 

Maaf juga karena Aku seringkali bicara dengan nada tinggi karena kau tak lagi jelas mendengar suaraku.Untuk harapanmu yang terakhir, Aku kan terus jaga. Tak akan kulupa. Ia, aku kan terus mendoakanmu.

Kalaulah bukan darah yang mengikat kita. Sentuhan tangan sejak bayi itu masih terasa hangat hingga kini. Kau adalah nenek ku. Ditinjau dari segi apapun. Aku cinta kamu, nenek ku. Maaf aku tak ikut melayatmu. Maaf aku tak ikut menemani hari terakhirmu. Maaf hanya do'a yang bisa terucap.

Tenanglah disana nenekku. Rasanya kali ini tak ada lagi gunanya aku pulang ketika musim libur tiba. Tak ada lagi orang yang membuatku berpikir 2 kali pulang kerumah, kalau hanya dengan tangan kosong. Rumah itu jadi sepi, tanpamu!

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, Nenek Aisyah. Nenek yang lebih dari seorang enek. Nenek yang selalu menganggapku adalah cucu terbaik. Yang selalu ringan tangan untuk membantu orang lain. Semoga Allah menerima amal ibadahmu Nek. You’re not gone left nothing! You did the best in your life..
The pic is taken from google.com
Sering sekali kita mendengar kata-kata petuah "Jadilah Apa yang Kau Inginkan". Namun pada kenyataannya sangat sulit menjadi apa yang diinginkan. Demi untuk menjadi apa yang diinginkan, acap kali seseorang harus melewati banyak rintangan. Mengorbankan apa yang dimiliki, mulai dari harta, pikiran maupun waktu.

Ketika masa ujian, tak jarang para siswa mengucapkan niat atau nazar untuk kelulusan. Mereka percaya dengan begitu ada kemungkinan besar baginya mendapatkan hidayah tuhan. "Takdir ada ditangan tuhan" kata mereka. Aku percaya dengan itu. Campur tangan tuhan pasti ada dalam
segala denyut nadi kita.

Hal ini juga yang sering di buat keliru oleh beberapa oknum. Sering disalah artikan. Banyak yang bernazar tapi tanpa aksi. Bagaimana mungkin Tuhan memberikan hidayahnya untuk orang yang tak berusaha. Padahal sudah jelas dalam Al-qur'an "Tidak akan berubah suatu kaum kalau mereka sendiri tidak merubahnya”. Dengan kata laim tuhan bilang “Semua keputusan ada ditangamu” .

Aku dan Kakakku sering menelpon Orangtua, bahkan ketika waktu libur untuk meminta didoakan oleh Ibu. Ridhallah fi ridho walidaini. Ibu sering bilang "Makanya jangan pernah ninggalin shalat, kalau kamu tidak shalat bagaimana mungkin do'a bisa terkabul. Hp saja kalau tidak sama-sama aktif, tidak akan terhubung". Setelah meresapi kata-kata itu, hati kecil ku langsung meng-iakan. Dan memang masuk akal.

Pada dasarnya hidup akan indah dan mudah ketika itu kita jalani dengan sepenuh hati. Ketika itu benar-benar datang dari hati. Banyak contoh orang-orang yang mengakhiri sekolahnya ditengah jalan karena tidak sanggup terus menerus dipaksa oleh keadaan. Tak jarang juga ada yang nekad mengakhiri hidupnya hanya karena lelah memikirkan keinginannya yang terus menerus ditentang atau karena usaha yang telah ia lakukan tak kunjung mebuahkan hasil.

Untuk itu jadilah apa yang kau inginkan. Tak perlu menyerah pada keadaan. Jangan biarkan ada yang memagari mimpimu. Namun jangan lupa pula, dalam pagar ada pintu. Maka sudahkah kamu memiliki pintu itu. Pintu yang bisa menghalangimu jatuh ketempat yang malah akan menghancurkanmu. Dalam artian, boleh berusaha untuk menjadi apa yang diinginkan selagi itu tak menghancurkanmu dan akidahmu.

