https://study.com/cimages/videopreview/videopreview-full/human-development-stages-from-infancy-to-late-adulthood_195335.jpg
courtesy of study.com
In life, unlike the high way where the destination sign is always put on top of the road visibly that says you will arrive in A city in 10 KM, there isn't really a physical sign that says you are entering ADULTHOOD, which in turn confuses the person in the position. Sure, people can assume that adulthood starts by the time a person reaches the age of 20 or so. But what's number, really? There are kids who look like adults shown by the way they wear their clothes and their makeups. There are kids whose mannerism and the way they handle things just like adults.

Therefore the philosophical question of what "adulthood" really signifies begun. Does it refer to an age where someone is physically classified as, "you have grown like a big man," therefore he is an adult? Or does it refer to a person's state of mind or his characteristic rather where he projects the vibe of an adult? What is that vibe, really?

Some says, "everybody can be an adult but not everybody matures."

Aha. . . that's the word, "mature!"

What do you have to do to be considered matured? Do you have to act in certain way when talking? Or do you have to make your own money? Do you have to be in a relationship?

This is a transitional phase in life when a person is experiencing a sudden change in every little thing. All of a sudden, he is detached from a life that he used to have (i.e., care-free-ness) and now he has to start caring about every little thing such as how do I respond to a situation and what should I do in a situation of A, B and C.

This is also a time when he is expected to start thinking (or even doing) what he wants to do with his life? Sure there are parents, but referring to our definition of adulthood, dependent towards parents should be avoided, otherwise we are just kids in the body of grownups.

Decisions are made and consequences started to show its never-seen-before look. Your virgin mindset is immediately shocked by this strange feeling. You are there to fight and you toughen up hoping things will get better and that's adulthood. Or is it?

Tebing T-Rex, Kelingking Beach
Ketika berbicara tentang Bali, yang langsung hinggap di kepala adalah Kuta, Tanah Lot, Canggu dan Ubud, tempat-tampat yang notabene penuh oleh turis dalam negeri maupun mancanegera. Memang sulit rasanya untuk menemukan tempat yang sepi turis di Bali. Namun bukan mustahil, karena ternyata banyak sisi-sisi bali yang belum terekpos, seperti Nusa Penida, misalnya.

Nama Nusa Penida beberapa tahun terakhir ini semakin marak di perbincangkan seiring dengan banyaknya para travel vlogger seperti Lost LeBlanc, High On Life dan lain-lain meliput tempat spesial ini. Jadi bukan tidak mungkin tempat ini akan penuh oleh beberapa tahun kedepan. Apalagi masyarat pulau Nusa Penida sepertinya sedang bersiap-siap untuk itu melihat banyaknya pembangunan tempat penginapan disana - sini sudut Nusa Penida.

Lalu apa sih yang membuat Nusa Penida sangat spesial?

1. Sensasi Petualangan

Sejak awal Nusa Penida sudah menawarkan apa yang tidak ditawarkan oleh tempat lain yaitu sensasi petualangan. Berangkat dari Pelabuhan Sanur menggunakan fast boat memakan waktu sekitar 30 sampai dengan 40 menit menuju Pelabuhan Nusa Penida. Selama perjalanan penumpang harus siap dengan berbagai kondisi seperti ombak yang sangat tinggi sehingga fast boat sering terombak-ambik dengan begitu penumpang pun ikut serta terombak-ambik. Belum lagi air laut yang terkadang menyusup masuk kedalam kapal. Dan yang terpenting lagi udara didalam kapal. Karena laju kapal yang sangat cepat, air laut akan otomatis masuk kedalam kapal. Untuk menghindari ini semua jendela kapal di tutup dan efeknya udara dalam kapal sangat panas dan pengap. Ada kipas angin didalam kapal, namun dengan jumlah penumpang yang ada, kipas angin tidak banyak membantu.

Dari semua kondisi ini, tidak ada satu orang pun yang komplain. Saya rasa karena sensasi yang diberikan oleh perjalanan ini adalah sensasi petualangan yang semua orang ingin alami. Jadi mereka tidak masalah sama sekali.

Begitu juga ketika sampai di Nusa Penida. Menaiki fast boat hanyalah awal dari semua petualangan yang ditawarkan oleh Nusa Penida. Ada banyak petualangan yang lebih menantang menanti seperti mengendarai sepeda motor dengan kondisi jalan yang rusak, tanjakan dan turunan yang terjal dan jalan menuju pantai yang sangat menantang.

2. Pemandangan Berbeda

Meski masih menawarkan wisata pantai dan laut, ada yang berbeda dengan Nusa Penida. Tempat-tempat di Nusa Penida memberikan suatu yang fresh dari segi pemandangan dan suasan.

Berikut adalah tempat - tempat yang wajib dikunjungi di Nusa Penida.

    Pantai Kelingking (Kelingking Beach)

Dengan jarak tempuh sekitar 30 - 40 menit dari pelabuhan, Pantai Kelingking memberikan pemandangan yang sangat menakjubkan sejak awal melabuhkan mata ditempat ini. Paling kentara menyambut kedatangan pengunjung adalah tebing yang berbentuk dinosaunur jenis T-Rex. Dan yang menambah nilai plus adalah air laut yang bersih dan biru mengelilingi tebing ini. Bagi para pengguna instagram, tempat ini tentu saja surga untuk berfoto ria. Namun bagi saya yang suka petualangan, tempat ini menawarkan petualangan yang sangat mengagumkan sekaligu sangat ekstrim.

Ketika mengunjungi Kelingking Beach, tidak lengkap rasanya jika tidak turun sampai ke Kelingking Beach. Benar, Tebing itu bukanlah Kelingking Beach yang di maksud, Kelingking Beach sebenarnya ada di bawah kaki tebing T-Rex itu. Berita baik - jalan menuju Kelingking Beach sangat ekstrim dan membutuhkan banyak sekali energi. Jika anda berencana datang ke tempat ini, saya sarankan untuk melakukan pemanasan dan olahraga ringan terlebih dahulu. Kesalahan fatal yang saya lakukan adalah saya sudah lama tidak berolahraga dan setiba saya ke tempat ini saya langsung turun menuju KB. Alhasil kaki dan paha saya sakit berhari - hari. Namun tenang saja, yang menanti anda dibawah sangatlah worth-it dengan semua yang dikorbankan. Pasir putih dicampur dengan butiran pasir berwarna merah yang membuat ilusi seolah-seolah pasir berwarna merah muda (pink), air laut yang bersih tanpa sampah, dan ombak yang sangat menakjubkan. Belum lagi pepohonan yang tumbuh disekitaran pantai membuat sensasi seolah-olah berada di pantai terpencil. Dan yang terpenting lagi, pantai ini belum banyak pengunjung, anda akan berasa seolah-olah ada di pantai pribadi. Ketika sampai dibawah silahkan berbahagia dulu, karena sebentar lagi anda harus memanjat jalanan yang terjal dan ekstrim lagi HEHE.

Broken Beach

    Broken Beach atau Pasih Uug

Broken Beach Video
Tenang saja, Kelingking Beach bukanlah satu-satunya tempat menarik di Nusa Penida, ada Broken Beach yang tidak kalah menarik.

Broken Beach berada cukup dekat dari lokasi Kelingking Beach sekitar 30 - 40 menitan lagi dengan mengendarai sepeda motor, adalah sebuah tunnel alami yang sangat dramatis karena salah satu sisi tunnel dalam kondisi terbuka. Hal ini menyebabkan air laut ikut masuk kedalam dan membentuk sejenis lagun yang sangat indah. Belum lagi kondisi bebukitan yang indah disekitaran lokasi dan air laut biru dengan deburan ombaknya. Saya bisa menyepi disini berhari-hari.

