Ada yang aneh dari ujian akhir semester (UAS) kali ini. Tiba-tiba jadwal ujian yang sudah dipublish dari 3 minggu lalu, malah di schedule ulang! Hanya karena pemilu yang akan berlangsung dihari minggu tanggal 7 besok.

Loh? Kan pemilunya hari minggu kenapa harus mengganggu jadwal ujian yang hari kerja? Ntah lah! Logika pemerintahnya beda. Menurut mereka meliburkan sekolah dari tanggal 5-9 itu agar para mahaiswa bisa kembali ke kota asalnya. Dengan begitu mereka bisa menggunakan hak suaranya.

Nyatanya? Sedikit yang berniat untuk pulang kampung hanya untuk memberi hak suara. Kebanyakan mereka ogah-ogahan karena biaya transportasi yang mahal. Apalagi libur panjang musim panas sudah didepan mata. "Jadi mending pulang setelah semua ujian kelar saja. Demi meminimalisir biaya keluar," mungkin yang ada dipikaran mereka.

Dari pantauan saya dilapangan, banyak sekali pihak yang merasa dirugikan atas keputusan sepihak ini. Rukiye, misalnya, mahasiswa jurusan Sastra Inggris ini sudah memiliki rencana pribadi untuk tanggal 14 Juni, yang adalah hari, menurut kepeutusan terakhir, yang akan menggatikan jadwal ujian yang sudah dibatalkan demi pemilu. Dia akan berangkat ke USA untuk program work and travel. Dia mengeluhkan tentang perjuangannya untuk program itu yang sangat menguras waktu dan tenaga. Dan sekarang malah dihambat oleh kejadian ini lagi.

Kabar terakhir yang saya dapat, dia terpaksa harus menunda penerbangan. Yang artinya dia juga harus membayar denda yang dikenakan oleh pihak maskapai penerbangan. "Denda berapa?" Tanyaku. "500 TL," jawabnya miris.

Bagi saya sendiri ini sangat aneh. Karena ujian pada umumnya sangat menguras emosi dan tenaga. Kalau ibarat cerita ini itu seperti tidak punya klimaks. Baru saja cerita dimulai. Bahkan masalahnya juga belum muncul eh... malah sekarang sudah happy ending A.K.A sudah dapat liburan. Jadi bingung, mau liburan atau belajar dulu. Nggak seru dong udah happy tapi pas ujian malah kecewa karena lupa belajar. Permasalahannya adalah mood belajar yang sudah mantap dari awal, diubah paksa ke mood liburan - jadi absurd dong!!!

Apalagi bentar lagi bakal Ramadhan. Kalau misalkan rencana jadwal ujian awal berlangsung dengan lancar, tanggal 12 Juni adalah hari terakhir ngampus atau ujian. Tapi karena keputusan ini tadi, kuliah jadi diperpanjang sampai 17 Juni. Yah!!! Nggak punya waktu siap-siap sebelum ramadhan dong. Kalau aja kita masih ikut yang jadwal awal bisa mandi ke laut dulu buat purifikasi dosa. Haaaa??? Ngasal banget!!!

******

Tiba-tiba dapat pesan dari groub whatsapp kalau teman-teman di Izmir mau makan-makan bareng. "Apa ke Izmir aja ya? Hitung-hitung makan sebelum puasa. Maksudnya makan makanan Indonesia. Kalau sudah ngumpul gini sih sudah dipastikan bakal masak makanan Indonesia.

Sambil nunggu jadwal ujian yang sudah direvisi, aku pun mikir-mikir antara pergi ke Izmir atau nggak. Hasil akhirnya, "ya udah deh pergi. Tapi besok pagi pulang ke Manisa lagi. Menggoakan diri untuk sisa ujian yang belum tuntas."

Benar juga di Izmir jadi punya kesempatan untuk ngumpul sama temen-temen. Ada yang bakal pulang ke Indonesia pas summer. Ada yang udah mau lulusan. Sebagai penglarian juga sih dari The Valley of Ashes alias Muradiye - bukit terdampar yang kalau haftasonu suka susah nyari angkutan umum.

Menu makannya? Tenang! Emen punya banyak simpanan bumbu instan masakan Indonesia. Untuk tadi malam aja kami makan soto ayam, bakwan, perkedel, kerupuk melinjo dan.... sambal pedas. Hmmmm... ah... jadi lapar lagi pas nulis.
Kan... kan... kan... kalau udah ngumpul gini jadi malas pulang. Makanya kemarin masih mikir-mikir pergi atau nggak. Untung gak mutusin nginep 2 hari bisa-bisa nggak bisa move on dari mood liburan. Masih ada 5 ujian oyyy!!! So it goes...




