Tinggal menghitung jam. Sesaat lagi kita akan memasuki tahun baru. Dengan alasan tidak mau melewatkan budaya yang sudah saya jaga untuk beberapa tahun kebelakangan - untuk berkontemplasi dan akhirnya come up with some resolution - sekarang saya memosting tulisan ini. Sebenarnya saya mempertanyakan niat saya sendiri. Apakah saat ini saya benar-benar menulis ini karena saya tidak mau mangkir dari budaya yang sudah saya jalani atau saya hanya tidak mau kalah, karena tidak memosting tulisan pada malam tahun baru adalah sebuah kekalahan bagi saya. Apapun itu sekarang saya ingin menjadikan tulisan ini ada.

Saya tidak pernah merayakan tahun baru secara kolektif. Pernah sekali pada saat saya masih SMA, dimana untuk merayakan tahun baru 2012 saya menyebrang ke Pulau Sabang dari Kota Banda Aceh. Tapi hanya itu saja. Dan itu pun bukan tahun barunya yang menyebabkan saya pergi, tapi keinginan untuk pergi kesana. Untuk momen, hanyalah sebuah kebetulan. Selebihnya tahun baru bagi saya hanyalah suatu momen untuk menyendiri. Dimana saya bisa berfikir sejenak tentang kehidupan yang sudah saya lalui dan kemudian berfikir lagi untuk tahun yang akan datang. Perubahan apa yang saya ingin capai - kalau hadirnya perubahan adalah sebuah keharusan.

Nah, untuk tahun baru kali ini, saya dapat ajakan dari teman-teman di Izmir untuk sekdar berkumpul dan makan-makan. (saat ini jam 3 sore, dan saya di bujuk oleh Emen untuk datang ke Izmir. Saya masih ragu. Tapi saya terpaksa mengiakan karena ya sudah lah. Saya mencoba untuk tidka terlalu banyak berpikir sekarang. Ikuti arus saja). Sekali lagi, ini bukan perayaan tahun baru. Kalau kebetulan momennya tahun baru. Ya, itu hanyak kebetulan saja. Atau kalaupun merayakan tahun baru tidak apa-apa. No harm should come out of it. Jauhi keramayan ya nak!

Jadi berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana saya berkontemplasi seiring dengan detik jam yang semakin berjalan menuju jam 12 malam, sekarang saya harus kontemplasi sebelum jam 5, karena kereta ke Izmir adanya jam 5. Saya harus nulis sekarang karena nanti saya nggak punya koneksi internet. Nah... Apa yang saya pikirkan saat ini?

2017 - tahun yang akan menjembatani antara buku kehidupan yang telah saya jalani selama 5 tahun dengan penggantian buku kehidupan baru. Lalu dalam proses kontemplasi saat ini kepala saya harus dibagi dua. Pertama, saya ingin berpisah secara baik-baik dengan buku lama. Dalam artian, saya juga harus merencanakan sesuatu yang indah untuk hari-hari terakhir dalam buku yang satu ini. Kedua, saya juga harus memikirkan buku yang baru. Buku seperti apa yang saya ingin baca dan hidup didalamnya. Semuanya butuh perencanaan.

1. Buku Kehidupan Yang Hampir Sampai Pada Chapter Terakhir
- Ingin Lulus S1 dengan Baik
- Karena Ijazah tidak langsung keluar, saya harus mencari kegiatan untuk mengisi waktu. Mungkin saya bisa daftar staj erasmus+. Saya tidak yakin, tapi boleh lah dicoba.
- Cari kerjaan sampingan di Turki. Sekarang saya lagi kerja part time juga. Tapi sepertinya yang kali ini tidak memuaskan secara pengalaman dan gaji. Oleh karena itu cari yang baru lagi.
 (Nanti saya akan menulis topik pengalaman bekerja di Turki)
- Mengunjungi kota-kota di Turki yang belum sempat saya kunjungi tapi sejak lama ingin kesana seperti, Kapadakya, Konya dll, Marmaris, dll..
- Karena di semester kedua saya cuma punya dua mata kuliah (selebihnya sudah saya ambil ditahun sebelumnya), saya mau menghabiskan waktu senggang ini untuk riset tentang S2.

