As I have declared a while back that I will try to relive my old routine (commenting on book I read); hence this post is here. And by the way, finishing this book is a major accomplishment for me throughout winter holiday season. Otherwise, I would just spend my days doing nothing. By that, I mean, I would just stay on my bed until late afternoon watching Youtube videos and random films. And that’s about it. So, reading this book is quite a good thing for me. It gives me a nice feeling that I am not a looser, something that I constantly try to remind myself. I do realize that word is nothing without proof. Therefore, I also try to live a productive life. Everybody has their own idea about being productive. Personally, I get my sense of productivity through writing, reading and traveling (less so – because traveling means spending money. And I am not so good at letting go my money. Given that I don’t have a stable income like anybody else. Non the less, I like traveling)
*****

This is the second book I read written by the same author (Jeanette W). Previously to this book, I read Winterson’s “Oranges are Not the Only Fruit) and it was part of my British Novel class’s assignments. So, I (kind of) already have some expectations what’s or how’s this book going to be like. It helps me a lot dealing with the constantly shocking style of Winterson. For those who happen to have read her book, you do know what I am talking about right?

This book starts with this sentence: MY NAME is Jordan. And that’s pretty much about it. Yes, this novel centers around Jordan’s life and his imagination. While reading this book you might confuse the narrators since it changes all the time. Sometimes the story is told through Jordan’s perspective, other time it might be told by the mother (who by the way might also not his mother – I will tell you why), in the middle of the book there is a chapter where it talks mainly about The Twelve Dancing Princes and they get to tell their own lives. Hence, they also get to become the narrators.

There are three main characters: Jordan, the mother and Transcendent. When Jordan was a kid he used to make a ship out of paper and flow it to the river. One day Jordan is found by Transcendent, who is a wanderer, and impressed by Jordan’s imagination. He then talks to Jordan about a real ship and how he should operate it. Jordan then sees Transcendent as a hero and makes him his role model – someone he wants to be in the future. Later Jordan gets to actually travel the world with him and that’s how readers brought to the story of The Twelve Dancing Princesses. You can say that this novel is a story within story novel. There are so much inside stories and also readers get to hear the same story from different point of views.

The mother is also quite interesting. He is described as a big woman. She is bigger than everybody else. Later, however, we get to know how this story comes. It turns out that even Jordan and the mother is not related. Wait, was it? That’s the thing. This book makes us question what’s real and what’s not real. This thing, for example, we don’t even know if they are related. Towards the end of the story, we are told about Jordan’s life but a different one. In this story, Jordan’s childhood is still the same as told in the first part of the novel. He plays with paper ship etc. But as he grew up he entered the army and now he plans to build a ship by himself. One day he visited a company where his friend works and saw a woman living in a tent. She is protesting against that company who has contaminated water in that town. This contamination makes her hallucinate, and think of herself as a big woman. What? Yes, that was exactly my reaction. So, if these two people have the crazy imagination, how come their imagination is inter-related to each other? By the way, when Jordan first sees her, he has a sense that he knows her from somewhere which hints that he knows her from his imagination. (She is the mother in his imagination)

I know this story is quite crazy. But that’s the best part of it – its craziness. I don’t know what I was reading. I just kept reading. But as I opened page by page, I finally get the connection between each part. It’s okay if you feel lost while reading this book. Perhaps that’s the intention. But as you reach the end of the book you will get what is this book about. In fact, I finally get the story when I read the back part of the book. It says something like this:

“Sexing the Cherry celebrates the power of imagination as it playfully juggles with our perception of history and reality; love and sex; lies and truths; and twelve dancing princesses who live happily ever after, but not with their husbands.’ – Vintage Classic

Closing line: this story is great. But I think I am not so much in the mood of postmodernist crept recently. Normally I would be so excited reading about this kind of story with the unknown plot, etc. But I think I just want to read a linear plotted kind of story for now. Still, with no intention to undermine the greatness of this book, I would like to recommend you all to read this book.

Happy holiday everyone!