#latepost
Gegara terlalu antusias dengan supernova jadi lupa pernah nulis ini dikereta.


pic is randomly taken from internet

PERINGATAN!

PERINGATAN!
(Satu) Tulisan ini mengandung banyak sekali spoiler alert. Jika anda tidak suka di spoil        jangat baca dulu. Mending setelah baca novelnya baru balik kesini lagi.
(Dua) Ada banyak sekali hal-hal menarik yang sengaja tidak saya masukkan dalam tulisan ini. Karena, menurut saya, untuk mendapatkan hal menarik itu pembaca budiman harus berusaha lebih keras a.ka. baca bukunya.
(Tiga) Tulisan ini saya bagi dalam 3 seksi, karena mengingat panjangnya tulisan ini. Anggap saja itu sebagai penanda. Kalau sudah merasa capek, behenti dulu. Nanti lanjut lagi.


1

Elektra Wijaya, seorang gadis keturuan Cina yang hidup dikota Bandung bersama ayah dan kakak perempuannya bernama Watti, Watti Wijaya. Sejak kecil Elektra telah menjalani hidup yang sangat menyedihkan. Pertama, suasana didalam keluarganya selalu sepi. Salah satu penyebabnya adalah kematian ibunya. Hal itu menyebabkan sang ayah menjadi tokoh yang sangat pendiam dan pasif. Sebagai keturunan Cina mereka kerap dilecehkan oleh pihak saudara sesama Cina, karena mereka tidak menunjukkan ke-Cina-anya (tidak sukses berwirausaha). Dan para saudaranya kerap menyalahkan gaya hidup yang diajarkan oleh Wijaya, dia tidak membiasakan Elektra dan Watti memanggil sesamanya dalam sebutan Cina sepeti Cici dll. Kalau ada acara kumpul keluarga mereka (Watti dan Elektra) selalu merasa seperti orang asing. Atau lebih tepatnya selalu diperlakukan seperti orang asing. Salah satunya adalah karena Watti dan Elektra tidak mampu berbahasa/bernyayi Mandarin. Sedihnya lagi mereka juga mendapatkan pengucilan dari warga lokal yang kerap mem-bully-nya denga teriakkan Cina loleng, sebab Watti dan Elektra bersekolah di sekolah negeri.

Dibalik kediaman dan kepasif-an Wijaya, ternyata dia memiliki rahasia aneh yaitu dia memilik kemampuan untuk berkontak langsung dengan listrik tanpa kesetrum. Keahlian ini dia peroleh setelah tersetrum hebat suatu hari tanpa terluka apa-apa. Sejak saat itu dia menjadi manusia listrik yang ketika disentuhkan tespen akan menyala.

Elektra juga mengalami kejadian yang sama. Hal itu berawal di masa kecil ketika Elektra baru mendapatkan sepatu bertali. Kegirangannya memiliki sepatu bertali yang akhirnya menghantarkannya kepada kejadian hebat, kesetrum, yang akan mengubah hidupnya selama-lamanya. Demi sepatu bertali Elektra berlatih mengikat sepatu dengan setiap benda yang berbentuk tali yang ia temui. Suatu hari dia ketiban sial karena kabel lah gerangan tali yang ia salah gunakan untuk belajar mengikat sepatu. Sejak saat itu dia menjadi aneh.

Keanehan lainnya yang dimiliki Elektra adalah kecintaanya pada petir. Ketika petir bersambar-sambar dia malah lari keluar rumah hingga akhirnya karyawan ayahnya menariknya masuk kedalam rumah. Ayah Elektra bekerja sebagai tukang listrik dan reparasi elektronik. Usahanya itu dia jalankan dirumahnya yang besar, rumah bekas peninggalan belanda yang bernama Eleanor.

Watti digambarkan sebagai tokoh drama queen yang suka membesar-besarkan sesuatu. Didalam keluarganya hanya Watti yang rajin beribadah kegereja dan persekutuan. Ayah mereka pun jadi absen dari gereja semenjak kematian istrinya. Suatu hari ketika mereka sedang makan malam, Watti pun bereaksi dengan dramanya. Dia mengadu kepada ayahnya bahwa Elektra telah dihuni oleh roh jahat karenanya Elektra harus dibawa kepersekutuan untuk ibacakan ayat-ayat oleh bang Nelson, ketua persekutuan, sehingga rohnya bisa keluar. Rencana ini berakhir dengan elektra jatuh pingsan, kejang-kejang, karena terkejut dengan teriakkan bang Nelson. Dan, Wattipun dimarahi oleh ayahnya. Ayahnya percaya bahwa Elektra mengindap penyakit epilepsy.