2. Buku Kehidupan Baru
- Daftar S2 ke Ausie, Belanda dll
- Untuk itu perlu persiapan. Nah, gunakan waktu lenggang di semester spring untuk riset dan mempersiapan dokumen dan mental.
- Lebih serius untuk nulis fiksi. Alur cerita yang udah disiapin ditulis. Jangan didiamin cuma jadi sekedar wacana.
- Plan B, kerja. Kalau rencana S2 belum kesampaian maka harus siap-siap untuk kerja. Untuk itu riset tentang pekerjaan. Mau kerja di dalam negeri atau di luar? Kalau di Luar kira-kira apa persyaratannya dan memungkinkan kah?
- Sambil kerja mempersiapan dokumen S2 lagi.

Mungkin beginilah gambaran 2017 saya nantinya. Manusia hanya bisa berencana. Berikutnya hanya Allah lah yang akan menentukan. Tapi percayalah memiliki rencana sama halnya seperti berdoa. Jadi ketika saya merencanakan sesuatu, saya meniatkannya seperti halnya berdoa. Dan seperti janji Allah, "berdoalah makan akan aku kabulkan," makan janganlah takut berencana. Karena berencana = berdoa adalah sebuah ibadah.

Selamat tahun baru 2017. Semoga tahun ini menjadi tahun yang berkah dan indah.


courtesy of http://www.weareart.ru
Dan tiba-tiba kita sudah berada dipenghujung 2016 saja. Waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru saja kita nyaman mengucapkan 2016 (dua ribu enam belas) tanpa keceplosan mengucapkan tahun yang sudah lewat, 2015. Dan sebentar lagi kita harus belajar mengatakan 2017 (dua ribu tujuh belas) dengan benar. Jangan sampai salah ucap 2016 disetiap percakapan. Dan tanpa kita sadari 2017 juga akan hilang dalam hitungan detik.

Nada opening line line saya memang cliche, namun begitu lah adanya. Waktu berjalan begitu cepat. Kemana 22 tahun hidup ku berlalu? Sudah hidup diatas bumi begitu lama, namun belum melakukan banyak hal. Belum meraih apa-apa. Setidaknya kamu belajar sesuatu kan selama 22 tahun hidup mu?

Sejak kecil saya selalu bingung mengapa orang-orang kerap megatakan kalimat sepeti, "sekarang maunya udah di SMP, tapi pas di SMP maunya balik ke SD lagi," atau "sekarang pingin masuk SMA, tapi pas udah di SMA maunya blik ke SMP lagi." Saya tidak pernah memiliki perasaan seperti itu. Sejak kecil saya selalu menanti kehadiran masa depan, tanpa menyeseli hari yang sudah berlalu. Namun jujur kali ini saya sangat takut bahkan grogi dalam menghadapi 2017, tahun yang akan menjadi penutup lembaran buku kehidupan yang sudah saya jalani selama empat tahun lebih ini.

Saya masih saya yang dulu. Selalu menyediakan rencana masa depan. Bedanya dengan saya saat ini, saya tidak punya rasa percaya diri yang tinggi. Saya cenderung beranggapan bahwa saya in one way or another pasti akan melewati terowongan gelap dulu baru sampai pada ujung yang terang. Saya sadar bahwa hidup memang begitulah adanya. Saya hanya tidak siap jika itu berulang berkali-kali.

Tanpa berniat untuk mengglorifikasi uang, tapi bayangkan saja anak orang kaya mereka hanya perlu rencana yang manta lalu semuanya akan berjalan dengan yang diinginkan. Lah kita, rencana mantap namun itu saja tidak cukup. Harus mencari lembaga yang siap untuk menyokong secara finansial agar rencana itu bisa berjalan dengan lancar.

Jujur saya sering melewati masa dimana rasanya saya tidak akan mampu bertahan namun berkat izin Allah saya bisa melewati masa itu. Saya tidak punya apa-apa waktu itu. Namun waktu membuktikan hingga saat ini saya baik baik-baik saja. Saya masih berada dalam peron kereta tanpa diterjang keluar oleh petugas pengawas. Dari pengalaman ini saya harusnya belajar untuk YAKIN. Saya belajar untuk yakin. Tapi naluri manusiaku tetap saja hadir. Ragu, kurang percaya diri, takut dll.