The pic taken from goggle.com
Beberapa hari yang lalu temen saya baru pulang dari Indonesia untuk menghabiskan liburan musim panas. Dulu ketika dia menyatakan niatnya akan pulang ke Indonesia, sebagai orang yang gak pulang kampung pas summer aku langsung menginterupsi untuk nantinya dibawakan novel terakhir dari triloginya A. Fuadi. Rantau 1 Muara. Untulah dia memang mebawa novel pesanan ku itu. Tak perlu menunggu lama, hanya dalam sehari saja aku sudah menyelesaikan novel yang berjumlah 104 halaman itu.

Sejauh yang ku baca satu hal yang membuatku terkagum-kagum dan iri (kalaulah isi dari novel itu pengalaman asli). Aku sangat iri dengan cerita masa kecil mereka yang hobi membaca buku. Dalam buku itu juga diceritakan kalau keluarga mereka juga pencinta buku. Indahnya masa kecil yang mereka lalui

Terdapat banyak nama-nama buku terkenal yang mereka baca. Dengan membaca banyak buku-buku tersebut membuat cara berkomunikasi mereka tampak smart. Sangat mencirikan orang yang pendidikan. berpemahaman mereka luas.

Aku sangat iri dengan cara keluarga mereka mendidik. Indah rasanya kalau punya kebiasaan membaca. Menghabiskan buku-buku tebal tanpa mengernyitkan dahi.

Entah sejak kapan aku jadi mulai suka baca. Dulu melihat orang-orang nenteng novel saja aku sudah menelan ludah, tanda meng-aduh. Huh.. kataku dalam hati. Yang jelas waktu SMA aku jadi sering ke pustaka. Jadi suka minjem novel si Asma. Temen sekelasku. Waktu itu kebetulan bukunya A. Fuadi juga. Kadar bacaku masih tahap buku-buku cerita. Kalau buku pelajaran masih suka bosan. Tapi kalau tentang philosophy dan sejarah aku sangat suka.

Sejak saat itu aku jadi berniat untuk jadi collector buku. Suatu hari aku akan punya perpustakaan mungil hasil buku yang aku beli. Dari sekarang akan ku jaga dan kan ku bawa pulang satu persatu saat musim libur tiba. Hitung-hitung ngumpulin mainan masa tua nanti. Ketika tak ada lagi yang bisa dilakukan selain duduk dirumah. Dari pada bosan tua hanya duduk-duduk saja. Mending baca buku.

Bisa juga dijadikan warisan untuk anak cucu. Warisan harta bisa habis dibeli tapi kalau mewariskan buku yang isinya adalah ilmu dan pelajaran hidup itu, tidak akan pernah habis sampai kapanpun.

Akan ku ajarkan mereka budaya membaca. Bayangkan kalau anak nangis-nangis minta dihadiahi buku, bahagia rasanya. Daripada minta mainan yang sepulang dari toko mainan bisa langsung rusak dan merengek minta beli lagi yang baru. Sangat menyedihkan. Begitu terus tak pernah usai.

Mari budayakan membaca kepada sekeliling kita sejak dini. Mulai dari anak-anak kita dan keluarga kita. Kebetulan sekarang saya sudah punya dua keponakan. Saat waktu libur tiba nanti akan kubelikan mereka buku. Umur keduanya masih 3 tahun dan 2 tahun. Kalaupun yang dibutuhkan mainan akan kubeli mainan yang edukatif.

Kemarin waktu ke D&R aku pernah lihat mainan anak. Buku berwarna pink. Pas sekali, pikirku. Mungkin aku bisa memulai untuk memberi buku itu. Tak apalah kalau di awal-awal dia merobek-robek dulu. Setidaknya warnanya bisa membuat dia senang. Nanti juga dia suka. Dan lama-lama, setiap kali aku pulang dia akan menagih buku lagi. Kalaulah buku itu berbahasa Indonesia aku pasti sudah ku beli. Mungkin nanti aku bisa beli di D&R Indonesia.