Watti dan Elektra adalah dua adik kakak yang sangat berbeda. Watti sangat cantik dan gaul sedangkan Elektra adalah seorang yang biasa-biasa saja dan tak punya teman. Elektra sebagai seorang narrator sering menyebut dirinya sebagai penonton sejati. Ia menontoni segala fase kehidupan Watti dengan pasif. Termasuk ketika Elektra memergokinya sedang melakukan "sesuatu" dengan pacarnya didalam kamar, saat ayahnya sedang tidak dirumah.

Namun semua itu berubah ketika ayah mereka meninggal karena stroke. Saat Watti telah berada difase yang lain dalam hidupnya. Dia bertemu lelaki pujaanya benama Atam, seorang keturunan konglomerat. Sebenarnya penjajakan Watti dan Atam sudah dimulai saat ayahnya masih hidup, namun pernikahannya baru dihelat seminggu setelah pak Wijaya meninggal. Atam adalah seorang muslim, yang mengharuskan Watti yang terkenal Kristen taat itu masuk Islam. Bukan hal mudah, ia sampai nangis darah menghadapi ini karena ia takut tidak masuk surga. Tapi akhirnya Elektra menenangkannya dengan mengatakan bahwa ia cuma pindah tempat, artinya dia juga masih bisa menemukan syurga ditempat yang baru itu.

Setelah menikah keduanya pindah ke Papua mengikuti Atam yang bekerja sebagai dokter di perusahaan Freeport. Tinggal lah Watti sendiri dirumah besar peninggalan ayahnya, beserta barang-barang elektronik rongsokan dan usaha ayahnya yang bernama Wijaya Elektronik. Awalnya Elektra sempat mengotak-atik usaha peninggalan ayahnya. Setelah membuka buku hutang dan mengitungnya satu persatu, sebenarnya kalau dikumpulkan semua hutang, mereka punya uang sebanyak 8,7 M. Watti jadi tidak habis pikir atas semua jerih payah mereka selama ini. Makanan telur yang mereka makan selama ini. Tapi akhirnya Elektra memutuskan untuk tidak mengusutnya.

Elektra adalah sarjana ekonomi. Pernah beberapa kali ia mencoba mencari kerja. Salah satu pekerjaan yang ia sempat lakukan adalah downline dan piramida. Dia sempat sangat antusias namun piramidanya terhenti hingga Yayah dan Mimin, bekas pembantunya dan pembantu tetangganya, selebihnya Elektra mati gaya.

Suatu hari ditengah ke-pasif-annya dirumah besar peninggalan ayahnya dia menemukan surat ajaib. Surat yang membuatnya panoid, dihantui oleh ketakutan. Surat itu berasal dari perguruan tinggi ilmu gaib. Setelah semua yang terjadi pada Elektra, sepertinya hal ini sangat mungkin untuk terjadi. Siapa tahu saja selama ini ada yang mengawasinya. Jadilah Elektra seorang pengangguran malang tinggal dirumah besar dan dihantui oleh ketakutan.

Sempat ia berfikir untuk lari ke Papua ketempat Watti, kebetulan ada tawaran pekerjaan, demi menghindari teror dari Perguruan Ilmu Gaib itu - yang merupakan hal yang sangat dibenci Elektra. Karena disana dia hanya akan menjadi banyak pembanding Watti. Watti sadar akan kecantikan dan kesuksesannya, kepuasaan itu ia dapatkan ketika dia berhasil membuat Elektra iri. Inilah yang membuat keduanya sering tidak akur.

Saat sedang di wartel hendak menelpon Watti, Elektra bertemu Yayah dan Mimin yang sudah tampir berbeda. Ternyata mereka sudah suksen diusaha downline yang diturunkan Elektra. Merekapun berbicara lebar hingga berakhir pada undangan main ke kontrakan Yayah dan Mimin. Salah satu pembicaraanya adalah tentang kehilangan handphone dan Ni Asih, dukun yang Y&M percaya bisa membantu menemukan kembali hp mereka. Bagi Elektra ini adalah tanda baik artinya dia tidak perlu jauh pergi ke Papua demi menghindar dari gangguan Perguruan Ilmu Gaib.