Duomo, Milan


Siapa sih yang nggak suka traveling? Tapi terkadang kita cenderung takut untuk hitting the road sendirian. Padahal dunia gak semenakutkan itu ko! Iya, setiap hari kita dengar berita buruk baik di TV maupun di social media. Tapi jangan loose hope gitu dong sama humanity! Dunia masih aman-aman aja kok. Toh, kalau kita terlalu ambil pusing berita buruk yang ada di media, kita gak akan kemana-mana.

Pernah dengar kata-kata bijak: You are not tree. You meant to be moving around? Bukan kata yang sepenuhnya sih. Tapi intinya ya gitu. Kita bukan pohon yang badannya sudah terikat ketanah. Kaki kita bebas. Gak terikat sama sekali. Jadi gak ada alasan bagi kita untuk berhenti ditempat yang sama untuk terlalu lama.

Sejak memutuskan sekolah ke Turki, saya jadi terbiasa dengan hal-hal yang berbau sendiri. Bahkan saya mungkin satu-satunya orang Indonesia yang sekota sendirian. Ada sih orang Indonesia lainnya. Tapi kita jarang ngumpul-ngumpul. Jadi anggap aja saya sendiri.

Sendiri nggak terlalu menyedihkan kok. Toh, saya juga nggak melulu sendiri. Ada banyak teman-teman Turki saya disekitar. Bahkan saya sekamar dengan 3 orang Turki lainnya. Walaupun secara bahasa dan budaya berbeda. Tapi ya jadi sebuah pengalaman gitu. Banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik ketika tinggal dengan orang yang berbeda kultur dan bahasa dengan kita.

Terus kebetulan tahun lalu saya berkesempatan untuk ikut pertukaran pelajar ke Romania. Sebelum ke Romania saya memang sudah niat untuk jalan-jalan ke Eropa. Tapi saya nggak menyangka aja saya bakal ke Eropa solo. Saya kira saya bakal pergi sama teman-teman Erasmus lainnya. Karena mereka kurang serius dalam mendaftar visa Schengen saya akhirnya mutusin untuk pergi ke Bucharest sendiri dan daftar visa sendiri. Walaupun sempat di tolak sama kedutaan Italia, akhirnya saya dapat visa dari kedutaan Belanda. Alhasil saya jalan-jalan mengilingi Eropa sendiri.

Banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik dari solo traveling:
1.        Kalian jadi sering menghabiskan waktu merenungi kehidupan
Walaupun kedengarannya puitis, sebenarnya ini lebih dari sekedar itu ko. Bayangin kalian ada didalam bis menuju Lion dari Milan. Secara teknik kalian nggak sendiri. Pasti ada penumpang lainnya. Tapi karena kalian nggak kenal sama mereka, kalian merasa sendiri. Cuma ada diri kalian sama buku yang kalian bawa untuk mengisi waktu. Terus kalian hanyut dalam pikiran kalian sendiri. Kalian mulai mempertanyakan kenapa kalian ada didalam bus itu? Besoknya tiba-tiba kalian sampai di Lion. Dan semua seperti mimpi. Kalian bahkan sampe-sampe mempertanyakan apakah semua ini nyata?

2.      Bertemu orang asing yang sangat mengerti kalian
Ketika solo-traveling jangan suka menutup diri. Jangan sungkan untuk memulai percakapan. Palingan kalian akan berakhir pada percakapan paling seru seumur hidup kalian. Kalian ngobrol tentang perjalanan masing-masing. Si A, yang berkwarganegaraan Puerto Rico, sedang melakukan program pertukaran pelajar di Prancis. Sekarang dia duduk sebangku dengan mu. Sedang dalam perjalanan menuju Amsterdam untuk merayakan tahun baru. Ada banyak topik pembicaran yang kalian bisa mulai. Kalian bisa Tanya tentang negaranya. Tentang program petukaran pelajarnya. Tentang tujuannya selanjutnya dan lain-lain.

3.       Mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan
Dalam perjalanan kalian bertemu dengan manusia dan berbagai penjuru. Kalian nggak tahu satu sama lain. Tapi seolah tujuan kalian sama. Kalian sama-sama mencari makna kehidupan. Kalian tidak lagi menganggap bahwa ras kalian lebih hebat dari ras lainnya. Kita semua sama. Kita semua dalam sebuah misi – mencari makna kehidupan.