Angel's Bilabong

    Angel's Bilabong 


Berlokasi hanya 5 menit dari Broken Beach, Angel's Bilabong juga menawarkan suatu hal yang sangat unik yaitu kolam alami yang dihiasi oleh lubang-lubang yang mengilumniasikan warna biru.Saya pribadi tidak berani untuk mandi di kolam alami ini karena ombak bisa sewaktu-waktu menerjang. Kalau tidak pandai berenang hati-hati, bisa-bisa anda terhampar kedalam laut. Tanpa berenang pun tempat ini tetap sangat spesial.

Berjalan sedikit menuju tebing anda bisa beristirahat sembari menikmati ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa: lautan luas yang bebas dengan ombak yang berdebur menciptakan nyayian alami yang indah, sangat menakjubkan. Sesekali akan terlihat kapal tradisional dan fast boat yang mebawa pengunjung untuk menikmati alam Nusa Penida.

    Atuh Beach

courtesy of https://jonnymelon.com/atuh-beach-nusa-penida/
Dikelilingi oleh tebing kapur yang sangat sureal, pantai ini sangat indah sekali dengan pasirnya yang putih alami dan sangat bersih sekali. Mau tau rasanya berenang dan berjemur di pantai yang belum terjamah, Atuh Beach adalah pilihan yang tepat.

3. Masyarakat Pedesaan

Berbeda dengan Kuta dimana kehidupan sudah sangat metropolitan sekali, Nusa Penida masih menawarkan pemandangan ala pedasaan yang sangat asri. Bahkan sejak masih dikawasan pelabuhan. Hanya ada pasar kecil dimana para warga umumnya berbelanja. Walaupun sudah mulai hadir cafe-cafe modern untuk mengakomodir kebutuhan pelancong mancanegara, tempat ini masih saja terlihat sangat otentik. Semoga otentisitasnya tetap terjaga seiring dengan banyaknya turis yang datang, ya!

Sekian ulasan saya tentang Nusa Penida, ingin tahun lebih banyak lagi tentang Nusa Penida? Silahkan komen dibawah ini. Selamat merencanakan liburan anda ke Bali :)

Disclaimer:
1. Deskripsi saya tentang tempat ini tentu saja tidak seimbang dengan indahnya Nusa Peninda. Memang benar, seeing is believing, karenanya anda harus mengunjungi tempat ini dan menyaksikannya sendiri.
2. Selain tempat disebutkan di atas, masih banyak lagi tempat-tempat unik lainnya yang ada di Nusa Penida, seperti crystal beach dan kebun kelapa yang juga berada satu lokasi dengan crystal beach.
60 Peserta YAP 2018 Bersama Kang Yoto
Pada tanggal 28 sampai dengan tanggal 31 Oktober yang lalu saya berkesempatan untuk ikut serta dalam kegiatan Youth Action Forum batch 2018 yang diselenggarakan oleh United in Diversity sebagai salah satu SDSN Networks untuk Indonesia dan juga merupakan regional skretariat SDSN untuk Asia Tenggara.  Apa itu SDSN? SDSN atau Sustainable Development Solution Networks adalah sebuah inisiatif yang dibentuk oleh Skretaris Jendral Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam rangka mengimplementasikan Sustainable Development Goals dan Paris Climate Agreement.

Dipercayai bahwa dalam pengimplemtasian SDGs dan Paris Climate Agreement, ada tiga komponen masyarakat yang harus bekerja sama yaitu Pekerja Publik atau Pemerintah, Penggiat Bisnis / Bisnis Sosial dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Karenanya, dalam acara Youth Action Forum ini, setiap peserta yang hadir adalah permawakilan dari ketiga komponen tersebut. 

Pemberian Souvenir Kepada Ibu Tri Mumpuni
Saya kebetulan hadir mewakili organisasi yang berbasis di Kabupaten Bener Meriah, Aceh yang kami beri nama Education Forum (FCA). Organisasi ini dibentuk atas inisiatif sekumpulan akademisi dan profesional muda yang berasal dari Kabupaten Bener Meriah yang kemudian memiliki kesempatan untuk belajar maupun bekerja di kota-kota besar di Indonesia maupun luar negeri seperti Banda Aceh, Medan, Bandung, Jogja, Thailand, Turki dan Australia. Pembentukan organisasi ini bermaksud untuk memberikan sumbangsih terhadap kota dimana kami lahir dan tumbuh besar dengan cara memberikan capacity bulding terhadap sumber daya manusia-nya. Kami memusatkan kegiatan kami dibidang Pendidikan dengan alasan bahwa, walaupun presentase penduduk Bener Meriah yang melanjutkan sekolah hingga Sekolah Menengah Atas ataupun Sekolah Tinggi sudah banyak, tetapi jarang sekali yang memiliki mental berkompetisi yang tinggi. Oleh karena itu, kami berniat untuk meningkatkan kapasitas diri SDM di Bener Meriah terutama anak-anak yang sedang berada di bangku Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.

Dalam perjalanan Education Forum, tentu banyak sekali mimpi yang tidak sejalan dengan ouput, salah satu penyebabnya adalah logistik. Mayoritas pengurus FCA berdomisili di tempat yang berbeda-beda, sehingga realisasi kegiatan cukup sulit dipenuhi. Namun kami tetap optimis dalam menjalankan misi kami. Salah satu cara yang kami anggap mampu menjembatani pemasalahan logistik ini adalah dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Karenanya kami membuat website dimana kami tetap bisa berbagi informasi dengan anak-anak muda yang ada di Kabupaten Bener Meriah. Selain itu, kami juga mencoba untuk terus mengembangkan kapastis berorganisasi kami, salah satunya adalah dengan mengirimkan wakil kami di Youth Action Forum ini.

Acara Youth Action Forum 2018 berlangsung selama 4 hari yang umumnya membahas tentang pengimplemetasian SDGs dimana United In Diversity percaya mampu meningkatkan standar kebahagiaan hidup. Bagi UID, ada tiga tingkatan piramida SDGs: Pertama, dibagian bawah piramida ada hubungan antar manusia, dilevel kedua piramida ada hubungan manusia dengan alam, dan dibagian puncak piramida adalah hubungan manusia dengan spiritualismenya. Dipercayai bahwa kebahagian hidup dapat dirasakan ketika ketiga komponen ini menjalankan fungsi masing-masing dengan baik. Sejatinya konsep ini tidak jauh berbeda dengan ajaran yang ada disetiap agama. Di Islam, misalkan, ada ayat habluminannas wa habluminaAllah, didalam agama Hindu ada Tri Hita Karana dan lain sebagainya.


Lalu untuk menjalankan piramida tersebut dibutuhkan pernah ketiga komponen masyakat yang telah disebutkan sebelumnya. Namun bagaimana memastikan bahwa ketiga komponen masyarat benar-benar menjalankan fungsinya dengan baik? Salah satunya adalah mengadvokasikan misi ini kepada pihak terkait.

UID sangat erat menjalankan advokasinya dengan menggunakan dua konsep yaitu Theory U oleh Otto Scharmer dan juga pengenalan terhapat Systems Thinking. UID percaya bahwa untuk memastikan setiap individu mampu menjalankan fungsinya didalam masyarakat, perlu belajar memahami diri sendiri dan cara untuk memimpin yang ramah terhadap kemaslahatan bersama yang berdasar pada pelindungan alam sekitar. Tentu saja kegiatan Youth Action Forum ini adalah salah satu usaha yang diambil untuk proaktif mengadvokasikan misi ini.

Selama 4 hari Youth Action Forum di-design sedemikian rupa untuk memenuhi target yang telah dibuat. Berikut adalah susunan acara selama 4 hari tersebut.