Semangat Budayakan Membaca…!!!


This pic taken from Google.com

Beberapa hari ini aku susah tidur. Seperti biasa hal yang membuat susah tidur pasti pikiran tentang masa depan. Memikirkan kira-kira apa yang akan ku lakukan beberapa tahun kedepan. Apa yang akan ku ajarkan nanti ke Anak-anakku, dsb.  Walah-walah, belum melakuin apa-apa saja sudah mikirin masa depan.

Sejak SD Aku memang sudah terbiasa membuat plan masa depan. Untungnya orang tua ku juga sangat demokratis dalam hal pilihan hidup. Sejauh pilihan itu masih di batas kewajaran dan yang terpenting pilihan itu makes sense.

Caranya yaitu dengan melihat sekitar. Biasanya saya sudah punya rule model (dari kalangan keluarga atau orang yang saya kenal) yang saya jadikan acuan untuk mebuat keputusan itu.  Misalkan waktu SD ketika akan membuat keputusan melanjutkan SMP di mana,  Aku melihat orang sekitar yang layak di jadikan contoh siapa dan pengaruh dia setelah bersekolah disana bagaimana.

Jadilah Aku mengusulkan untuk bersekolah di ponpes A. Yang menjadi rule model waktu itu adalah kakak (cewek) anak tetangga. Sejauh yang ku lihat dia sangat sukses membuat orang-orang melihat dia sebagai orang bercitra baik. Tentu masyarakat akan menganggap bahwa si A telah sukses berkat didikan sekolah nya. Dan saya tertarik ditempa untuk menjadi orang sukses selanjutnya, kataku dalam hati.

Untuk meyakinkan keputusanku itu, sebulan sebelum benar-benar apply Aku di ajak orang tua untuk survey. Melihat keadaan lingkungan disana. Dan sukses. Belum apa-apa saja Aku sudah terkagum-kagum dengan bangunan asrama dan sekolahnya yang terbuat dari beton. Lebih hebat dari rumahku yang sudah hitam kusam terkena asap kayu bakar yang digunakan Ibuku untuk memasak sehari-hari. Belum lagi Nenekku yang tidur saja bersebelahan dengan api.
*Kampung halamanku itu letaknya di kaki gunung (Dataran Tinggi).  Hawa disana sangat dingin. Bisa dibilang seperi musim gugur  atau semi. Dikarena suhu dingin ini dibuatkanlah wadah yg digunakan untuk membuat api-apian (Api unggun versi mini) sebagai pengganti room hitter (calorifer) kalau dinegara maju. Tapi seiring dengan kemajuan zaman dan ketakutan akan hilangnya keindahan rumah (disebabkan asap) banyak orang yang telah meninggalkan kebiasaan ini. Mereka memilih kedinginan dan bersahabat dengan baju-baju tebal (jangan pernah membayangkan baju winter).

Normalnya pendidikan di pondok itu harus 6 tahun. Baru kelas 2 setara SMP, Aku sudah punya plan baru lagi. Aku ingin SMA di Banda Aceh, yang secara teritori adalah ibu kota provinsi Aceh. Tak tanggung-tanggung waktu itu Aku sangat berniat untuk masuk salah satu SMA paling diminati seprovinsi. SMA ini adalah kebanggaan pemerintah provinsi. Setiap tahunnya ada 700-an calon siswa yang beradu hanya
untuk mendapatkan 120 (waktu itu 2008) bangku yang tersedia.

