Untuk permasalahan “sistem” sepertinya mahasiswa Indonesia di Turki jarang menemukan kesulitan. Apalagi disini semua online. Mau lihat KRS, tinggal buka website kampus, log in, dan semua informasi tentang nilai dan lain sebagainya bisa langsung dilihat disana.

Namun bagaiman dengan Yano dan Gano? Pernah lihat di UBS-nya? Saya kurang tahu untuk dikampus lain, untuk dikampus saya, sebutan untuk sistem online ini adalah UBS atau Öğrenci Bilgi Sistemi. Bisa dilihat disana ada dua jenis nilai yaitu Yano dan Gano. 

Yano untuk IPK atau nilai rata-rata semester dan Gano adalah nilai rata-rata seluruh semester yang sudah ditempuh. Fungsi pemetaan kedua nilai ini adalah ketika kelulusan. Belum dapat dinyatakan lulus kalau nilai Gano-nya kurang dari syarat yang ditentukan. Setiap Universitas biasanya memiliku kriteria berbeda-beda. Ada yang menetapkan 2.00 sebagai nilai kelulusan yang berarti kalau kurang dari nilai tersebut belum dapat dinyatakan lulus. Namun ada juga yang lebih tinggi dari 2.00. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca diwebsite kampus masing-masing.

Bagaimana dengan koşullu başarılı? Secara bahasa sih artinya Lulus Bersyarat. Tapi disini makna lulus bersyaratnya berbeda dengan di Tanah Air. Saya pernah mendiskusikan masalah ini dengan teman-teman yang pernah S1 di Indonesia. Katanya, kalau di Indonesia biasanya “Lulus Bersyarat” itu berarti akan mendapat syarat-syarat tertentu dari dosen pengajarnya. Mungkin seperti ‘naik kelas percobaan’ kalau di SD, SMP dan SMA. 

Ada juga yang bilang kalau lulus bersyarat itu maksudnya adalah kalau belum lulus satu mata kuliah tertentu maka belum dibolehkan mengambil mata kuliah lain. Misalkan untuk mengambil mata kuliah statistik harus lulus mata kuliah matematika dulu. 

Nah, kalau di Turki koşullu başarılı itu pengaruhnya untuk kelusan. Sebut saja pengaruhnya itu ke nilai Gano. Nanti disemester akhir yang dilihat sebelum dinyatakan lulus adalah nilai ini. Kalau nilai Gano tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh pihak kampus maka harus mengulang atau mengambil pelajaran yang dapat nilai koşullu başarılı itu tadi. Alias, mengulang satu semester lagi untuk pelajaran-pelajaran itu. 

Untuk koşullu başarılı itu sendiri setiap kampus menetapkan keputusan yang berbeda-beda. Ada yang menetapkan CC adalah batas untuk lulus bersyarat. Namun ada juga yang menetapkan DD, tergantung kampus bersangkutan. 

Untuk mengatasi nilai seperti ini biasanya mahasiswa di Turki mengambil yaz okul atau summer school. Ini biasanya berlangsung selama sebulan atau lebih. Namun ‘kelulusan’ pelajaran yang diambil tetap saja ditentukan oleh ujian diakhir program.

 Sebahagian informasi ada juga yang menyebutkan bahwa summer school adalah semester pendek, kalau di Indonesia. Jadi kalau tidak berkesempatan pulang selama liburan musim panas, bisa mengambil kesempatan ini. Untuk informasi lebih tepatnya tanyakan saja ke Öğrenci İşleri kampus.

Semoga Bemanfaat :) 






I should admit that I am a judgemental person. I keep protesting things that not fit to my mind or things that don’t fulfill my expectation. It does not always have to be stated. It could be just sounding in my head but it’s quite frustrating. 

When I heard about literature, what I expected is a bunch of people that love books a lot. People that love to talk to each other about books, discussing.  There would be many working group, book club, book review etc. When I did not get that expectations, my judgemental radar comes out and it seduces me to judge. To say “what the hell is this?” 