4.      Lebih menghormati traveler.
Melakukan perjalanan sendiri membuat kalian sadar bahwa hidup sendiri itu berat. Karenanya kalian lebih toleran terhadap orang lain. Terutama mereka yang melakukan perjalanan sendiri. Kalian tidak segan-segan untuk memberikan bantuan. Karena kalian tau bahwa hidup ini berat. Dan jiwa komutis kalian pun jadi tinggi. Dan kalian lebih mampu untuk bermasyarakat.

5.      Berhemat dan terencana
Melakukan perjalanan sendiri dengan budget minim akhirnya memaksa kalian harus terencana. Kalian pun bisa berhemat dan mengusahakan untuk tidak memboros.

Percayalah, melakukan perjalanan sendiri akan merubah cara pandang kalian seutuhnya. Kalian akan melihat dunia dengan cara berbeda. Kalian akan lebih mengapresiasi hidup dan kemasyarakatan J





Akhirnya hari yang dinanti-nantikan pun tiba: LIBURAN AKHIR SEMESTER! Hayo sudah pada cek transkrip nilai semester ini belom? Semoga nilainya memuaskan ya.

Dipostingan kali ini saya mau memabahas tentang pengalaman bekerja di Turki. Kebetulan sudah hampir 2 bulan saya bekerja part-time (sabtu-minggu) di salah satu intitusi bahasa di kota tempat saya tinggal, Manisa. Nama institusi tersebut B Town. Diinstitusi bahasa ini kami mengajar mulai dari anak-anak sampai dewasa. Bahasa yang kami ajarkan adalah bahasa inggris, sesuai dengan nama yang disematkan pada institusi ini.

Saya sendiri, kebagian mengajar anak umur 10-12 tahun untuk level bahasa inggris Welcome 3. Sempat juga saya diminta mengisi kelas conversation buat orang dewasa (umur 18 tahun dst), tapi karena jam untuk kelas itu terlalu sore, saya pun mengundurkan diri dari kelas itu. Bukan karena sore bermasalah. Saya cuma nggak mau aja nunggu terlalu lama. Kelas saya sebelum conversation calss selesai jam 2 siang. Lanjut ngajar lagi jam 6. Kayaknya gak worth it deh.  

Nah, sebenarnya ngajarnya biasa aja. Buat kalian yang berpengalaman ngajar anak kecil, tau lah anak kecil gimana? Mereka maunya main aja. Terus paling susahnya itu ketika kalian terlalu serius dengan pekejaan kalian yang akhirnya berubah jadi beban emosi. Nggak tau apakah ini hal yang positif apa negatif. Serius sama pekerjaan artinya kan kita bertanggung jawab. Tapi kalau keseriusan malah akhirnya buat diri sendiri stress sama aja kan?

Saya orangnya lebih condong menganggap serius segala hal. Dalam hal pekerjaan ini, misalnya, saya berharap banget anak didikan saya pinter dan bisa semua. Nah, kalau mereka maunya main terus dan selebihnya gak konsentrasi sama aja. Terus ada anak yang keras kepala lagi. Kalau gurunya melempar pertanyaan, dia maunya teriakin jawaban langsung. Sedangkan ada anak lain yang kurang mampu. Pokonya kerja jadi tentor ini berharga banget deh. Ini buat aku lebih respect sama guru-guru.

Sedangkan untuk masalah environment pekerjaannya biasa aja sih. Tempat kursusnya lumayan tertata dan lengkap dengan fasilitas pendukung. Ada computer dengan layar lebar ala TV disetiap kelas. Terus ada foto kopi kalau para tutor perlu ngopi soal-soal atau quiz dll yang dipake dikelas. Ada juga minuman gratis (teh) disediain pihak instiusi buat para pelajar dan guru.

Karena saya ngajarnya akhir pekan, direktur institusinya jarang ada dikantor. Palingan ada satu dua front desk workernya yang nongkrong disana.

Masalah gaji, ini nih yang paling sensitif. Walaupun dari awal saya komitemen bahwa niat kerja cuma untuk dapat pengalaman tapi gak berarti juga saya gak nyari uang juga. Nah ternyata ditempat kerja saya system penggajiannya beda. Masa gaji bulanananya dikasih setiap tanggal 20 bulan berikutnya? Jadi misalkan kita udah kerja buat bulan Desember nih. Gaji Desember baru di kasih tanggal 20 bulan Januari. Udah gitu mana gajinya dikit banget lagi. Sejamnya  Cuma 8TL. Setiap kali pergi kerja pasti ngeluarin uang, buat transportasi atau makan siang.