Seperti yang telah kukatakan, aku pasti punya rule model. Kali ini yang jadi rule model adalah kakak kelasku. Sebenarnya 2 sekolah yang menjadi targetku, keduanya ada di Banda Aceh. Tapi sistem pendidkan sekolah yang satunya sama seperti di pesantren. Bahkan itu memang pesantren. Tapi yang ini berdaya saing tinggi dan namanya sudah buming dikalangan olimpiade dan debate-debate tingkat provinsi.

Sepertinya aku butuh atmosfer baru.
 
Seperti yang ku katakan, orantuaku sangat mendukungku dibidang pendidikan. Kali ini Aku juga langsung survey ke lokasi. Dalam waktu satu bulan kedepan Aku akan dititipkan di Banda Aceh ke Abang  (saudara sepupu) yang kebetulan sedang berkuliah disana. Untuk beradaptasi kata Ayah.

Kali ini Aku gagal untuk masuk SMA plat merah nomor 1 seprovinsi itu. Tapi Aku sudah keburu cerita keteman-teman di Pondok dan keguru-guru tentang masalah ini. Rasanya malu saja kalau tiba-tiba mukaku masih terpampang disana. Akhirnya Aku apply lagi d SMA-SMA umum yang tidak berasrama. Waktu itu ada satu pilihan lagi sekolah berasrama yang menjadi rival SMA nomer 1 tadi. Masalahnya dari informasi yang ku dapat, masa seleksi siswa baru sudah usai. Namanya pemenangnya saja sudah terpampang jelas.

Ah.. mungkin nasibku memang beda. Aku bersama saudara sepupuku mencoba mendatangi sekolah-sekolah umum di Banda Aceh. Hampir semua sekolah yang unggul kami datangi. Sampai-sampai SMK juga, tapi Aku merasa tidak expert di SMK. Pandangan kuno ku tentang SMK juga menjadi salah satu alasannya. Dulu bayangan yang ada dipikiranku ketika dengar kata SMK adalah mesin dan pertanian.

Sekarang Aku berada di salah satu SMA. Aku sangat tertarik dengan program yang disediakan sekolah itu. Program percepatan. SMA hanya 2 tahun. Ini gila pikirku, kalau aku bisa ikut program itu. Alih-alih mau daftar ternyata orang-orang lagi ujian. Pendaftaran untuk program umum juga sudah tutup.

Beralih lagi ke SMA lain. Kali ini SMA-nya sangat megah bertingkat-tingktan sampai lantai 6. Ketika hendak mendaftar ternyata sulit untuk calon siswa yang berasal dari luar kota. Harus punya rujukan dari pemerintah kabupaten. Gugurlah niatku jadi siswa sekolahelit ini.

Sampai akhirnya aku sekolah di tempat yang tak pernah ada ekspektasi ku sama sekali. Melihat bangunannya saja Aku tidak selera. Tapi saudara sepupuku meyakinkan, sekolah ini bagus kok dengan segala evidence yang dia berikan. Aku mengiyakan.
Namun ternyata pada akhirnya sangat berkesan. Dengan teman-teman yang aku dapatkan sana, semua sangat membantu proses pembentukan jati diri. Pengalaman tinggal dikos-kosan dan lain sebagainya.

Masa SMA ini Aku masih tidak bisa melepaskan kebiasaan berplanning . Disaat kelas 2, Aku sudah terpikir tentang kuliah. Otakku seolah punya sayap. Mereka ingin menerbangkan badangku kepulau Jawa, Joga tepatnya. Aku sangat amaze dengan predikat kota Pendidikan yang digelar Jogja. Keinginan ini pun kusampaikan ke orangtua. Yang paling setuju adalah Ayah. Ibu, ragu dengan keuangan. Nenek takut dengan jarak yang begitu jauh. Kata-kata andalannya untuk menahannku adalah "Kamu nanti tidak bisa lihat Saya lagi".