I was not ‘books freak’ until I was in high school. Even today, the list of the books that I read is not that much. I can count it by my fingers. But it affects my point of view through life, through everything. And I wanted to put its realization in to my daily life.

I was once inviting some friends to make a book club kind of stuff. But there are always things that make them unaccomplished.  

“I thought that is literature all about!”

I realized I can’t force people to do what I want. I started to change my own life. I do things that I think is the best for me. I started to read. I went to library a lot. I finished one beautiful book in 3 days. It’s The New York Trilogy, written by Paul Auster. I could not keep him away from my hand. I brought it everywhere. I read it on the bus, before sleep and ya I enjoyed it so much. 
 
Today, like a few minutes ago, I watched a movie called ‘Jane Austen Book Club’ and I realized this is the kind of life I’m searching for. A band of people that get together to read books. 

“Book” is just a symbol but what they can get from that activity is a healthy relationship. Book can bring people to sit together. Book is part of social life. You can socialize with people from different background and forget, for awhile, things that bother your head. Or even, you can open up your problem to the club and they can give you solutions. And, telling your problem, according to psychological knowledge, is also a solution. 

I like to sketch my future life or maybe you call them dreams. I would love to have a life where I can find people who like to read. We can read together. Make a book club. Discuss with them wherever you want. While hang out, perhaps. I just don’t think sit at the random café shop for talking empty thing is good idea. Why didn’t we arrange our day to meet where the hell ever you want and hold some book in your hand. Make a review of the weekly or perhaps when your have some sparetime. Doesn’t it worth it?

Reading doesn’t mean believing. Read them all but you can decide “agree” or “disagree.” That’s how it works.

  
P.s:
When I write something it doesn’t have to be relevant. I make it all up to my head.



Matahari enggan untuk berpisah,
"Ini waktuku," katanya penuh arogan.
"Aku cukup lama membiarkanmu bersamanya."

Malam tak lagi gelap,
Ada sederet warna biru mewarnai.
Tak ada lagi sepi,
Akan ada banyak suara,
Tapi tak satupun mengarah padaku.

Angin datang menghibur,
Ketika cahaya mentari akan tenggelam.
Ia  menghitamkan sang surya,
Mencoba meraih hatiku.

"Aku tak suka dihasut," kataku
Tapi ia mengancam akan meninggalkanku
"Kau akan kesepian anak muda!," hardiknya.

"Kalian adalah sahabatku," kataku untuk medinginkan suasana.
"Tak perlu kau mewarnainya dan akupun tak akan mewaranaimu,"
"Jadilah kau seutuhnya."

*22.24 Monday, June 16, 2014

Behind the Story
Tak beranjak dari asrama itu sudah biasa. Tapi kali ini rasanya sangat berbeda. Tak ada deadline yang harus kubuat-buat untuk menciptakan kesibukan untuktu, seperti normalnya mahasiswa di Tanah Air. Stock buku pun sudah habis. Ada beberapa cerpen bahasa Inggris yang tak sempat dibahas dikelas karena jadwal kuliah yang tak menentu, kadang terbentur tanggal merah. Tapi, aku seolah tak mau menyentuhnya. Kubaca sebentar tapi fokusku hilang. Aku tak menemukan sensasinya. Mungkin masih jetlag usai ujian beberapa minggu lalau. Akhirnya kerjaanku hanya nonton. Entah apa yang ku tonton. Semua sampah. 

Jadilah sore ini, ketika cuaca tak terlalu membakar. Tak ada sinar matahari yang mencuri-curi untuk masuk kedalam kamar. Aku duduk disisi jendela. Memandangi semurat senja yang ingin berbalik kepemukimannya. Ia seperti malu-malu. Ingin menetap lebih lama menyapaku yang sedari tadi murka dengan sengatnya. Ia ingin meminta maaf. Namun angin sepoi-sepoi memberiku seductive sensation. "Biarkan ia pergi," ia merasukiku.