Bersambung……

2

Pertemuan dengan Ni asih berakhir dengan kejadian heboh. Awalnya Elektra sangat percaya bahwa Ni Asih mampu membantunya dengan permasalahan Perguruan Ilmu Gaib yang menghantuinya. Namun ketika mempertanyakan tentang masalah karir dan hendak diberi solusi Elektra malah menyetrum Ni Asih sebagai reaksi penolakan. Ni Asih memberi sesuatu dari -maaf- kemaluannya.

Frustasi dengan kehidupannya yang tidak punya prospek dan telponan dari Watti yang terus-menerus mendorongnya mencari pekerjaan akhirnya Elektra memutuskan mem-follow up tawaran pekerjan dari Perguruan Tinggi Ilmu Gaib itu. Setidaknya ia bisa keluar dari pengangguran, katanya. Banyak sekali persyaratannya salah satunya adalah keharusan untuk menaruh CV lamaran dikuburan terdekat. Usaha awalnya menaruh surat lamaran kerja berserta persyaratannya gagal. Karena ia bertemu dengan teman lamanya yang mempergokinya sedang dekat kuburan. Kebetulan lokasi kuburan itu dekat jalan. Akhirnya Elektra berdalih bahwa dia sedang jalan pulang. Kajadian ini berkahir dengan tawaran nebeng hingga tempat terdekat.

Tidak kehilangan akal Elektra memutuskan untuk pergi kerumah pamannya yang memiliki kompleks kuburan sendiri dipekarangannya, kompleks kuburan hewan. Elektra pernah mengubur kucing kesayangannya disana yang bernama Kambing. Jadi ini cukup jadi alasan yang masuk kakal. Akhirnya Elektra memutuskan untuk menempatkan amplop lamaran pekerjaannya, yang lengkap dengan seserahan bahan klenik, dikuburan milik pamannya. Yang nantinya Elektra baru sadar bahwa itu hanya akan menghadirkan petaka baginya.

Sebelum mengantar surat lamaran itu Elektra harus mencari bahan-bahan kleknik yang disyaratkan. Sejak kecil ia tahu tempat penjualan itu yang ada di dekat rumahnya. Namun ia belum pernah kesana. Sempat waktu kecil yang lewat tapi langsung lari terbirit-birit karena ketakutan. Bentuk rumah penjualan alat-alat klenik itu sangat mistis tapi kali ini Eleketra memutuskan untuk masuk. Disanalah elektra berkenalan dengan Ibu Sati, seorang guru spiritual yang akan mengajarkan Elektra banyak hal. Ternyata ibu Sati telah merasakan aura berbeda pada Elektra sejak Elekrta pertama kali melewati pagarnya diwaktu kecil. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Sekarang ternyata malah pencarian Elektra akan bahan klenik menghantarkannya pada bu Sati. Dan dari bu Sati lah Eleketra mendapat pelajaran pertamanya bahwa undangan dari Perguruan  Tinggi Ilmu Gaib untuk menjadi asdos adalah penipuan. Dihalaman terakhir surat yang Elektra dapat ada kode-kode pelajaran yang ketika disambung akan menhasilkan kata KE-TI-PU-NI-YE. Cepat-cepat lah Ranti menuju rumah pamannya, untuk memastikan bahwa amplop lamarannya tidak jatuh ketangan pamannya. Memang tidak! Tapi ketangan tantenya. Sudah dipastikan bagaimana dia dipermalukan dengan sindiran-dindiran tertentu. Oh.. Ia. Keluarga ayahnya semuanya kaya-kaya.

Pertemuan awal dengan ibu Sati menghilangkan pikiran buruk masa kecil Elektra tentangnya. Sempat Elektra berpikir bahwa ibu Sati dan toko barang kleniknya adalah tempat mistis yang berkonotasi buruk, seperti penyihir misalkan. Sekarang malah Elektra merasa sangat nyaman dengan tempat itu. Apalagi dengan fakta bahwa toko obat-obatan bu Sati sangat rapi, teratur dan wangi. Ada hal yang sangat unik di toko bu Sati. Disana terpajang semua ikon agama-agama: Hindu, Budha, Yesus, dan ibu Sati mengklaim bahwa salah satu foto yang dipajang disana adalah foto Nabi Muhammad yang ia dapat dari Iran.

Tidak butuh waktu lama bagi Elektra dan ibu Sati untuk menjadi akrab. Sejak pertama kali mengunjungi tempat ibu Sati, Elektra telah berjanji untuk akan kembali lagi. Sekembalinya Elektra ketempat ibu Sati selanjutnya adalah untuk minta dicarikan guru meditasi, atau kalau ibu Sati bisa, juga tidak masalah, begitu ujar Elektra. Merekapun mulai untuk bermeditasi untuk pertama kalinya dan disaat itu pula Elektra mengetahui bahwa ibu Sati bukanlah orang biasa. Dia mampu terbang disaat meditasi.