Alih-alih ke Jogja saya malah kepincut dengan beasiswa yang ditawarkan salah satu organisi asal Turki untuk berkuliah disana. Padahal untuk menentukan Jogja sebagai pilihan, Aku telah research melalui internet sejak SMA kelas 2. Menghubungi orang yang berkuliah di Jogja yang tidak aku kenal sama sekali. Sedangkan ini baru datang 3 bulan sebelum kelulusan SMA dan Aku seperti terpelet.  Informasi seluk-beluk organisasi ini saja saya belum jelas. Ntahlah... Terkadang plan juga punya anak. Plan A, Plan B.. dst..

Membuat planing hidup sangatlah penting. Aku pernah menonton Kick Andy yang saat itu bintang tamunya adalah pemilik warung Pecel Lele Lela yang terkenal dan sudah punya banyak cabang di Jakarta juga dibeberapa kota lain di Indonesia. Yang saya sangat kagumi adalah kata-kata yang ia pegang teguh. Sedikit banyaknya isi kata-katanya begini "Buatlah rencana hidupmu, atau kamu akan hidup diatas rencana orang lain selamnya". Kata-kata inilah yang menjadi mantranya untuk berwirausaha. Merasa cocok denganku kini kuadoptasi menjadi mantraku juga.

Mari tentukan jalan hidup kita sendiri!!


A couple days ago I asked my cousin to make a design for coffee package. Here is it
Everybody has a dream. That is normal what human being does. The thing that makes someone different from somebody else is the way how to prove their dreams. Whether they just let those all blowing up like the suds or they will work hard to make those all come true.

That fulfilled my head. There is something stay in my head for long time and never stop whispered me with words "Hey you wanna be looser? Always just dream a lot without try to prove it". He always ends up his mouth with word "Jackass".

Now I want to kick the ass of this dog. Make his mouth stop pushing me with that word. I want to prove it that I am not a looser.

Actually I am the one who dreams a lot. But I am not just dreamed it. I also tried to think how to find the way to get there.  Then, that whisperer asks me again: Oh.. bullshit. You can only talk. Prove it. Jackass.

Okay then I decided to tell him my secret. The whole plan of my future. If you still did not believe me. Let me make you sure with this plan.

"Now I am on my way to get there. I want to be entrepreneur but as you expected that I have no money. So, I have to look for money first. I have to scrape money for the capital of my business. The only make sense way to get a lot of money is having "Degree" paper. So I have to graduate first. Then I can get comfort job that will helps me to take a lot of wages. When I got the amount of money I needed I'll quit and make my own company" Is that make a sense for you?? I'm scream out

"Oh yah ??" he mocks me. So, what kind of company you gonna make?

"Wait? Why so tempted ? Are you gonna steal my idea ?"

"Calm down buddy. I'm not exist"

"Okay.. I'll tell you, then"
Well, frankly speaking I have a lot but let me pick you one. As you know, that I am grown up and spent my self forming time in Gayo highland. Gayo highland is one of biggest coffee productor in South-east Asia for Arabica coffee, besides Vietnam for robusta. Afterwards, I was thinking to make a real manufacture of coffee. So we can process it ourselve. Just let the world taste its coffee without steal it and pretend that the coffee is come from their own coffee plantation. Finding the facts that today's coffee price is so unfair. May be by making this factory we can one step ahead helping them out from the "price" problem. Anyway I was also thinking to have cafes that will spreading abroad around the world.  Kicking down the starbacks."

Save breath..