"When night no longer dark, It's summer!"

PS: Puisi seharusnya tak dijelaskan alasannya. Namun kali ini aku kurang kerjaan. :D :D

Adhari



Ramadhan tinggal menghitung hari tapi perasaan ini sepertinya hampar. Kemana senyum bahagiaku dulu? Dimana sorak gembira menyambut hari suci ini? Hanya ada ruang sunyi, hampa. Tidak ada kata. 

Ini adalah tahun ketigaku tak puasa bersama keluarga. Aku jadi tersadar ‘istimewanya’ puasa bersama keluarga. Aku ingat bagaimana rakusnya aku melahap semua makanan ketika berbuka. Aku juga ingat ketika ibu mengingatkan “makan yang ringan-ringan dulu, nanti setelah magrib baru makan semua,” tapi aku jarang sekali mengindahkannya. Belum lagi waktu berbuka tiba aku sudah duduk sedia didepan makanan. 

Satu hal yang aku tak akan pernah temukan lagi, momen dimana aku dan nenek harus berdebat hebat. Jiwa kekanak-kanakan ku yang labil membuatku tak menghiraukan keinginannya. Dia sering memintaku untuk membimbingnya membaca Alquran. Usia telah merenggut penglihatannya sehingga ia tak mungkin bisa melihat huruf-huruf suci itu. Pernah beberapa kali aku ia-kan keinginannya tapi benar saja aku tak sabaran. Nenek sudah kembali ke-masa kanak-kanak. Membimbingnya sama saja seperti membimbing anak kecil. Aku terlalu egois. Aku tak perduli dengan kegelisahannya di masa tua. Mungkin ketika ku tua nanti, aku akan mendapatkan perasaan itu. Perasaan dimana “amalku belum seberapa.”

Awal tahun kemarin nenek menghembuskan nafas terakhirnya. Aku tak pernah membenci nenek sama sekali. Dia adalah sosok nenek idaman. Aku sering sekali membangga-banggakannya dihadapan orang lain. ‘nenek mana didunia yang mau memberi duit cucunya berkali-kali. Itu nenekku’. 

Aku sudah merantau sejak kecil. Tiap kali pulang dari perantauan, aku selalu menyempatkan untuk membeli oleh-oleh, berupa makanan, untuknya juga untuk kakekku. Mereka adalah adik-kakak yang solid. Kakek ku juga menghembuskan nafasnya sekitar tiga minggu sebelum nenek-ku. 

Seperti yang kukatakan tadi ini adalah tahun ketiga aku tidak berpuasa bersama keluarga. Kalau nanti aku dapat kesempatan untuk pulang, aku nggak tahu perasaan apa yang akan aku dapat. Mereka yang kucari sudah tiada. Jemari yang kujabat paling awal ketika pulang telah dibawa pergi oleh empunyanya. Lebaran akan menjadi lamenting day

Dulu aku pernah berdoa “tuhan, tolong jangan ambil mereka sebelum mereka melihat ku wisuda.” Namun aku menarik doa itu, setelah melihat mereka sakit-sakitan. Nenek yang tulang-tulangnya sudah kropos akibat kerja keras dimasa muda. Kakek juga merasakan kembali letih tak berperi hasil melawan para penjajah. Mungkin ini sudah waktunya.

Mereka adalah ancestor yang membanggakan. Mereka menanamkan banyak nilai hidup pada kami keturunannya. Semoga Allah menempatkanmu ditempat istimewa disana kakek-nenek. 

Edisi homesick sebelum Ramadhan.
Selamat datang Ramadhan, kau selalu menjadi momen teristimewa yang kami tunggu setiap tahunnya. Marhaban ya Ramadhan, mohon maaf lahir batin semua. Semoga ibadah puasa kita diterima Allah SWT. (masih dua minggu lagi :D)