Sementara Elektra telah menemukan setidaknya satu orang untuk bersosialisasi (ibu Sati), dia masih belum bebas dalam masalah pekerjaan. Dia adalah pengangguran akut yang setiap hari menu makannya adalah telur. Suatu hari atas paksaan Watti, Elektra akhirnya memutuskan akan menelpon Napoleon Bonaparte, teman Atam yang juga bekerja di Freeport, setelah sekian kali menolaknya. Watti bermaksud menjodohkan mereka berdua. Bagi Watti ini adalah salah satu opsi yang bisa Elektra pilih untuk terbebas dari kejamnya penganguran, menikah dengan orang kaya. Seperti keputusan yang Watti pilih. Namun tiba-tiba seseorang memanggil Elektra. Ternyata dia adalah Beatrix, teman kuliah Elektra yang sekarang telah menjadi pembisnis warnet di kompleks kampus. Disana Watti dihasut Beatrix, yang punya nama panggilan Betsye, untuk membuat akun email yang nantinya memberikan efek candu yang sangat tak terelakkan bagi Elektra. Apalagi setelah ibu Sati pergi ke Solo menjenguk saudaranya yang sakit, Elektra menjadi pelanggan tetap di Trix.net & Café. Disana juga ia bertemu Kewoy, pegawai atau penjaga warner itu.

Kecanduan internet menjadikan hidup Elektra bagai kelelawar, malam bergadang pagi tidur. Jadwal makannya jadi tak karuan. Terlebih lagi menu makan yang tidak mendukung kesehatan. Alhasil Elektra menjadi jatuh sakit semingguan. Namun suatu hari ia sudah tidak sabar ingin menyapa teman-temannya di internet. Katanya, selama ini dia sudah sangat sulit menemukan teman dan kali ini dia tidak akan rela kalau mereka sampai pergi. Namun baru sampai dipintu rumah Elektra malah jatuh pinsan. Dan disaat bersamaan kebetulan ibu Sati sedang ada kegiatan didekat rumah Elektra dan berniat berkunjung kesana. Jadilah Elektra diboyong ke rumah bu Sati dan dirawat disana.



3

Setelah dirawat 5 hari akhirnya Elektra sembuh, dan terjadilah perbicangan antara Elektra dan bu Sati yang nantinya akan mengubah hidup Elektra selamanya. Awalnya Elektra berkisah tentang kehidupan barunya di-internet dengan sangat sumringah. Bu Sati juga ikut senang melihatnya. Lalu ibu sati menyarankan kenapa Elektra tidak internet dirumah saja, dalam artian kenapa Elektra tidak beli komputer saja dan main di rumah, kalau itu yang membuat hati Elektra bahagia.

Elektra akhirnya memunculkan mukanya di Trix.net & Café, bukan untuk internetan tentunya tapi untuk minta tolong ke Kewoy agar dituntun untuk menemukan komputer. Kewoy pun bertanya berapa modal yang ia punya. Elektra menjawap 750.000, yang sangat mustahil untuk dapat komputer seharga itu. "lalu berapa?" kata Elektra. Paling murah itu 2.200.000. Sebelum berangkat ke pameran, mereka sudah mengobrak-abrik majalah komputer dan akhirnya menemukan komputer dengan harga yang dianggap pas dengan kondisi kantong Elektra.

Namun setelah berada di tempat pameran, Elektra jadi terbuai oleh salah satu stan produk komputer. Komputer yang satu ini sangat lengkap dan terlihat sangat cocok dimata Elektra. Setelah bertanya harga ia akhirnya berada dalam keadaan dilema, harga yang ditawarkan adalah 17 juta. Elektra punya uang warisan ayahnya. Tapi dia takut akan dihantui oleh roh ayahnya jika ia menggunakan uang itu untuk hal yang tidak benar. Namun setelah memantapkan pikiran akhirnya diapun mengatakan "ia" untuk komputer yang satu itu.

Tidak cukup disitu, ibu Sati sekarang malah menyarankan Elektra untuk membuka usaha warnet dirumah peninggalan ayahnya yang bekas toko perbaikan elektronik itu. "Ini juga bisa jadi solusi mu untuk meninggalkan status pengangguran," begitu kata bu Sati saat Elektra awalnya meminta untuk bekerja ditempatnya. Yang ditolak dengan halus karena itu memang tidak mungkin mengingat usahanya yang sangat jarang dapat pengunjung.