Hari 1:     - Learning Journey Overview
    - How is World Today and in the Future (Ibu Mari Elka Pangestu)
    - Crystallizing Insights on the Current Challenges and Opportunity
    - Leadership Challenges in the 21st Century
    - Youth Perspectives and Actions (Goris Mustaqim, Alwin Aditya, Alissa Wahid, Ayu            Kartika Dewi, Azelea Ayuningtyas)

Hari 2:     - Mindfulness and check in
    - Inspirational Session (Mantan Bupati Brojonegoro Sutoyo)
    - Leading in the 21st Century Complexity
    - 20 Minutes Dance
    - Social Presencing Theatre
    - The Power of Intention
    - Mindfulness and Check in

Hari 3:   - Inspirational Session (Ibu Tri Mumpuni dan Bapak Inskandar Kuntoadji)
    - Innovator's Compass
    - Everyday Creativity

Hari 4:    - Mindfulness and Check in
    - Socialpreneur for Sustainable Development (Bang Jalal dan Bang Silverius Oscar            Unggul)
    - Crystallizing Prototyping Ideas
    - Inspirational Session with Pak Eko Putro Sandjojo
    - Cultural Night

Seperti yang bisa diamati, kegiatan ini memang disusun sedemikian rupa untuk mendalami konsep SDGs yang sangat umum dibicarakan namun jarang sekali kita bisa memahami secara mendalam. Terkadang pemaparan konsep berdasarkan textbook juga tidak banyak membantu. Oleh karenanya didalam workshop ini peserta bukan hanya dibekali dengan konsep yang disampaikan oleh para mentor hebat seperti Kak Shobi Lawalata, Ibu Cokorda Dewi, Bang Isra dan lain-lain, tetapi juga dilengkapi dengan contoh nyata dari para penggiat aktif SDGs.

Azelya Ayunigtyas, Ayu Kartika Dewi, Alissa Wahid, Alwin Aditya dan Goris Mustaqim.
Dari sisi LSM ada Alwin Aditya, Goris Mustaqim, Alissa Wahid, Ayu Kartika Dewi yang bergerak dibidang yang berbeda-beda. Alwin Aditya mewakili Aparatur Muda Indonesia mengungkapkan bahwa, beliau dan teman-teman aparatur muda membentuk komunitas ini dengan niat untuk membangkitkan semangat aparatur muda untuk proaktif dalam menjalankan tugas mereka didalam badan-badan pemerintahan. Begitu juga dengan Goris Mustaqim yang mewakili Yayasan Asgar Muda mengungkapkan bahwa yayasan ini dibentuk karena dasar rasa prihatin terhadap kondisi sosial di masyarakat. Yayasan ini bertekad untuk membantu memberdayakan masyarakat kurang beruntung dengan cara-cara yang baik. Berbeda dengan Ayu Kartika Dewi dengan Sabang Merauke-nya, beliau membentuk lembaga ini sebagai usaha untuk memerangi polarisasi dan intoleransi yang semakin marak di Indonesia. Dengan program Pertukaran Pelajarnya, Mba Ayu mencoba untuk meningkatkan dialog antar suku dan agama sehingga harapannya prasangka terhadap suku atau agama yang berbeda bisa lebih diminimalisir. Ketika saya bertanya apakah ada oposisi dari pihak orangtua, beliau menjawab, "tentu saja ada." Namun beliau sangat bangga dengan angka partisipasi kegiatan Pertukaran Pelajar yang digarapnya. Selanjutnya, Wahid Institute, sebagai lembaga yang mewakili salah satu organisasi agama paling besar di Indonesia, mencoba merangkul isu-isu sosial yang berkembang di masyarakat. Mba Alissa Wahid mengaku saat ini salah satu konsentrasi beliau adalah pendidikan pranikah bekerja sama dengan Kementrian Agama. Program ini dibentuk untuk meminimalisir terjadi perceraian dimasyarakat yang dipercayai menjadi akar dari permasalahan-permasalahan lainnya. Selain program Pendidikan Pra-nikah ini, Wahid Institute juga membantuk komunitasnya berdasarkan dinamika yang ada didalam masyarakat, mulai dari isu intoleransi, ekonomi dan juga keagamaan.

Selain Perwakilan dari LSM, peserta juga diberikan pembelajaran mengenai Bisnis Sosial. Adalah sebuah pengetahuan umum bahwa perekonomian dunia dikuasai oleh segelintir orang atau perusahaan saja. Ini terjadi karena bisnis model yang umum dipelajari adalah menghasilkan untung sebesar-besarnya dengan menekan cost seminim mungkin. Cara berpikir ini yang saat ini sedang dirubah dengan kosep bisnis sosial. Berbeda dengan bisnis pada umumnya yang menganut sistem kapitalisme (mementingkan keuntungan sendiri), bisnis sosial menggunakan bisnis model yang mengukur keberhasilan dari seberapa banyak masyarakat yang terbantu dari bisnis tersebut dan seminim apa kerusakan terhadap alam yang disebabkan oleh bisnis tersebut. Bahkan bila memungkinkan, bisnis tersebut harus membantu mengkombat permasalahan kesusakan alam yang sudah terjadi. Bisnis model seperti ini mungkin sangat sulit untuk dimengerti, namun buktinya ada saja orang-orang yang menggelutinya. Ambil Bang Silverius Oscar Unggul, misalnya, dengan bisnisnya Telapak, beliau mengajak masyarakat petani untuk melakukan bisnis kayu tanpa merusak alam. Dalam penebangan satu pohon, petani diwajibkan untuk menanam 10 pohon pengganti. Selain itu, kayu yang dihasilkan harus memiliki sertifikat bahwa kayu tersebut tidak diperoleh dengan cara merusak alam. Beruntunglah, ternyata negara-negara di Eropa sudah mulai menerapkan kebijakan bahwa mereka hanya menerima kayu yang bersertifikat. Akhirnya masyarakat yang tadinya melakukan penebangan pohon secara illegal dengan dibayar murah, kini dirangkul oleh Telapak. Ditambah lagi, karena Telapak adalah satu-satunya perusahaan yang bersertifikat di Indonesia, petani akhirnya mendapatkan penghasilan dan kesejahteraan hidup yang lebih baik. Contoh lain lagi, Azelya Ayuningtyas, dengan bisnisnya du'Anyam, membangun bisnis ini dengan dasar ingin memberdayakan perempuan di Timur Indonesia dengan kemampuan yang sudah mereka punya, menganyam. Dengan bantuan Ayuningtyas dan tim, perempuan di Timur yang awalnya bergantung dari penghasilan suami, kini bisa membantu perekonomian keluarga dengan keterampilan menganyam mereka. Dan yang paling mengagumkan adalah Ibu Tri Mumpuni dan suami Pak Iskandar, membuat pembangkit listrik tenaga hidro di daerah-daerah terpencil tanpa ada implikasi untuk mengambil untung sama sekali. Mereka mejalankan bisnis sosial mereka murni atas dasar hati nurani. Selama sesi, Buk Tri dan Pak Iskandar berulangkali mengajarkan kamir terhadap konsep niat. Ketika melakukan pekerjaan hanya mengandalakan akal, kata beliau, maka yang akan dihasilkan adalah uang semata. Namun ketika bekerja didasari oleh hati dan pikiran, maka yang dihasilkan adalah cinta dan kemaslahatan sesama.

Bisnis model yang digunakan oleh para penggiat bisnis sosial ini memiliki kemiripan dengan cara kerja yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin sukses di Indonesia. Kang Suyoto, misalnya, sebagai Bupati Kabupaten Bojonegoro periode 2008 - 2018, beliau menggunakan sistem kepemimpinan yang disebut sebagai open government, dimana kebijakan beliau dibuat berdasarkan laporan dan keluhan publik. Untuk menjalankan sistem kepemimpinan ini beliau mengadakan pertemuan setiap hari Jumat untuk mendengarkan keluhan publik. Salah satu kesuksesan beliau selama menjadi Bupati Bojonegoro adalah mentranspormasi jalan yang selalu rusak karena kontur tanah dan kondisi alam yang tidak stabil. Setelah melakukan studi, akhirnya Kang Yoto merubah jalan yang awalnya berbentuk aspal menjadi jalan yang memakai bahan paving block. Hal ini terbukti lebih efektif dan lebih ekonomis karena jika kondisi tanah berubah, paving block tidak ikut rusak.