Ini mengingatkanku pada salah satu topik mata kuliah Literary Theory yang mengajarkan tentang Psychology. Didalam ilmu psikologi, Sigmund Freud, bapak ilmu psikilogi, menjelaskan bahwa dalam sistem psyche manusia ada tiga hal yang beradu mendapatkan pehatian: Id, Ego dan Superego. Id, bagian dari psyche yang ketika menginginkan sesuatu harus dipenuhi secepatnya. Ego, berapa pada alam sadar kita, dan juga mengikuti hukum yang berlangsung didalam kehidupan. Namun begitu Ego selalu harus menjaga keseimbangan. Kalau tidak keadaan psikologi akan menjadi buruk. Superego, berfungsi sebagai moral kompas.

Jadi bayangkan saya ID adalah setan yang selalu menggodamu untuk melakuka hal-hal yang di larang, Superego mengontrolmu untuk tidak megikuti ajakan Id, dan Ego bertugas untuk menstabilisasi kedua deman ini.

Hubungannya dengan pembicaraan tadi? Rasa yakin datang dari Superego misalkan, lalu si Id dengan jahatnya menanamkan rasa ragu-ragu didalam benakku. Karena kondisi Psyche saya sedang tidak bagus, akhir Ego saya gak stabil deh. Saya jadi berada diantara yakin dan ragu-ragu.

%%%%%%%%

Saya nggak tau apa yang saya tulis. Tapi keinginin dalam diri saya terlalu kuat, sehingga saya tidak mau menyia-nyiakan komputer kosong yang ada dimeja perpus. Lahirlah tulisan yang random ini.

Dua hari menuju 2017
Galati Romania Januari 2016

Hari ini adalah hari pertama salju turun dikota Manisa di musim dingin tahun 2016 ini. Tidak ada kepastian apakah salju akan turun lagi atau tidak. Selama tiga tahun lebih berada di kota Manisa, hampir setiap tahun salju turun. Setidaknya begitulah pengakuan dari teman-teman saya. Kebetulan dalam waktu tiga tahun saya tinggal di kota Manisa, baru sekali saya merasakan musim dingin di Manisa dan kali ini adalah kali kedua saya. Satu tahun lainnya, saya waktu itu berada di Romania mengikuti program pertukaran pelajar. Disana juga sama. salju turun bahkan lebih banyak dari yang ada di kota Manisa, Turki.

Kini bahkan perkiraan cuaca pun tidak bisa di percaya lagi. Terkadang cuaca yang sedang berlangsung berbeda dengan yang ada di perkiraan cuaca. Entah apa maksud dari semua ini. Apakah ini berarti bahwa segala teori yang dikaitkan dengan cuaca benar? Apakah pemanasan atau pendinginan global itu benar adanya? Entahlah. Yang jelas, kini cucaca jadi sulit untuk diprediksi.

Berbicara tentang salju dan cuaca, saya jadi tertarik untuk mengingat-ingat kembali alasan apa yang membuat saya begitu tertarik untuk ke luar negeri. Banyak orang Indonesia yang teratarik untuk bersekolah keluar negeri karena alasan ingin merasakan suasana baru. Bahkan tidak sering ada yang berceletuk: Indonesian kan cuacanya gitu-gitu aja atau bahkan ada yang lebih to the point mau tau rasanya pas ada salju.

Tapi kalau mengingat-ingat, rasanya saya tidak pernah menjadikan cuaca jadi alasan saya untuk bersekolah keluar negeri. Tapi kembali lagi, pergi keluar negeri bukanlah plan A saya waktu itu. Mungkin saja secara mental sebenarnya saya belum siap untuk keluar negeri. Saat itu saya berencana untuk melanjutkan kuliah ke pulau Jawa (terutama ke Jogja). Tidak tahu pasti kenapa, nama Jogja terdengar begitu seksi di telinga saya. Terlebih lagi dengan julukkannya sebagai kota pelajar. (Oke saya bohong. Saya tahu kenapa. Saya sudah reset dan menurut riset yang saya lakukan jurusan hubungan internasional di UMY itu bagus. Setidaknya dari semua universitas swasta yang ada di sana).