Sekarang Elektra malah bingung harus mencari modal dari mana. Untung ada Kewoy. Kewoy lah menjadi penolong Elektra untuk menemukan konsultan bisnis. Ada dua calon yang mereka coba untuk temui. Yang pertama gagal saat Elektra melihat angka di proposal yang ia siapkan dengan rapi, 75.000.000. Barulah saat berbicara bisnis dengan Mpret, yang bernama asli Toni, Elektra merasa mantap dan bersalaman mengatakan "deal!."

Dengan bantuan Mpert rumah peninggalan ayah Elektra yang selama ini tertidur pulas dirombak menjadi wahana nongkrong anak muda. Disana sekarang terdapat Warnet, PS, Home Theatre, dan juga lengkap dengan warung 24 jam. Elektra menyebut proyek ini sebagi TOGE - Tabungan Orang Gede.

Tidak terlalu banyak permasalahan yang hadir diawal berjalannya bisnis ini. Bahkan bisa disebutkan mereka dengan mudah meraih kesuksesan. Juru kuncinya adalah Mpret. Ini bukan usaha bertamanya. Bahkan ia sudah memiliki banyak usaha. Kelebihan Mpret adalah jiwa sosialnya yang tinggi. Ia punya teman dari berbagai kalangan masyaratkat. Satu rahasia yang dimiliki Mpret, berkat kemampuan teknologinya yang tinggi, ia sering mencuri uang dari bank. Justifikasi yang ia gunakan adalah bahwa uang hanyalah ilusi.

Namun, suatu hari Elektra jatuh sakit. Penyakitnya ini sangat diluar kenormalan. Pasalnya ketika dibawa kerumah sakit, penyakitnya mendadak sembuh. Sampai-sampai satu hari, Mpret dan teman-teman memutuskan untuk membawa Elektra ke rumah sakit secara diam-diam, saat dia tidur. Terjadilah kejadian aneh yang membuka rahasia Elektra. Elektra, sebeagai efek kaget, menyetrum Mpret, Kwoy, dan Mi'un. Hal ini menghadirkan pertanyaan didalam benak ketiga orang itu. Tapi mereka memutuskan untuk diam saja, setelah dipaksa berjanji oleh Elektra untuk tidak berbicara sedikit pun tentang kejadian itu.

Elektra memutuskan untuk melepon ibu Sati. Dengan segera ibu Sati muncul di Selekta Pop, nama yang mereka pilih untuk wahana anak muda itu. Tentunya kemunculan ibu Sati menghadirkan tanda tanya besar bagi penghuni Selekta Pop, apalagi dengan gayanya yang seperti orang pintar itu.

Diruangan Home Theratre akhirnya bu Sati dan Elektra berbicara dua mata. Disana bu Sati memberi tahu apa yang terjadi, setelah memastikan bahwa Elektra selama ini telah mengikuti sarannya dalam hal pernafasan. "Itu efek dari pernafasan itu," kata bu Sati. Ini adalah tahapan yang akan membawa Elektra kejati dirinya yang sebenarnya.

Ditempat itu pula, ibu Sati langsung mengajak Elektra berlatih untuk tahapan selanjutnya yaitu berlatih tenaga listrik. Ibu Sati bercerita bahwa didunia ini dia menemukan dua orang yang memiliki kemampuan yang sama, Elektra dan Kakek bu Sati. Karenanya bu Sati memutuskan untuk menjadi pelatih Elektra, yang secara diam-diam dia telah mengimpikan hari itu sejak Elektra masih kecil. Dia ingin memastikan bahwa kekuatan yang dimiliki Elektra digunakan untuk hal positif.

Latihan selanjutnya berlangsung disalah satu taman. Dan latihan kali itu pula menjadi tanda bahwa Elektra telah menemukan jadi dirinya yang sebenarnya, sebagai seorang ahli terapi listrik. Sebelum kejadian ini dia telah mencobanya ke Kewoy dan terbukti ampuh menghilangkan encok yang diderita Kwoy.

Konsekwensi yang Elektra harus tanggung dengan status barunya ini adalah permintaan untuk pengobatan yang tiada henti. Hal ini jadi mengganggu kelancaran warnet karena banyak yang mengantri. Ini sangat mengganggu Mpret. Dan diapun memutuskan untuk membicarakan ini didalam rapat. Terjadilah perperangan sengit antara Elektra dan Mpret. Bagi Elektra, Mpret tidak lebih dari seorang yang dalam pikirannya hanya uang dan bisnis. Dia tidak memiliki rasa kemanusiaan. Namun dibalik itu ternyata ada rahasia yang hanya Mpret yang tahu.