Begitu juga dengan Pak Eko Putro Sandjojo, sebagai Mentri Desa, beliau merubah konsep pembangunan yang awalnya bergerak dari kota ke desa. Kini dengan program Dana Desa, Indonesia ingin merubah mentalitas ini, sekarang pembangunan di desa harus dikedepankan sehingga urbanisasi bisa diminimalisir. Tugas selanjutnya adalah memberikan pelatihan kepara aparatur desa agar dana yang diberikan dapat dimaksimalkan untuk membangun perekonomian dan infrastruktur dikawasan pedesaan.

Dengan semua pengenggerak-penggerak diatas, akan menjadi sebuah understatement jika saya mengatakan bahwa program Youth Action Forum ini adalah program yang luar biasa. Kami sebagai peserta belajar secara mendalam tentang konsep SDGs dan cara realistis untuk memulainya, sadar bahwa konsep hanya akan menjadi konsep ketika diambil dari textbook, kami juga diberikan contoh nyata penggiat SDGs seperti yang sudah saya paparkan diatas. Terakhir, program ini bukan hanya program kepempinian 4 hari saja dan selesai. UID sudah menyiapkan program lanjutan untuk memastikan bahwa pembelajaran ini sustains dengan menantang para peserta untuk membuat program pembangunan masyarakat. Untuk 3 program yang terpilih, UID akan memberikan dana sebesar 25 juta untuk masing-masing kelompok terpilih. Dana ini nantinya akan digunakan untuk membantu perealisasian kegiatan. Akhir kata, saya sangat merekomendasikan teman-teman yang aktif di organisasi untuk mengikut Youth Action Forum selanjutnya.


The past two weeks had been the most amazing time in my life as I had what others would call the best job there is the world. For me the recipe for a great job is when you could combine working and traveling at the same time. And that finally that came through this month - being paid to come to the most talked holiday destination - BALI, that's A, and B, you work for one of the most important international events, the IMF-WBG 2018 Annual Meetings. I wasn't the only one and this doesn't apply only to locals. In the hotels I stayed, Tijili Benoa Hotels that is, I met a couple of Dutch students who were doing their internships in Bali. That could be an option for you to visit Bali. Care to try?

I had to work for only 9 days and as others would have done had they been in my shoes, I extended my stay for another days. Would not have been counted visiting Bali without exploring its amazing cultures and natures. That being said, I would like to go over to the biggest mistakes tourists make when there are in Bali.

On my last night in Bali, I decided to stay in a hostel called Kayun Hostel Downtown, located just in a walking distance from the Bali Bombing Ground Zero Memorial. The hostel was very quiet this time around and fairly so as it is the low season in Bali. And that takes us to the first mistake tourists make, coming to Bali during the high season. If you are traveling on a budget like me, you would not want to come to a holiday destination when it is flooded by thousands of other tourists. We all know that the prices will go up during this time around: the airfair, the accommodation and possibly the food in the restaurants. So if you want to afford all that Bali has to offer do not come to Bali in between July and August, during the Easter holiday and during the Christmas and new year. I know it's basically all of the holiday seasons but just let the have-moneys enjoy their time on all those occasions, you, the budget traveler on the other hand, can have Bali on days other than the ones mentioned.

The second biggest mistake tourists make while in Bali is spending too much time in Kuta. Again, refering to my time in Kayun Hostel, I met 4 tourists from Sweden who said that they had been in that hostel for 3 days and planned to do so for another two days. It is a big big no. Do not spend too much time in Kuta! You won't see anything there and what you would end up with is hating all the time you spend in Bali. If that happened, it is not Bali, it's your fault for not exploring enough. Yes there is Kuta Beach, but I would sacrifice skipping Kuta Beach for other beautiful beaches. And yes, there are a lot of them in Bali: Canggu, Jimbaran, to name a few. That's just the beaches, what about other gems of Bali? Yes, that's what you come to Bali for. So do not stay in the red light district part of Bali (Kuta)! Go explore Ubud, Jimbaran, Nusa Penida Island and many more (I will talk about the must visit places in my next post).

And three, do not go to restaurants with western food. Hey, you came all the way to Bali, why don't you take a bite of Balinese / Indonesian cuisine? I have list of local food you have to try: Nasi Padang - that's a must and you can find it everywhere in Bali, Ayam Pedas Buk Oki, Manega Cafe Jimbaran and list goes on. This is also a good way of saving money as the prices in local restaurant can be a lot cheaper compared to the western ones.

Four, minggle with the local. What I observe from tourists coming to Bali, they often spend time with their circle. Well, it's a matter of choice, but personally when I visit a new country I would want to have a conversation with locals. I would like to get an in-depth of the local culture right from its source. I know sometimes we have this prejudice within us that we might be scammed in a foreign place but you might be suprised by how nice the locals could be.

And lastly, don't think Bali as an expensive destination. No, Bali is not expensive at all. Well, Bali is that one place that has a bit of everything for everyone. If you like to stay in an expensive hotel, Bali definitely has that. Just go to the hotels in Nusa Dua region. If you like to stay in a rather modest accommodation, Bali has that too. Just be willing to do a little research before coming to Bali. And if using international website doesn't work, use local website like traveloka.com, airy.com, reddoorz.com and many more.

So, those are the common mistakes tourists make when they are in Bali. Make sure you don't fall under all of that. And.... enjoy your vacation in Bali! 


Courtesy of www.am2018bali.go.id
Di pertengahan bulan Oktober kemarin, Indonesia mendapatkan kesempatan yang sangat istimewa menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional - Grup Bank Dunia. Sempat menjadi perbicangan yang sangat hangat di media nasional, namun apakah kita sudah tahu betul apa maksud dan tujuan dari Pertemuan Tahunan ini?

Alhamdulillah saya berkesempatan ikut serta dalam Pertemuan Tahunan ini, bukan sebagai salah satu delegasi tentunya, tetapi sebagai salah satu instrumen kepanitian. Saya bertugas sebagai Liaison Officer dibawah Panitia Penyambutan atau Hospitality Team. Tugas saya adalah sebagai narahubung gubernur Dana Moneter Internasional (IMF) dari negara Comoros selama beliau menghadiri acara Petemuan tahunan ini. Tentunya dalam acara ini setiap gubernur IMF maupun WBG memiliki agenda yang sangat padat, oleh karena itu, tim LO berperan sebagai narahubung yang memfasilitasi para gubernur dengan mitra yang telah di-schedule-kan didalam agenda pertemuan mereka masing-masing, termasuk menunjukkan lokasi meeting yang berbeda-beda. Untuk memastikan bahwa tim Liaison Officer terbekali dengan informasi yang mumpuni, Tim Pesiapan Nasional telah memberikan pelatihan dari jauh hari dan tidak lupa pula Tim Liaison Officer dibawa melakukan site visit ke kawasan main campus Nusa Dua untuk memastikan bahwa informasi tentang lokasi yang diberikan saat pelatihan bisa diaplikasikan di lapangan. Selain informasi tentang acara, Panitia Nasional juga membekali para Liaison Officer dengan pengetahuan kenegaraan agar nantinya ketika para Head of Delegation bertanya tentang Indonesia mereka bisa menjawab dengan sekasama. Tidak lupa juga, para Liaison Officer belajar tentang fungsi dari masing-masing badan baik Dana Moneter Internasional (IMF) maupun Grup Bank Dunia (WBG), serta fungsi dari Pertemuan Tahunan (Annual Meetings) ini, memastikan bahwa para Liaison Officer memiliki pengetahuan yang cukup tentang kegiatan yang mereka ikuti. Dengan kata lain, dalam kesempatan kemarin saya belajar banyak sekali tentang apa itu Dana Monter Internasional atau IMF dan apa itu Grup Bank Dunia, sehingga rasanya saya memiliki kapasitas yang cukup untuk berbagi.

Pertama, sebelum kita masuk kedalam topik apa fungsi dari Pertemuan Tahunan (Annual Meetings), alangkah baiknya kita membahas tentang apa itu Dana Moneter Internasional (IMF) dan apa itu Grup Bank Dunia (WBG).