This pic is taken from Google.com
Seperti biasa ketika alarm di ponselku berbunyi untuk membangunkanku shalat subuh aku tak langsung begegas ke kamar mandi untuk berwudhu. Seolah perlu jeda beberapa saat bagiku untuk menyadarkan "Hey, ini bukan dunia mimpi lagi". Bahkan tak jarang juga aku malah cuma bangun untuk mematikan alarm yang "annoying" sekali itu lalu kembali tertidur. Untuk menghindari ketinggalan shalat subuh aku sering mencoba untuk tidur dalam keadaaan duduk. Dengan alasan kalau nanti tertidur pasti akan jatuh. Kalau jatuh jadi bangun lagi. :D :D Ternyata bisa, tapi ujung-ujung terkulai dan kembali tertidur manis juga. hehehe :D :D

Alasan yang membuat sering susah bangun pagi itu sih karena semalaman bergadang. Nyiapin tugas makalah, oh no no no, Bukan. Berhubung kemarin lagi summer holidays jadi kami cuma stuck d apartmen aja sepanjang hari. Kalau malam ya, ada yang main dota, ada yang nonton film-film download-an.

Kalau siang hari malah dipake untuk tidur. Bahkan terlalu panas untuk keluar rumah. Awal-awal masuk musim panas pernah terbesit untuk kerja. Sering dengar kan tuh, para students abroad di luar negeri ngabisin summer holidaysnya buat kerja. Masalahnya ini bukan Eropa, bukan juga Amerika, bukan juga Aussie, ini
Turki bung. Di Turki tidak ada izin bekerja untuk pelajar asing. (Kabar terakhir sih katanya sudah ada kepetusan baru. Mahasiswa asing boleh bekerja 24 jam dalam seminggu)

Walaupun diizinkan tetap saja sulit untuk mencari pekerjaan. Untuk natives aja masih banyak yang butuh pekerjaan. Sampai-sampai banyak orang Turki yang menyebar jadi imigran di negara-negara eropa seperti
Austria dan German.

Jadi ceritanya sekarang sudah masung September. Ia September (untuk meperjelas) hehehe :D :D Dan ini sudah masuk Autumn. Kota lain sih sudah dingin dari awal september. Beda kalau Adana. Adana itu seperti
anak baik yang rela mengantri untuk berada di line pengantrian dalam waktu lama, sebelum akhirnya bisa dapat karcis. (Gak juga) Winternya di Adana cepat banget selesai. Kota lain masih dingin disini sudah panas.
Maklum lah, Adana berada di Mediterranean Turki. Kalau dilihat di peta berada di sudut bawah. Berbatasan dengan Suriah. Jadi bisa disebut hawanya lebih ke Arab-arab-an. Panas.

Ngomong-ngomong Autumn, sehari yang lalu tiba-tiba  ada angin yang kencang sekali. Sebut aja angin tornado. Kami juga panik dan buru buru untuk nutup jendela-jendela yang pada dibuka (ceritanya kan summer panas, jadi jendela-jendela dibuka). Untuk menggambarkan kencangnya itu angin sampe-sampe ada kaca jendela di apartmen sebelah yang pencah. Itu belangsung hampir 7 menitan. Tidak terlalu lama setelah angin itu tiba-tiba hujan turun. (Kejadiaanya persis kaya di dongeng-dongeng kalau mau terjadi sesuatu yang unexpected)

Yang paling aneh sih hari setelahnya. Sekarang tiba-tiba suhu di Adana jadi dingin. Kalau subuh kaya gini jadi menggigil. Panas aja kalau bangun rada susah karena alasan ngantuk. Apalagi kalau dingin gini
yang bawaannya ngantuUUUk terus.

Saya jadi terpikir, emang kalau pergantian musim harus ada kejadiaan dramatis gini ya? Soalnya di timeline twitter beberapa hari yang lalu (malam awal september) juga heboh dengan hujan dibeberapa kota Turki (kecuali Adana). Adana tidak hujan waktu itu. Jadi saya tidak ikut menghebohkan fenomena hujan itu di twitter (Hujan disini jarang-jarang cuy ngga kaya negara tercinta Indonesia. Sampe banjir) Hehehe :D :D :D

Semoga winter kali ini ngga sebobrok tahun lalu. Shalat subuhku banyak
bolong, karena alasan dingin tadi.

Welcome Autumn...
Let me be with you, but don't hold me to hard (especially at subuh). I
have an obligation to do..