Jadi saya punya teori masa kecil. Sebagai seorang anak yang berasal dari kota kecil dipedalaman saya menchallenge diri saya dengan menyediakan rencana hidup setiap tahunnya. Hingga akhirnya saya berada pada satu titik dimana saya tahu apa yang saya mau. Saya mau hidup saya itu seperti menaiki tangga. Saya mau ada peningkatan di setiap jenjang pendidikan. Saya ingin berada ditangga yang lebih tinggi setiap tahunnya. Dan hal itu hanya bisa saya capai dengan mengunjungi pusat-pusat seni dan budaya. Desa dipedalaman tentu bukanlah tempat untuk hal itu. Jadi saya berencana untuk: 1. menyelesaikan SD ditingkat desa; 2. SMP tingkat kabupaten; 3. SMA tingkat provinsi; S1 tingkat pulau atau nasional; S2 dst barulah ke luar negeri.

Namun ketika akhirnya kesempatan untuk pergi ke luar negeri datang, bukan hanyak sekedar untuk jalan-jalan tapi untuk bersekolah, saya pun akhirnya menikmati segala asam, manis, pahit kehidupan yang ada disana. Dengan keadaan mental dan informasi yang belum mumpuni waktu itu, tidak heran jika akhirnya saya berakhir dengan banyaknya hal-hal yang pahit. Inonisnya, segala pelajaran hidup datang dari hal-hal yang berbau negatif. Dan dengan alasan itulah sekarang dengan lantang saya bisa mengatakan bahwa seberapa pahitpun kehidupan yang saya harus jalani selama kehidupan saya di Turki, saya tidak adakan menukarnya dengan sebotol teh manis. Pelajaran hidup begitu manis ketika di warnai oleh hal-hal yang pahit. 

Walaupun begitu saya tidak menapik bahwa melihat salju adalah salah satu bonus yang saya dapat setelah akhirnya berada di luar negeri. Seperti orang-orang yang berasal dari negara yang berikilim tropis lainnya saya tentu sangat senang ketika bisa melihat salju secara langsung. saya pun tidak menyia-nyiakan kesemptan untuk berfoto ria dan lain-lain. Namun seperti halnya yang dikatakan oleh professor David Gale dalam film "The life of David Gale," ketika memberikan kuliah tentang salah satu Psycholanalysist, Jacque Lacan, dia mengatakan "In order to continue to exist desire must have its object prepetually absent." Satu penggambaran yang sangat sesuai dengan konsep desire (saya tidak tahu padanan kata yang pas dalam bahasa Indonesia). Jadi salju hanya indah dan menggemaskan saat kita tidak bisa melihatnya secara langsung. Sesaat ketika kesempatan untuk melihat salju hadir, saat itu pula bayangan tentang salju yang ada dikepala kita hilang dengan tiba. Dan kata-kata sepeti, "oh.. gini toh rasanya pas ada salju" pun secara tak terelakkan muncul.

Kembali lagi ke memori saya pra-menginjankkan kaki ke luar negeri. Sepertinya dulu saya lebih tertarik untuk melihat pohon maple dari pada salju. Atau mungkin kedua-duanya. Entahlah. Ingatan manusia sangatlah bias.

Jadi diwaktu saya SMA novel "Trilogi Negeri Lima Menara" sedang beredar dipasaran. Saya tidak membeli kopi buku ini. Salah satu teman sekelas saya (sekarang jadi teman saya yang paling dekat; jika definisi dekat adalah masih saling bertukar salam walaupun sudah dipisahkan oleh jarak) yang punya buku ini hadiah dari orangtuanya yang baru pulang dinas kekota lain. Tertarik, saya pun langsung meminjam. Saya ucapkan selamat kepada penerbit yang tahu sekali cara mengambil hati konsumen dengan menyediakan pembatas buku yang berbentuk daun maple. Sampai-sampai saya terobsesi ingin melihat daun maple mengering disaat musim gugur. That being said, gugur adalah musim yang paling saya sukai deri semua musim yang ada.