Dana Moneter Internasional atau IMF adalah sebuah badan peminjaman uang yang berbasis di Washington, D.C yang terdiri dari 189 negara anggota. Setiap Mentri Keuangan negara anggota mendapatkan posisi guberner di dalam badan ini. Sebagai contoh, karena Indonesia adalah salah satu anggota IMF, maka Indonesia memiliki gubernur pewakilan dalam hal ini gubernur pewakilan Indonesia di IMF adalah Ibu Sri Mulyani Indrawati sebagai Mentri Keuangan yang sedang menjabat saat ini. Mungkin citra IMF yang sering tergambar saat ini adalah kumpulan rentenir yang memanfaatkan situasi negara yang memiliki perekonomian lemah. Namun, itu bukanlah mengapa badan ini dibentuk sejak awal. Menurut motto IMF badan ini dibentuk untuk "......... it works to foster global growth and economic stability by providing policy, advice and financing the members, by working with developing nations to help them achieve macroeconomic stability and reduce poverty." Namun tidak bisa disangkal bahwa direksi dari sebuah organisasi tidak terlepar dari pemimpinnya. Sekarang ini dibawah pimpinan Mdm. Christine Lagarde, IMF sedang mencoba untuk merubah stigma dunia tentang IMF dengan menjadikan IMF lebih inklusif dan kembali lagi ke-motto awal terbentuknya badan ini.

Lalu bagaimana dengan Grup Bank Dunia (WBG)? Kantor WBG berlokasi hanya berseberangan dengan IMF di Washington, D.C dan WBG ini memiliki fungsi yang kurang lebih saling mengkomplementasi dengan IMF. Kedua organisasi ini bekerja untuk membantu negara anggotanya agar mencapai target perekonomian yang stabil dan menghapus angka kemiskinan dengan memberikan nasehat tentang cara pengambilan langkah kebijakan yang baik serta memberikan pinjam ketika negara anggota membutuhkannya.

Sebagai negara dengan perekonomian yang masih berkembang, tentunya kita memiliki stigma tersendiri tentang organisasi tersebut, namun satu hal yang tidak bisa kita pungkiri bahwa negara kita masih membutuhkan bantuan dari negara lain, baik bantuan reel maupun bantuan lainnya. Sampai kapan pun mungkin realitas ini akan tidak berubah. Karena suatu negara tidak akan pernah bisa berdiri sendiri. Jika kita berharap negara kita tidak memiliki ketergantungan terhadap negara lain, artinya sama saja kita berharap agar negara kita tidak memiliki hubungan dagang dengan negara lain. Lalu bagaimana mungkin perekonomian kita akan maju?

Tentang Pentemuan Tahunan ini (Annual Meetings). Dalam setahun IMF-WBG mengadakan dua kali pertemuan, Petemuan Musim Semi (Spring Meetings) yang selalu berlokasi di  Washington, D.C dan Annual Meetings yang setiap dua tahun sekali diadakan di negara anggota. Indonesia mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah setelah melalui proses bidding. Ada 3 negara lainnya yang mengajukkan, namun Indonesia mendapatkan lebih 40% voting sehingga Indonesia terpilih menjadi tuan rumah.

Lalu apa sih pentingnya menjadi tuan rumah petemuan ini bagi Indonesia? Tentunya banyak sekali. Tidak bisa dipungkiri posisi Indonesia didunia masih tidak sepenting negara-negara maju seperti Amerika, Inggris dan lain-lainnya. Dengan memberanikan diri menjadi tuan rumah, Indonesia secara tidak langsung mencoba menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang resilient. Selama ini Indonesia sangat terkenal karena bencana alamnya. Bahkan dalam 2 tahun proses persiapan pertemuan ini Indonesia masih menghadapi banyak sekali becana seperti meletusnya gunung Agung yang sempat melumpuhkan turisme Bali, gempa lombok dan yang terakhir gempa dan tsumani di Sulawesi Tengah. Sempat ada keraguan Indonesia bisa melanjutkan petemuan ini, namun pemerintah terus meyakinkan pihak IMF dan WBG bahwa Indonesia kuat dan bisa. Tentu ini bukan keputusan sepihak, hal ini dipertahankan demi menjaga bartabat Indonesia. Bayangkan jika Indonesia mundur menjadi tuan rumah, maka citra Indonesia sebagai negara tidak aman karena becananya akan tetap melekat pada Indonesia dan efek yang akan terasa adalah menurunnya jumlah turis yang datang ke Indonesia. Sedangkan seperti yang kita ketahui beberapa kota di Indonesia seperti Bali perekonomiannya sangat tergantung pada turis yang datang.

BNDCC, Nusa Dua, Bali
Jadi jika dirangkum dengan singkat, keuntungan yang didapat Indonesia secara langsung dengan menjadi tuan rumah adalah meningkatnya perekonomian lokal Bali selama acara berlangsung dan setelahnya. Jumlah delegasi dan tamu yang diprediksikan hadir dalam acara ini adalah 13.000 orang. Namun diluar ekspektasi ternyata jumlah delegasi dan tamu secara total berjumlah 36.000. Bayangkan penghasilan yang didapatkan oleh pengusaha perhotelan dikawasan Nusa Dua dari acara ini, tentu sangat membantu meningkatkan penghasilan mereka. Apalagi, bulan ini terhitung bulan low season untuk Bali. Adanya kegiatan ini tentu adalah sebuah berkah bagi mereka. Sebagai informasi, para delegasi dan tamu menanggung tiket pesawat dan penginapan mereka masing-masing, jadi Indonesia tidak mengeluarkan uang untuk hal tersebut sama sekali. Indonesia hanya bertanggung jawab pada lokasi meeting, persiapan infrastruktur dan menggaji tim panitia. Selebihnya Indonesia tidak bertanggung jawab sama sekali. Jadi jika ada asumsi bahwa acara ini menghabiskan banyak dana, sepertinya tidak juga. Selain pengusaha perhotelan, pengusaha pusat oleh-oleh dan tempat makan juga meraup untung yang sangat mumpuni selama acara ini berlangsung. Pasalnya, Tim LO sangat gemar sekali mempromosikan produk Indonesia sehingga menurut pengakuan teman-teman LO para Head of Delegation tidak segan-segan menghabiskankan puluhan juga belanja produksi batik, tenun dan perhiasan Indonesia. Tidak terhitung juga jumlah rupiah yang mereka habiskan untuk makan dan minum. Selain dalam bentuk ekonomi, Indonesia juga mendapatkan keuntungan lain. Baiknya persiapan pertemuan ini dan indahnya kota dewata Bali mendapatkan acungan jempol dari para delegasi dan tamu hadirin. Hal ini tentu tidak akan berhenti disana saja. Jika kita mengenal promosi cuma-cuma, ini lah bentuknya. Testimoni dari delegasi dan tamu hadirin akan disampaikan dari mulut ke mulut sehingga kredibilitasnya lebih diutamakan ketimbang promosi dalam bentuk media. Hal ini diharapkan akan menambah jumlah turis yang akan datang bukan hanya ke Bali tapi juga kota-kota Indonesia lainnya karena selama acara pemerintah sangat memanfaatkan ajang ini untuk mempromosikan kota-kota lainnya. Terakhir, dalam ajang seperti ini selalu ada inisiatif tertentu yang dibuat, dalam kasus Bali, panitia membentuk Bali Fintech Agenda. Pembentukan inisiatif seperti ini tentu akan selalu menjadi legasi Indonesia terhadap dunia karena inisiatif ini akan dipraktekan di banyak negara.

Sebagai seorang liaison officer saya juga memanfaat kesempatan emas ini untuk mencuri-curi waktu diselang mendampingi gubernur IMF Comoros untuk mengikuti seminar yang terbuka untuk umum. Ada seminar "Ideas for Action Seminar and Youth Innovation Book Launch," ada seminar "Youth Dialogue," dan banyak seminar lainnya. Sebagai informasi, semua seminar ini tersedia dalam bentuk video. Silahkan buka website World Bank untuk mengaksesnya.