Setelah perkelahian itu Mpret jadi jarang memunculkan diri di Selekta Pop. Namun ada satu hari yang paling romantis bagi mereka, yaitu di hari lebaran. Saat semua karyawan pulang. Mpret menyelinap ke Selekta Pop sebagai penyewa. Dihari yang sama ada 3 orang yang datang menyelinap mengambil komputer. Elektra sempat berpikir mereka maling, tapi setelah ngobrol ternyata mereka adalah suruhan Mpret.

Terjadilah pembicaraan dua insan antra Mpret dan Elektra di dapur, saat Elektra nawarin makan. Elektra bertanya kenapa komputernya diangkut. Dan Mpret jawab kalau dia akan buka warnet di Tasik. Elektra tanya lagi, apakah ini ada hubungannya dengan terapi listrik yang mendadak ada di Selekta Pop? Mpret jawan, mungkin. Apapun itu, malam itu seolah menjebatani hubungan keduanya yang sempat retak. Malam itu menjadikan seolah-olah tak pernah ada yang terjadi diantara mereka.

Hari sebelumnya Watti menelpon, memberitahukan bahwa dia akan mampir kerumah keesokan harinya. Dia berkunjuk ke Bandung dalam acara lebaran. Setibanya dirumah dia langsung cerewet dan memastikan bahwa kamarnya tidak dihancurkan. "Tapi kamu kan sudah tidak tinggal disini," sahut Elektra. Kegiatan hari berakhir dirumah keluarga Subagjo. Mpret juga ikut diajak kesana, sebab Atam ingin berbicara tentang bisnis warnet dengannya. Sempat terdesis dihati Elektra bahwa dia di ajak kesana hanya akan menjadi bahan pembanding bagi Watti. Seperti, "wah… kalian adik kakak ko tidak mirip ya." Namun diluar dugaan ternyata kini adalah saatnya Elektra untuk memetik buah yang manis. "Wah… kamu pemilik Selekta Pop? Itu tempat nongkrongnya anak gaul banget." "Yang terapi listrik itu kamu? Itu terkenal banget. Aku pernah ngantar teman kesana, dsb, dst, dll." Jadilah Watti yang kebakaran jenggot akibat iri.

Seperti sudah masuk ke bagian akhir? Belum! Masih ada lagi. Acara surprise ulang tahun Mpret yang diadakan di Selekta pop. Diacara itu, berkat Kewoy, Elektra dipaksa untuk membuat pertunjukkan rambut jingkrak ala kesetrum dikepala Mpret. Sudah menjadi rahasia antara Mpret dan Pak Simorangkir bahwa sekarang Elektra juga bisa baca pikiran orang. Jadi lah Elektra yang baru sadar bahwa Mpret selama ini ternyata suka sama Elektra. Bukan Mpret namanya, kalau dia langsung nembak. Lalu apakah mereka jadian setelah kejadian itu? Banyak bukunya! :D

Belum juga selesai, di beberapa bab terakhir buku ini Dee malah memperkenalkan tokoh baru yang benama Bong, sepupu Mpret. Kehadiran Bong membawa misteri baru yang sangat ampuh membuat penasaran pembaca. Tapi, berhubung ini buku serial, kehadiran Bong ini bagai foil character yang hanya memberik sedikit foreshadowing untuk cerita selanjutnya.  



Adhari
Mahasiswa (S1) Jurusan Sastra Inggris


Menyusul: 
 ANALISIS NOVEL "SUPERNOVA 3 PETIR"

29 Mei kemarin tepat aku berumur 21. Sebelumnya masalah pergantian umum tidak pernah menjadi diskusi diantara aku dan keluarga. Tapi tiba-tiba, entah karena aku yang sudah terpengaruh kebarat-baratan atau hanya ingin sebuah pengakuan bahwa aku sudah dewasa, aku menelpon orangtua. Ayah, tepatnya. Waktu diangkat, setelah sedikit bersalam-sapa, aku bertanya, "pak, lagi dirumah nggak?/ saya mau bicara sama mamak" Ternyata bapak lagi dikantor bupati (penyempitan makna untuk semua kantor milik pemerintah yang ada di lingkup kabupaten) berurusan dengan birokrasi dll. Menyelesaikan urusan yang menyangkut dengan pekerjaannya sebagai kontraktor."Ya sudah nanti kalau sudah pulang kerumah saja saya telpon lagi".