Intinya masalah kerjaannya gak terlalu gimana-gimana sih. Oke-oke aja. Tapi masalah gajinya nih yang agak bermasalah. Telat pembayaran dan kecil. Kayaknya bentar lagi saya bakal quit deh. Bangun pagi banget cuma buat kerja itu kayakanya gak worth it deh kalau dihargainya cuma gitu. Sampe-sampe saya bilang gini: disetiap kelas yang aku masukin ada sekitar 6 anak, jadi kalau gajiku 8TL perjam, berarti hargaku perjam kurang dari 1 setengah TL dong? Murah banget!!

Sekarang saya lagi libur kerja karena anak-anaknya juga lagi liburan. Rencananya sebelum kurus bahasanya dimulai lagi, saya udah quit. Biar saya gak perlu kesana lagi pas kursus dimulai. Setidaknya impian saya kerja selama sambil kuliah udah tercapai walaupun cuma 2 bulan. Tapi setelah ini saya niat mau nyari kerjaan lagi sih. Mau nyoba kerjaan yang lain. Jangan ngajar terus. Mungkin jadi garson? We'll see!

Sekian dulu ya postingan kali ini. Sampai jumpa lagi dipostingan selanjutnya.


Disclaimer:


Ini cuma pengalaman saya sepihak. Saya yakin pasti banyak orang lain yang memiliki pengalaman yang menyenangkan saat bekarja di Turki. Buat kalian yang niat mau kerja ke Turki, saran saya pelajari dulu kontrak kalian. Jangan sampe kalian malah di eksploitasi saya employer kalian. Kalau saya kerja kan cuma iseng aja. Ngisi kegiatan karena saya udah disemester akhir. Udah nggak banyak mata kuliah lagi. Jadi kalau saya nggak happy di tempat kerja saya bisa quit. Buat yang komitmen mau kerja Full-time di Turki (atau di luar negeri secara umum), tolong pelajari dulu perusahaan dan kontrak kerja kalian. Jangan sampe terkena kasus penipuan dan eksploitasi manusia.




Sudah hampir sebulan leptop saya gak saya pake. Alasannya memang gak bisa di pake. Masih bisa nyala, tapi setelah digunain sekitar 15 menitan tiba-tiba hitam – mati.  Bukan shut down normal, tapi mati yang bener-bener hitam. Kayak pas habis batre. Kalau yang mati karena habis batre, pas di hidupin lagi kan semua kegiatan sebelumnya masih ada. Misalkan pas masih hidup kita lagi menggunakan ms. Word, pas dihidupin lagi tulisan kita masih ada. Kalau yang ini matinya langsung hitam. Dan pas hidup semua kegiatan sebelumnya langsung hilang. Nah, kalau kasus kalian sama seperti kasus leptop saya, tenang saja, saya akan berbagi pengalaman cara memperbaiki lepto dengan kasus diatas.

PENYEBAB

Setelah kejadian ini saya langsung googling, dan dari semua website rata-rata mendiagnosis bahwa leptop saya pasti overheat. Saya coba hidupin leptopnya lagi, tapi ternyata bukan. Gak ada panas dimana-mana. Terus diagnosis kedua, mungkin karena leptopnya kotor jadi udara kipas anginnya gak keluar. Saya sampe bongkar leptopnya buat mastiin kalau ini leptop gak kotor. Bukan juga. Jadi apa dong penyebab leptop saya mati tiba-tiba? Ketiga, karena baru-baru ini saya upgrade RAM, saya piker apa mungkin ya RAM nya bermasalah. Lagi-lagi saya bongkar leptopnya dan cek RAM. Ternyata RAM-nya aman-aman saja. Tidak masalah. Saya jadi pasrah. Pas lagi ada deadline buat ngumpulin graduation paper lagi. Akhirnya selama dua sebulan lebih saya gak pake leptop. Saya selalu lari ke perpur buat ngerjain tugas. Tapi ya itu, di perpus suka rame yang pake computer. Sampe-sampe saya harus ngantri buat make computer aja.