Sebagi seorang liasion officer dan juga sebagai seorang yang sangat antusias terhadap perkembangan hubungan antar negara, saya merasa Indonesia telah mengambil langkah yang sangat bijak untuk menjadi tuan rumah acara ini. Sebagai tuan rumah, Indonesia sangat cerdas dalam memanfaatkan ajang ini untuk menunjukkan perannya dalam kancang duniah. Sehingga saya berharap Indonesia bisa menjadi negara yang lebih vokal lagi dalam konteks global.

Hak Cipta Tribunenews.com
Bagi kita warga Indonesia, bulan Agustus adalah bulan yang sangat istimewa dimana kita merayakan hari kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17. Namun keistimewaan itu berlipat ganda di tahun 2018 ini, karena Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah perhelatan terbesar pekan olahraga intra Asia. Dan perhelatan itu resmi dibuka sehari setelah perayaan 17 Agustus kemarin.

Selain Asian Games 2018, Indonesia juga kebanjiran ditunjuk menjadi tuan rumah untuk pehelatan besar lainnya seperti Asian Para Games 2018 yang akan dihelat dibulan Oktober dan Annual Meeting of IMF - World Bank Group Bali juga dibulan yang sama.

Saya pribadi kebagian untuk menyicipi nikmatnya kemenangan Agustus. Banyak sekali berita-berita baik yang saya dapatkan dalam bulan Agustus kemarin. Terutama di minggu terakhir bulan Agustus. 

Salah satu berita baik itu adalah saya lolos tes menjadi liaison officer untuk Annual Meeting of World Bank Group Bali. Setelah mengikuti 3 jenis tes yang panjang (tes administrasi, tes wawancara, tes tulis dan tes keamanan) akhirnya tanggal 23 Agustus kemarin panitia Annual Meeting dalam hal ini Kementrian Keuangan resmi mengumumkan nama tim LO yang lolos. 

Selain terpilih menjadi tim LO, karena menganggur sepanjang bulan 7 hingga bulan 8 membuat saya sangat penat dan menurunkan rasa percaya diri terhadap diri saya sendiri, saya pun akhirnya memutuskan untuk mencari pekerjaan. Salah satu teman saya menyarankan untuk menjadi guru private (karena memang saya tidak sedang mencari pekerjaan tetap.) Saya pun menghubungi salah satu agensi jasa guru private di Jakarta dan saya dihubungkan dengan salah satu siswa BIPA yang bersekolah disalah satu sekolah internasional berkurikulum IB di Jakarta.

Tidak cukup disitu, Allah memang maha baik dan maha mengabulkan doa. Di tanggal 28 Agustus kemarin, setelah penantian panjang, saya mendapatkan email notifikasi bahwa saya lolos beasiswa AAS Intake 2019 dan di-schedule-kan untuk mengikut Pre Departure Training (PDT) di Jakarta dari tanggal 06 September - 02 November.

Setelah mendapatkan bermacam berita baik tadi saya tidak bisa mangkir bahwa bulan Agustus ini adalah bulan yang saat istimewa bagi saya. Bagaikan sebuah film, bulan Agustus bermula dengan pengenalan yang santai, lalu sedikit demi sedikit climax pun mulai bermunculan, dan alhamdulillah diakhir bulan ada resolusi yang baik.

Sekarang ada sedikit benturan. Jadwal Annual Meeting bentrokan dengan jadwal PDT saya. Sebelumnya sempat berpikir untuk mundur dari tim LO tapi setelah berkonsultasi dengan Help Desk AAS via whatsapp akhirnya saya dikonfirmasi bisa tetap ikut menjadi tim LO. AAS membolehkan untuk izin dari PDT dengan catatan memiliki asalan kuat kenapa harus izin. Saya sendiri ingin tetap ikut menjadi tim LO karena jurusan yang akan saya ambil di Australia nanti adalah Hubungan Internasional. Dan menurut saya Annual Meeting ini adalah permulaan yang baik bagi saya untuk belajar berdiplomasi karena nantinya kami akan ditugaskan untuk menjadi LO untuk delegasi tertentu baik dari jajaran governor Bank Dunia atau IMF maupun media internasional dan tamu kehormatan dari berbagai negara. Dan alhamdulillah Allah sangat membantu saya dalam segala proses ini.

NB:
Untuk cerita proses menjadi tim LO Annual Meeting akan saya buatkan didalam postingan yang berbeda. Begitu juga dengan pengalaman untuk tes AAS.

Selamat beraktivitas semuanya. Mari tingkatan positivitas kita!

#BeasiswaAAS #TimLOAnnualMeetingIMF-WBG

courtesy of https://www.diasporayouth.info/
Beberapa jam yang lalu saya baru saja pulang dari hotel Grand Sahit Jaya, venue Conference of Indonesian Diaspora Youth 2018. Acara hari ini berlangsung sangat fun sekaligus sangat inspiratif dalam definisi sebenar-benarnya.

Acara dimulai jam 9.20, terlambat 20 menit dari waktu yang ditentukan. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya yang dipandu oleh seorang kondaktur diatas panggung. Selanjutnya dua perwakilan diaspora Indonesia, satu dari Belanda dan satunya lagi dari Amerika, membacakan isi Deklarasi Diaspora Indonesia yang dicanangkan di Los Angeles pada tahun 2012. Isi dari deklarasi tersebut adalah bentuk upaya Diaspora Indonesia yang tersebar diseluruh dunia untuk tetap berkontribusi terhadap Indonesia baik dalam bentuk pikiran maupun tenaga.

Mengikuti pembacaan Deklarasi Diaspora ini, selanjutnya ada kata sambutan dari Deputy President I Ikatan Diaspora Indonesia, Bapak Said Zaidansyah, yang pada umumnya berbicara tentang persiapan menyambut 2045 dimana Indonesia di prediksi akan mendapatkan bonus demografi karena jumlah penduduk Indonesia akan didominasi oleh penduduk usia produktif. Karenanya, salah satu tujuan dari conference ini adalah untuk mempersiapkan dengan bijak agar Indonesia benar-benar well-equipt dalam menghadapi bonus demografi ini.

Dalam kesempatan ini Ranomi Kromowidjojo, seorang atlet renang Belanda keturunan Probolinggo. Beliau bercerita hanya kurang dari lima menit tentang betapa senangnya beliau ada ditempat dimana namanya diucapkan dengan benar.

Kata sambutan dilanjutkan oleh Ahmad Alhendawi, Sekretaris Jendral Pramuka Dunia, dimana beliau menekankan betapa Indonesia sangat beruntung memiliki pendiri bangsa seperti Soekarno yang telah melihat betapa vitalnya fungsi pemuda dalam membangun bangsa. Beliau juga memberikan wejangan agar Indonesian mempersiapkan diri, terutama para pemudanya, untuk memenuhi tantangan dunia dengan merujuk kepada pembangunan-pembangunan yang tidak menyalahi kaedah alam agar alam tidak rusak. Kata yang paling melakat dari beliau yang beliau kutip dari mentornya, bahwa didalam hidup kita mungkin memiliki plan B. Tetapi, tidak ada yang namanya planet B, hanya ada 1 planet. Jadi kita harus benar-benar memastikan bahwa praktisi-praktisi ekonomi kita ramah lingkungan.

Tak berhenti disini, selanjutnya ada ketua Forum Rektor Indonesia, Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulu Bulu, yang menekankan agar kita tidak terpana dengan bonus demografi yang kian kita bangga-banggakan ini. Didalam forum ini beliau mencoba untuk memberikan fakta dilapangan tentang hal-hal yang perlu dibenahi seperti infrastruktur dan kurikulum pendidikan. Juga beliau menekankan betapa kurangnya investasi didalam bidang riset di Indonesia. Melihat angka populasi Indonesia, jumlah dana riset yang disediakan sangatlah minim.