Selama tiga tahun ini menelpon ayah sudah sangat biasa. Yang sedikit bermasalah adalah komunikasiku dengan ibu. Ibu tidak punya ponsel. Ayah sering dalam kondisi seperto kuceritain diatas. Saat ditelpon sedang berada diluar. Terkadang di kantor. Terkadang dilapangan tempat dia melakukan proyek pembangunan. Jadilah aku yang sering harus terbiasa dengan situasi tidak punya komunikasi yang instense dengan ibu.
Permasalahan lainnya adalah, entah ibu berbohong atau memang dia memang tidak mahir dengan teknologi ini. Setiap kali aku punya kesempatan untuk bisa ngobrol dengannya, dia selalu cepat mengakhiri telponanku. "Ibu mu memang nggak pandai ngobrol ditelepon kata ayahku." Tapi entah kenapa naluri sastraku mengatakan bahwa ada pesan terselubung dibalik situasi aneh ini. Menurutku ibu dia karena ia tidak bisa menahan rasa kangen yang sudah terpendam begitu dalam. Atau mungkin aku saja yang kegeeran. Mungkin juga mereka sudah lupa aku pernah ada. Ah.. aku mulai ngaur lagi.

Padahal kalau didunia nyata aku dan ibu sering sekali bertukar pikiran. Sering curhat tentang apapun itu. Bahkan tentang pekerjaan bapak yang terkadang suka bermasalah. Posisi ayahku yang suka mengambil proyak didanai orang lain, terkadang menempatakan diposisi sulit. Seperti misalkan ditipu dll. Dia yang menjalankan proyek pergi kelapangan setiap hari. Ketika selesai shalat subuh dia sudah bersiap-siap untuk menuju lapangan. Pulang kerumah ketika langit sudah gelap. Aku yang jarang berada dirumah, karena sudah mulai merantau sejak SMP, cuma bisa melihat mukanya ketika makan malam. Itupun kalau dia pulang tepat waktu. Perjuangannya yang sangat berat itu sering tak seimbang dengan hasil yang ia dapatkan. Jiwanya yang pemurah dan sangat tidak suka dengan pertikaian lah yang pada akhirnya membuat situasi ekonomi keluarga jalan ditempat. Dari pada memperjuangkan haknya dia lebih memilih untuk melepaskannya asal hubungan sesama manusia tidal rusak. Bagi ibu ini adalah sebuah kepedihan yang ia pendam sendiri. Ketika aku pulang ini menjadi topik curhatan andalanya. Tapi kenapa ketika ditelpon ibu suka diam saja.

A "Ibu sehat?"
I "Sehat"
A "Ibu sedang apa?"
I "Makan malam"

Aku juga kadang bingung harus bertanya apa lagi. Akhirnya "ya sudah bu tolong kasih hp nya ke ayah." Dengan ayah aku lebih bisa bicara panjang tentang hal apapun itu. Terkadang politik ataupun tentang pendidikanku disini. Masalahnya aku ingin bicara dengan ibu! Setiap kali menelpon ibu aku tak lupa mengingatkan ibu untuk selalu mendoakanku disini. Dan ibu tak lupa mengatakan kalau jagan sampai ketinggalan shalat. "Shalat adalah penghubung doa. Kalau kamu tidak shalat bagaimana doa bisa sampai," katanya berulang kali.

Kali ini tepat dihari pergantian umurku ayah menelpon balik sesampainya dirumah pulang kerja. Dan aku akhirnya bisa berbibicara dengan ibu. Sepertinya ini adalah kali pertamaku menelpon ibu dibulan Mei, kalau tidak salah. Dan akhirnya, "bu aku 21 tahun hari ini. Terimakasih telah membesarkanku hingga hari ini. Doakan aku menjadi anak yang baik dan berbakti." Aku ingin sekali melihat wajahnya ketika mendengarkan kata-kata itu keluar dsri mulutku. Tapi apalah daya. "Ia... " dan ibu kembali konsisten dengan nasihatnya. Ibu juga cerita bahwa mereka baru saja menggelar kenduri (syukuran) atas kelahiran anak kedua abang tertuaku - sekaligus pemotongah akikah. Aku pun senang mendengar banyak sekali yang sudah berputar disekitaran keluargaku. Semoga suatu hari aku bisa kembali dan berkumpul dengan keluarga besarku.

Setelahnya ketika hp dikembalikan keayah aku juga mengatakan hal yang sama dan ayah menjawab "ya itu kan sudah kewajiban kami sebagai orang tua." Selanjutnya ia bertanya tentang hadiah apa yang aku mau, sambil tertawa kecil. Aku cuma menjawab, cukup dia saja. :)

#tulisanygterlambat