Terlepas dari pembicaraan musim dan kaitannya dengan keinginan anak-anak Indonesia untuk bersekolah ke luar negeri, saya ingin sedikit membahas tentang niat. Dalam Islam kita diajarkan bahwa segalanya kembali kepada niat. Buruk ataupun baiknya segala hal itu ditentukan oleh niat yang kita miliki diawal tindakan. Jadi alangkah baiknya jika ingin bersekolah keluar negeri dibarengi dengan niat yang indah. Agar segala tidakan kita benilai ibadah. Dan bagi saya pribadi niat sama posisinya dengan alasan. Jadi semakin bagus niat kita, semakin bagus pula alasan kita. Dan alasan adalah penentu paling besar dalam pendaftaran sebuah beasiswa. Menuliskan: saya ingin bersekolah di negara A karena dengan begitu saya bisa melihat salju, rasanya bukan alasan yang akan meloloskan anda dalam pendaftaran sebuah beasiswa. Jadi untuk kalian yang sebentar lagi akan mendaftar beasiswa Master Pemerintah Turki, saatnya berkontemplasi dalam menulis letter of Motivation kalian. Tuliskan apa yang ada dalam kata hati kalian. Dan pastikan yang adalah mata hati kalian adalah hal yang disukai oleh pihak pemberi beasiswa.

Pertama-tama, mau minta maaf kediri sendiri karena selalu mangkir dari semua hal yang sudah diniatin. Misalnya, aku udah niat mau nge-blog sepanjang bulan Desember, tapi kenyataannya gagal karena leptop yang mendadak rusak. Tapi untuk tidak menghilangkan kebiasaan menulis, aku kembali ke kebiasaan lama, nulis jurnal. Jadi selama beberapa minggu ini aku aktif nulis di jurnal. Tapi karena malas nulis tangan, akhirnya bentuk tulisan yang ada di jurnal cuma sejenis outline aja. Misalnya satu waktu aku pingin nulis tentang topik Pernikahan, bukan karena aku lagi digalaukan oleh konsep ini. Cuma karena waktu itu kebetulan lagi terikat dalam percakapan tentang "Pernikahan" tersebut dengan salah seorang ibu Indonesia dikotaku. Terus dilain waktu aku lagi dipenuhi oleh imajinasi liar tentang bagaimana pikiran manusia berfungsi. Jadi aku menulis secara metafora bagaimana pikiran berfungsi dengan cara menyamakannya dengan sistemtransportasi. Kebetulan waktu itu aku baru saja melakukan perjalanan ke Ankara untuk mengganti paspor. Jadi, aku menggunakan pengalaman waktu perjalanan itu menggambarkan bagaimana pikiran berlangsung.

Tapi karena sekarang aku lagi punya akses ke komputer, jadi aku mutusin untuk membuat postingan baru di blog ini. Dan topiknya adalah tentang penggantian paspor.

Nah, dipostingan sebelumnya aku sudah sedikit menyinggung tentang perjalanan ke Ankara dan bahwa mengunjungi Ankara dipertengahan Desember adalah keputusan yang buruk. Sekarang aku akan memberi sedikit informasi tentang penggantian Paspor. Mungin diantara kalian ada yang berniat untuk mengganti paspor dalam waktu dekat, semoga postingan ini bermanfaat.

Dokumen yang dibutuhkan untuk mengganti paspor di KBRI Ankara:
1. Paspor lama asli dan foto kopi
2. Pas foto biometrik 4 lembar
3. Öğrenci belgesi atau surat keterangan mahasiswa dari kemahasiswaan kampus
4. KTP asli maupun foto kopi
5. Foto kopi lapor diri yang ada dihalaman terakhir paspor
6. Foto kopi ikamet
7. Biaya
10$ untuk paspor 24 halaman yang berlaku 3 tahun
30$ untuk paspor 48 halaman berlaku 5 tahun

Dengan membawa semua persyaratan dokumen diatas, kita bisa memproses paspor dalam satu hari. Kalau datang lebih awal di pagi hari kemungkinan besar paspor akan siap jam 3 sore. Waktu itu saya datang ke KBRI tepat pukul 9 pagi, dan paspor kami siap sebelum jam 4 sore.

Dan sekarang saya sudah dapat paspor baru yang menyantumkan nama baru saya. Sekarang waktunya saya memproses penggantian residence permit baru. Belum habis sih. Cuma karena namanya beda. Jadi saya harus ganti yang baru. 
Mengunjungi kota Ankara dipertengahan bulan Desember bukanlah sebuah keputusan yang bijak. Besar kemungkinan kota Ankara akan putih diselimuti salju. Kalaupun tidak, sama saja – kota Ankara akan tetap menjadi kota yang akan memberikan sedikit penderitaan hidup. Dan penderitaan itu adalah berupa kedinginan.