Akhirnya kemarin setelah selesai final saya mutusin untuk bawa leptopnya ke tempat servis. Kebetulan teman saya Alvi tau tempat servis di kota Manisa. Katanya leptopnya juga pernah bermasalah. Kalau gak salah dia cerita leptopnya ketumpahan coca-cola, jadi dia minta si tukang servis buat bersihin bagian dalam leptopnya biar bagian dalamnya gak berkarat. Ngomong-ngomong bersihin bagian dalam computer, saya jadi ingat pengalaman saya ditahun 2012. Masa-masanya nunggu visa :D :D Anyway, waktu itu saya stay di Depok hamper tiga bulanan. Tiba-tiba leptop saya mati kayak sekarang. Setelah googling akhirnya saya nemu acer servis center di Mangga dua. Saya gak tau Jakarta dong. Saya kan bukan anak Jakarta. Tapi bekal nekad dan hape yang ada google maps-nya saya pun naik kereta ke mangga dua. Setelah muter-muter akhirnya ketemu juga acer center. Saya masih bisa visualisasi, tapi untuk ngasih tau letak pastinya bingung. Pokoknya disitu deh. Jaduh dari mangga dua tempat perbelanjaan pokoknya. Ada perempatan, terus ada mal gede disampingnya. Disitu tuh, acer centernya. Leptop saya tinggalin disana, setelah dua hari saya di telpon, dan katanya motherboardnya rusak.Kalau saya mau ganti bayar 800.000,-. Setelah mikir-mikir daripada ganti motherboard saya mending beli baru. Akhirnya saya ambil. Saya tetap diminta bayar biaya servis kalau gak salah waktu itu 85.000an. Setelah saya bawa pulang tiba-tiba leptopnya jalan. Sampe hari ini. Eh, sampe desember lalu ding. Kan rusak lagi. Saya yakin waktu itu bukan motherboardnya yang rusak, tapi overheating aja yang disebabin oleh banyaknya debu yang numpuk dibagian dalam leptop. Buktinya pas dibersihin hidup lagi. (Oya biaya 85rb itu, biaya pembersihan bagian dalam leptop.) Jadi setelah mikirin kejadian ini, saya kira mungkin aja kali ini kasusnya sama juga. Semoga pas bagian dalamnya dibersihin bisa hidup lagi.

Leptop saya bawa ke Mehtap Bilgisar Manisa. Saya cerita ini itu. Terus kata tukang servisnya leptopnya bisa ditinggalin disana. Nanti sore kami tutup jam 7.30, sebelum jam itu nanti kami kabarin. Diluar lagi hujan, jam masih jam 2 saya bingung mau kemana. Tapi balik ke asrama juga malas. Terlalu jauh. Harus naik bus lagi. Saya mutusin untuk jalan-jalan ke kota, masuk took-toko Cuma buat killing times.

Jam 3.40 an saya ditelpon. Kata tukang servisnya masalahnya ada di thermal paste dan internal fan. Termal pastanya dua-duanya kering, jadi mereka udah ngisi ulang. Baru tau kalau fungsi termal pasta itu kaya oli di motor atau mobil. Kalau leptop udah terlalu lama dipake, boleh tuh termal pastanya dicek, siapa tau aja kering. Kayak punya saya nih udah hampir 6 tahun leptopnya gak cek-cek, akhirnya kejadiannya gini deh. Nah, Karena termal pastanya kering ini berpengaruh ke internal fan-nya. Kan letak termal pastenya dibawah fan. Jadi pas kotak termal pastenya kering, ini menyebabkan fan-nya rusak. Dinamo internal fan saya juga sampe rusak. Jadi mungkin mereka saling behubungan. Intinya setelah di cek, saya harus ganti termal paste sama fan-nya. Totalnya saya di charge 75TL atau sekitar Rp. 300.000. So, kalau leptop kalian mati tiba-tiba, mungkin aja permasalahannya ada di fan sama termal pasta. Coba cek, pas di hidupin ada bunyi ribut gitu gak? Kalau gak berarti kipas angin dalamnya gak berfungsi. Dan ini menyebabkan leptonya mati tiba-tiba.