The pic is taken from Google.com

Sebagai sorang muslim lebaran adalah hari yang sangat istimewa. Bahkan semua kalangan bisa kecipratan bahagianya hari itu, karena bisa merasakan hari libur. Ternyata sudah 3 kali lebaran kulewati tidak bersama keluarga. Aku memang sudah merantau sejak SMP, tapi kalau masalah lebaran aku selalu bela-belain pulang. Tidak untuk saat ini. Jarak yang jauh dan besarnya biaya yang harus dikeluarkan membuatku memilih untuk tidak pulang. Sebenarnya ada permasalahan lain, aku harus mengurus masalah kampus yang tidak akan bisa dilakukan jarak jauh kalau ku di Indonesia waktu itu.

Ceritanya aku sampai di Turki tahun 2012, tepatnya tak lama setelah Idul Fitri. Seperti biasa kalaulah Idul Fitri baru selesai berarti Idul Adha tak lama lagi akan menyusul. Jadilah waktu itu menjadi lebaran pertaman ku di LN.  Kalau masalah lebaran tak bersama keluarga pernah sih. Tapi itu masih di dalam negeri. Masih bisa merasakan masakan Indonesia. Nah, kalau yang ini di LN yang makanannya nggak ada Indonesia-Indonesianya sama sekali. Terus diajak kerumah orang yang nggak kenal sama sekali. Bahasa lokal masih belepotan yang kalau mau minta bumbu atau garam aja masih bingung. Akhirnya ngungkapin semuanya dengan bahasa tubuh. Itu mungkin lebaran yang paling strange buatku, awalnya. Tapi setelah menerima perlakuan baik keluarga itu akhinya daging (sate bakar tanpa bumbu, cuma garam) yang ia suguhkan menjadi serasa seperti sate padang. Salad yang tadinya kau tak suka jadi serasa seperti salad mahalnya Meksiko.

Rumah keluarga itu berada diperkampungan di dekat pantai Laut Tengah. Untuk menuju kerumahnya harus melewati jalan-jalan yang sedang dalam proses pengaspalan. Masih banyak krikil-krikil. Perkampungan itu dikelilingi ladang warga. Yang sedang panen waktu itu kacang tanah. Kacang tanahnya sama seperti penanamnya (besar-besar) 2 kali lebih jumbo dari kacang tanah Indonesia. Setelah tinggal di Turki selama ini aku jadi sering berspekulasi sendiri seperti bahwa semua yang kecil-kecil di Indonesia disini jadi besar, sebaliknya semua yang besar dan panjang disini jadi kecil dan pendek. Contohnya kacang panjang disini pendek. Yang membuatku iri dan mengutuk tanah airku adalah alat perkebunan mereka. Mereka punya traktor yang canggih. Aku juga tinggal di daerah perkebunan dan aku belum pernah melihat alat secanggih itu. Paling banyak petani memakai cangkul. Paling canggih mesin babat. 

Oke, itu cerita lebaran pertamaku. Lalu gimana rasanya puasa pertama di LN yang saat itu adalah musim panas. Suhunya bisa di atas 40. Lebih-lebih kalau puasanya di kota yang terkenal panas, Adana. Bahkan warga lokal saja menyebut “cahanam gibi” seperti neraka. Untunglah aku tak sering keluar rumah, hanya kalau ingin membeli sesuatu bekal buka puasa. Bukan karena takut dehidrasi tapi busana musim panas mereka yang bisa-bisa membuat puasaku batal. Hehe :D 

Tak mau menjadikan lebaran Idul Fitriku seperti Idul Adha sebelumnya, akupun berangkat ke Ankara beberapa hari sebelum lebaran. Dalam benakku KBRI pasti mengadakan acara halal bi halal. Pasti banyak makanan Indonesia. Hihi :D #becanda. Kami memang sudah berencana untuk reuni di Ankara bersama teman-teman se-kloter waktu berangkat ke Turki. Dan benar saja rasanya indah sekali bisa shalat ied dan takbir bersama teman-teman Indonesia di KBRI Ankara.

Kalau Idul Adha kemarin juga Alhamdulillah membahagiakan. Kali ini di kota Izmir. Pertama, karena kotanya dekat dari kotaku yang sekarang, yang hanya butuh satu setengah jam kalau naik kereta dan 50 menit kalau naik bus. 3,5 TL kalo naik kereta dan 7.00 TL kalau naik bus. Hehe :D milih yang harga mahasiswa. Kedua, karena teman-teman Indonesia di Izmir memang telah merencanakan acara lebaran, ada rendang. Sekali gus momen lebaran ini aku gunakan untuk mengexplore Izmir. Ini adalah kali pertamaku ke Izmir.

Dari semua lebaran yang telah ku lewati hikmah paling terasa adalah memang mungkin HARUS sering-sering lebaran di tempat yang bukan tempat kita (asing). Karena setiap kali kita melangkah ketempat yang tidak kita ketahui yang kita dapatkan adalah orang baru, teman baru. Dengan memperbanyak teman berarti kita telah mempermudah jalan kita hidup di dunia ini. Teman adalah sumber segala kemudahan. Alhamdulillah kemanapun kaki ini melangkah Allah selalu memberikan teman-teman yang sangat baik. Baik ketika aku masih di Adana, atau ketika ku lebaran di kampung bersama keluarga Turki, atau di Ankara atau juga sekarang di Izmir. Terima kasih Allah lebaran masih terasa walau rasanya berbeda ketika bersama keluarga.

Happy Ied Al-Adha. Mohon Maaf Lahir Batin..
Selamat telah berbagi kebahagiaan kepada saudara-saudara kita..