Tidak ada pilihan bagi saya waktu itu. Saya yang sudah sejak akhir musim panas lalu menunda-nunda untuk memproses penggantian paspor, akhirnya menyerah. Salah satu faktör yang membuat saya menyerah adalah harga tiket pesawat yang lumayan murah. Juga ketakutan saya akan perasanyaan nyaman: nyaman untuk menunda sesuatu sehingga akhirnya berubah ke lupa. Lupa, seperti halnya yang kita ketahui semua, adalah sebuah musuh nyata kehidupan. Lupa telah membuat seorang anak muda berbakat dari selatan pulau B kehilangan kesempatan untuk menjadi seorang pelukis yang hebat.

Lalu hari itu pun tiba, hari dimana saya akan menaiki pesawat Pegasus yang akan menerbangkan saya ke kota Ankara. Pesawat itu ditargetkan terbang pada pukul 11.10 malam, yang berarti saya terpaksa harus menginap di Bandara. Semua moda transportasi di Ankara selesai pukul 12. Kalau pun bis shuttle beroperasi 24 jam, sama saja. Kenalan kami di Ankara berdomisili jauh dari pusat kota. Dan kami pun menginap di Bandara Eşenboğa.

Pagi hari jam 7 pagi kami menaiki bus shuttle menuju Kızılay, pusat keramain Ankara, dimana ada jutaan manusia mondar mandir setiap menitnya. Dari sini kami langsung menuju kedutaan besar Indonesia da memproses paspor. Proses selesai kini saatnya kami menunggu. Karena jam menunggu lumayan lama kami pun meutuskan untuk mencari makan untuk menghabiskan waktu. Namun ketika kami menyadari bahwa bahkan setelah makan pun jam menunggu masih lama, kami memutuskan untuk maşuk kedalam sebuah mesjid besar dan mewah. Saya kehilangan ingatan akan nama mesjid itu. Namaun yang jelas mesjid itu adalah mesjid termegah yang pernah saya kunjungi. Definisi megah dalam kamus saya adalah ketika pengunjung diberikan kewenangan menggunakan kamar kecil tanpa dipungut biaya dan tentunya ketika air hangat mengalir didalam mesjid itu. Kau akan sadar betapa berharganya air panas ketika mengunjungi Ankara dibulan Desember.

Jam tiga, masih ada satu jam untuk pengambilan paspor, namun kami memutuskan untuk mencoba keberuntungan kami, siapa tahu saja paspor sudah jadi lebih awal dari waktu yang ditentukan. Benar saja, pada saat kami tiba di kantor KBRI paspor sudah jadi. Kamipun bergegas menuju kızılay, tempata dimana kami berjanji untuk bertemu dengan teman.
Sebenarnya kami bisa saja memutuskan untuk mengunjungi rumah mereka langsung. Namun berpikir bahwa pesawat kami selanjutnya adalah esok pagi jam 6.30, kami pun memutuskan untuk menginap di bandara lagi. Lalu beginilah gambaran perjalan ke Ankara disaat musim dingin. Tidak ada kegiatan mengunjungi atraksi turis. Bukan hanya karena cuaca kota Ankara yang dingin. Namun juga karena memang tidak ada yang bisa dilihat di Ankara. Semua tempat wajib dikunjungi di Ankara telah saya kunjungi sebelumnya seperti makan bapak pendiri Turki, Atatürk, dan juga benteng Ankara.


Sehari dua malam di kota Ankara yang patut dikenang. Kombinasi tiket murah, cuaca yang dingin, dan paspor baru.  




Entah apa yang spesial dengan minggu setelah midterm kali ini, saya mendadak beli sepatu. Beli sepatunya bukan cuma satu, malah beli dua. Buat apa? It's not me. Saya biasanya cuma punya sepatu satu pasang. Dan pakai sepatu yang sama sampe benar-benar sudah rusak. Apa yang terjadi?