Mewakili Perhimpuan Pelajar Indonesia, ada mas Fajar Mulya sebagai ketua PPI Dunia baru asal PPI Thailand. Disini mas Fajar Mulya menyampaikan rangkuman dari hasil simposium PPI Dunia yang dilaksanakan di Rusia beberapa waktu lalu.

Panggung selanjutnya diambil alih oleh Pak Dino Patti Djalal yang mengawali dengan menyampaikan presentasinya tentang hal-hal yang Indonesia harus benar-benar persiapkan menyambut 2045. Beliau berkali-kali menekankan bahwa sebuah negara sangat mungkin untuk maju dalam satu generasi. Beliau memberi contoh Singapore, Qatar dan banyak lagi. Menurut beliau adalah bagaimana kita mempersiapkan diri untuk menyambut bonus demografi yang diprediksi akan terjadi ditahun 2045 tepat di 100 tahun kemerdekaan Indonesia.

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan talkshow yang dimoderatori oleh Pak Dino sendiri. Sebagai yang diwawancarai ada Martunis, survival tsunami Aceh yang mendapatkan sorotan media karena Ronaldo menawarkan untuk menyekolahkan dia di sekolah bola di negaranya.

Sebelum hari ini saya hanya tahu sebatas itu saja. Namun hari ini menambah pengatahuan saya dan kekaguman saya terhadap Martunis. Ternyata dalam bencana tsunami yang melanda Aceh di tahun 2004, Martunis mampu bertahan hidup terdampar ditengah-tengah air tsunami selama 21 hari. Setelah akhirnya sampai didaratan, Martunis sempart berpikir untuk bunuh diri karena dia tidak melihat ada manfaat untuk hidup lagi karena bagi dia hari itu adalah hari kiamat. Namun ketika melihat ada orang lain yang masih hidup, Martunis akhirnya mengurungkan niatnya. Untungnya, baju yang dia kenakan saat musibah itu menyita perhatian Ronaldo dan keberuntungan pun melandanya.

Selain Martunis, Yoshi Sudarso, seorang pemeran salah satu tokoh Power Rangers pun diundang keatas panggung untuk diwawancarai. Disini Yoshi lebih banyak berbicara tentang etos kompetisi yang dia miliki saat berada di Amerika. Bagi Yoshi, ada mentalitas kompetisi positif yang Amerika punya terkadang kita tidak miliki, seperti selalu mencari-cari alasan untuk tidak berhasil, nyinyir ketika orang lain berhasil bukti ketidakterimaan kita terhadap keberhasilan orang lain. Alih-alih melihat keberhasilan orang lain untuk memacu rasa kompititif dalam diri, kita malah menggunakannya untuk memupuk kebencian. Jadi rubah itu, dengan menghidupan rasa kompititif yang sehat.

Sebagai penutup disesi opening ini, ada cucu Pak Moh. Hatta yang mengirimkan video karena berhalangan hadir menyampaikan betapa bahagianya kakek Hatta bila beliau melihat pemuda Indonesia memiliki inisiatif sepositif ini.

Putri Guntur Soekarno, cucu dari Presiden Soekarno, menutup pembukaan acara ini dengan menghimbau agar pemuda Indonesia tetap menjunjung rasa nasionalisme dimanapun berada.

Setelah acara opening ceremony, para delegasi menuju tempat yang telah disediakan guna merancang visi Indonesia untuk tahun 2045. Bagi kami para pengunjung public, panitia menyediakan side events yaitu seminar dan talkshow dengan orang-orang hebat seperti Dekan Fakultas Pendidikan Universitas Sampoerna, CEO Nestle, Representative dari Binus dan banyak lagi.

Sebagai pengunjung, saya mengakui bahwa acara ini telah berjalan sangat meriah dan produktif. Majulah Indonesia!









Orang-orang yang pernah atau belum pernah tinggal di Jakarta memiliki stigma tersendiri tentang kota ini. Beberapa stigma itu benar dan beberapa lagi sangat relatif ke individu itu tersendiri. Tak elak, pandangan tentang realitas kota ini pun menjadi terpecah-pecah.

Saya?

Saya sendiri sangat dilematis memandang kota ini. Disatu sisi kota ini adalah kota penuh harapan. Namun disisi lain, harapan yang ada datang dengan konsekuensi. Datang dari kota kecil di Barat Indonesia, berada di Jakarta menghadirkan shock therapy tersendiri. Jakarta yang enggan beramah-tamah, apalagi berbasa basi. Jakarta yang tak mengenal kompromi. Jakarta yang dalam satu sisi sangat progresif, tapi juga masih sangat konvesional dalam caranya tersendiri. Jakarta yang sangat tumpang tindih antara biaya hidup yang mahal dan gaji tak seberapa. Jakarta yang dari pandangan sekilas terlihat seperti setumpuk kota penuh bangunan menjulang tinggi, namun (prediksi saya) tidak kurang dari 70% pejuang Ibu Kota tinggal dikamar-kamar kecil bernamkan kost-kostan yang mematok harga tidak masuk akal dengan fasilitas minim yang diberikan. Jakarta yang selalu berkoar-koar ingin disandingkan dengan kota-kota metropolitan dunia seperti New York, Seoul, dan lain-lain namun sangat jauh.

Namun dari semua dikotomi itu, saya yang notabene adalah orang asing di Jakarta, melihat ada secercah harapan akan kemajuan kota ini. Setiap hari ada perubahan, ada perkembangan, dan ada keinginan untuk berbenah. Itu tidak datang dari pemimpin yang mengatur kota ini, tapi dari keinginan masyarat Jakarta sendiri untuk berubah kearah yang lebih baik. Mereka mungkin tidak bergerak dengan badan tapi mereka aktif menyuarakan keinginan mereka. Untungnya pemimipin negeri ini sudah mau mendengar aspirasi masyarakta walaupun sering dituding memiliki agenda terselubung dibalik setiap tindakannya.

Saya sangat tidak tertarik dengan dunia politik dan birokrat. Saya hanya tertarik terhadap perubahan. Naif memang, namun setelah melihat beberapa tokoh negeri yang bisa bekerja tanpa disibukkan dengan urusan partai saya menjadi semakin yakin bahwa hal ini sangat mungkin.

Lalu bagaimana kondisi Jakarta saat ini?

Setalah mondar-mandir di Jakarta selama satu tahu ini, saya melihat banyak sekali persamaan antara Jakarta dengan ibu kota negera lain. Padat, salah satunya. Namun juga yang paling saya senangi adalah adanya transportasi masal seperti Transjakarta. Sebagai pengguna aktif Transjakarta saya sangat bangga dengan fasilitas ini. Mulai dari harganya yang sangat terjangkau dan kwalitasnya yang tidak kalah dengan bus-bus umum yang ada dinegara lain.

Tentu saja memiliki Transjakarta saja tidak cukup untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat Jakarta untuk berkomutasi. Perlu alternatif lain seperti commuter line yang sudah berjalan sangat baik saat ini, selain itu ada MRT dan LRT yang sudah memasuki proses finishing, dan jenis-jenis transportasi masal lainnya.

Selain transportasi, ada hal lain yang juga sama pentingnya dengan transportasi itu tersendiri, trotoar untuk pejalan kaki. Menuju halte bus transjakarta tidak jarang penumpang harus berjalan kaki. Namun kondisi trotoar di Jakarta membuat proses jalan kaki menuju halte sangatlah sulit. Untungnya, kehadiran perhelatan besar ASIAN GAMES 2018, membawa berita baik bagi pejalan kaki. Kini trotoar di sudut kota Jakarta mulai dibenahi menyerupai trotar yang ada di kota-kota besar di negara lain.