Jadi memang sepatu lama yang saya beli dengan diskon 50% di Pull and Bear di Bucharest, Rumania sudah rusak parah.  Terpaksa deh saya harus beli yang baru. Selama sebulanan saya cek terus di website semua toko sepatu, dan ternyata belum ada yang murah. Eh tiba-tiba ada iklan di timeline facebook saya kalau di Flo ada sepatu murah (sekitar 32TL), saya tanpa pikir langsung order. (Oya, pada nyadar nggak sih kalau akhir-akhir ini banyak banget iklan di sosial media, baik di instagram, facebook dll? Jadi gak nyaman pake sosial medianya).

Pesanan sepatu langsung sampai dalam waktu dua hari. Menilai dari servis perusahaan dan kargo, saya sudah berekspektasi besar. Tapi ternyata, eh.. Sepatunya mengecewakan. Bukan dari bentuknya sih. Bentuknya oke-oke saja. Tapi memang kaki saya saja yang agak bermasalah. Kaki saya tuh ngembang (alias kaki pisang goreng), jadi kalau beli sepatu memang harus pilih-pilih. Kalau nggak ya, kayak yang saya alami kemarin, kaki saya jadi lecet.

Pas sepatunya datang, kebetulan dihari yang sama saya mau ke kota seberang, kota Izmir. Saya tanpa pikir panjang langsung pake sepatu itu kesana. Miris banget pas disana harus nahan sakit, karena kita kerjaannya jalan kaki terus ngitarin mall-mall disana. Alhasil kaki pada lecet.

Nah, berbicara tentang mal. Ini sih sebenarnya yang saya ingin omongin. Jadi pas disalah satu mal di izmir (Optimum), kita orang main ke Nike Factory Store, nah tiba-tiba ada diskon. Saya nyoba-nyoba lah.. Eh muat dan nggak bikin sakit kaki jadinya saya ngambil deh. Wajar sih… harganya memang murah banget.. Cuma 75TL sekitar 300.000 an. Saya bilang lumayan karena kemarin pas di Indonesia saya juga udah nyari kesana-kemari dan ternyata harga Nike di Indonesia juga mahal banget. Padahal saya kirain harga Nike di Indonesia akan lebih murah. Karena pas di Turki saya baru tau kalau Nike itu di produksi di Indonesia. Karena produksinya di Indonesia, harusnya harganya lebih murah dong.

Tapi ternyata nggak sama sekali! Harga barang-barang bermerk seperti Nike, Adidas, dll semua sama dimananpun. Tapi ngerasa fair gak sih? Kalau aku sih nggak. Coba pikir deh.. Alasan utama kenapa perusahaan besar kayak nike produksi di negara-negara 3rd world kayak Indonesia dan Vietnam kan karena biaya produksi disana lebih murah. Nah, dengan biaya produksi murah harusnya negara tempat produksi itu dikasih keringanan kek.. Dengan ngasih harga murah dinegara itu. Apalagi pajak di Indonesia kan murah. 

Tapi namanya hukum kapitalisme, mengeluarkan biaya produksi seminimal mungkin dan mendapakan untung sebanyak mungkin. Jadi mimpi aja kalau barang-barang bermerk itu mau menjual dengan harga miring dinegara produksi. Kalau begitu kenapa Indonesia gak naikin aja sih pajak produksi? Toh, perusahaan besar itu gak ngasih keringanan juga ke Indonesia? ya jawabannya mungkin karena status Indonesia yang lemah yang selalu menunjukkan ke negara internasional bahwa kita yang butuh. Indonesia selalu ngasih impression seolah-olah Indonesia seorang yang butuh para investor itu sehingga kegiatan menyembah-nyembah pun dilakukan, seperti memberikan pajak sesuai kemauan mereka.

Ah entahlah.. Sebagai seorang anak Indonesia yang berada di LN jadi merasakan ironisnya. Barang diproduksi dinegara sendiri. Pas beli berasa senang dong.. eh sepatuku made in Indonesia. Seolah-olah ada rasa nasionalisme yang tumbuh karena memberi produk dalam negeri. Tapi disi lain ini gak membantu sama sekali. Toh 90 % profit penjualannya pasti lari ke kantong bos nike. Buruh yang bekerja di perusahaan nike? Kayak gak tau aja gimana dunia pekerjaan di Indonesia: kerja dengan waktu yang panjang dan digaji dengan gaji terendah! Miris!