Akomodasi adalah permasalahan lain yang menurut saya membutuhkan campur tangan Pemerintah Provinsi Jakarta. Banyaknya jumlah pejuang ibu kota membuat permasalah ini tambah rumit. Dan secara pribadi saya meminta maaf karena menambah PR Pemprov Jakarta, namun tampa kami-kami ini usaha di Jakarta tidak akan menjadi apa-apa. Kami membantu  perekonomian Jakarta berjalan mulus dengan talenta-talenta yang kami punya. Namun ada satu hal yang saya keluhkan yaitu akomodasi yang tersedia di Jakarta. Saya tidak menapik adanya akomodasi yang manusiawi di Jakarta namun harga yang ditawarkan sangat tidak manusiawi. Akhirnya pejuang Jakarta menempati kamar-kamar kost-kostan yang jauh dari layak. Harapan saya, pemerintah Jakarta mengurus sistem bisnis akomodasi di Jakarta bukan hanya perhotelan tapi juga kost-kostan. Saya kira belum ada regulasi khusus untuk bisnis kost-kostan dan sekarang sudah saatnya regulasi itu dibuat. Saya tidak menginginkan birokrasi yang berbelit-beli tapi yang praktis dan menguntungkan semua pihak. Lebih baik lagi jika Pemerintah Pemprov menyediakan fasilitas kost-kostan yang dikelola oleh Pemprov sendiri dengan harga yang disesuaikan dengan UMR Jakarta.

Secara keseluruhan, saya tidak serta-merta setuju dengan stigma yang disematkan ke Jakarta. Buktinya saya masih merasa betah untuk berjuan di Jakarta. Namun, ini tidak berarti bahwa saya harus konform terhadap realitas sosial yang ada. Dosen saya mengatakan, kunci dari segala perbuhan adalah ketika masyarakat meminta adanya perubahan itu. Jadi tidak boleh berhenti untuk meminta adanya perubahan. Tapi juga dalam waktu yang sama, kita harus ikut menjadi agen perubahan.     
Api Unggun

Sudah salama rasanya tidak melakukan kegiatan outdoor seperti jogging, hiking apalagi camping. Camping terakhir mungkin waktu SMP kelas tiga. Setelah pindah sekolah waktu SMA langsung non aktif dikegiatan pramuka. Pernah coba masuk ke ekskul pramuka tapi setelah beberapa kali ikut merasa gak cocok. Akhirnya masuk ekskul PMR satu tahunan. Pas kelas 2 SMA keluar dan tidak banyak aktif di ekskul lagi selain majalah sekolah.

Akhirnya akhir pekan lalu, tepatnya sabtu sore, saya bersama dengan dua teman saya yang lainnya bisa camping juga. Kita camping di Pabangbon, salah satu wisata alam di Bogor yang lokasinya sekitar 1 jam setengah dari Parung.

Berangkat sekitar jam 5 sore, kami pun sampai kelokasi perkemahan sekitar jam 8 karena harus berhenti beberapa kali ditengah perjalanan untuk ngisi bensin dan beli makanan di mini market.

view dari tempat perkemahan

Pabangbon ini adalah lokasi wisata thematic ala-ala instagram yang lagi hype saat ini. Banyak photo booth artificial yang disetting disepanjang Pabangbon seperti bulan, hammock, flying fox, rumah burung dan lain-lain. Untuk lokasi photo booth ini ada tepat disisi kiri jalan saat sampai dilokasi. Biaya masuk ke lokasi ini Rp 15.000, harga yang lumayan menurut saya. Apalagi karena harga tersebut belum termasuk biaya foto di booth. Untuk foto di booth yang disediakan, pengunjung harus membayar lagi tergantung booth yang dipilih. Photo diatas hammock dibandrol dengan harga Rp. 5000,- perorang. Sedang photo booth lain seperti flying fox dan rumah buruh dibandrol dengan harga Rp. 10.000,-.

Sebagai seorang pelancong, jujur saya tidak senang dengan manajmen tempat wisata ini. Semua harga yang terpisaha itu, bagi saya adalah tourist trap. Saya berpikir kenapa pengelola tidak meminta bayar sekali saja ditempat masuk dan biarkan pengunjung foto dilokasi yang mereka ingini. Untuk ini, saya sangat bangga dengan pengelola tempat wisata dengan tema serupa di kota saya, Takengon. Di Bur Telege, pengunjung hanya perlu membayar Rp. 5000,- pengunjung bisa berfoto sepuasnya disemua foto booth yang disediakan.

Untuk menuju lokasi kemah, pengunjung harus menaiki jalan yang menanjak yang ada disisi kanan jalan. Bagi pengunjung yang datang menggunakan mobil atau motor, bisa diparkir disana. Untuk biaya parkir sendiri, pengujung dihargai Rp. 20.000,- perkendaraan. Sedangkan biaya masuk kelokasi Rp. 40.000,- per pengunjung. Karena kami datang bertiga, kami di charge dengan harga Rp. 120.000. Harga ini diluar harga penyewaan tenda dan senter dan kayu bakar.

Sarapan Sucuk, Kare Ekmek dan Cay

Untungnya kami membawa tenda, matras dan sleeping bag sendiri, sehingga kami tidak perlu merogoh kocek lagi. Untuk penyewaan tenda harga sangat bervariasi. Paling murah seharga Rp. 40.000,- tenda ukuran dua orang. Jika ingin menggunakan peralatan lainnya seperti matras dan senter tenda, pengunjung akan dikenakan biaya tambahan.

Karena kami sudah membawa semua peralatan, kami hanya meminta kayu bakar dan senter tenda. Masing-masing dihargai Rp. 20.000,-

Untuk lokasi camping sendiri, saya merasa lokasi sangat bagus karena selain lokasinya ada diatas bukit yang artinya pengunjung bisa menikmati langit dengan bintang dan bulannya, juga karena udaranya yang enak. Berbeda dengan puncak, Pabangbon tidak terlalu dingin. Disini pengunjung masih bisa nyaman dengan mengenakan jaket tipis atau bahkan hanya menggunakan T-Shirt.

Mencari tempat untuk getaway dari sumpeknya Jakarta untuk weekend? Pabanbon mungkin bisa menjadi alternatif. Hanya saja harus siap-siap merogoh kocek. Apalagi kalau kalian belum punya peralatan camping.

The courtesy of https://bilingua.io

“Hi there. Long time no see,” this would have been a perfect way to say hi to a friend after a long lost connection. And yes, that is our relationship. After graduation in July last year, a lot has happened to the point that I wasn’t able to even knock the door of my own house. I am referring to this blog in case you were wondering.

To list down the things that have happened, I came back to Indonesia for good, that is one. I got a job as an English teacher and happily carried the responsibility for a year, then I finally decided that I have other priority in life. As in right now, I am trying to pursue another thing in life that I am yet to find out. For now, I will keep it between me and my heart. But don’t worry, I will keep you posted once it is certain.

So those are basically the summary of life this past one year.

What about you? Tell me what you have been up to!

amazon.com

“ONE AFTERNOON on a weekend in March, Dewi Ayu rose from her grave after being dead for twenty-one years.” 

This is the premises that readers are welcomed with. With this interesting opening, readers are led to a wondrous journey that one can never forget.  

The story is told in a random order – one of Kurniawan’s characteristics as a writer. Instead of telling the stories in a linear order, Kurniawan would play around with readers’ head and mess with it a little with provocative and disturbing scenes and characterizations.  

As signaled in the first sentence of the book, Dewi Ayu is the source of all troubles or stories should I say. 

Dewi Ayu is a child who was conceived by two siblings who love each other. Though Dewi Ayu’s parents were not born by the same mother, the two of them have the same father which makes their relationship incestuous. Dewi Ayu’s grandfather, a Dutchman, had Dewi Ayu’s grandmother from his mother side, who is native Indonesian, as a concubine, something that is very usual during the colonial era. When discovered that the two siblings were having forbidden love, unable to face the shame, they both ran away from the house and lived in a place that nobody knew. One day a baby was found in front of Dewi Ayu’s grandparents’ house – later known to be their incestuous children’s daughter and named Dewi Ayu. That is how Dewi Ayu came into being. 

That was just a tiny bite version of the story. Keep your stomach empty as you will be eating a lot of stories. Oftentimes you have to take a big bite because you simply can’t stop eating this delicious food created by the chef named Eka Kurniawan. 

Of course when a woman is taken as a concubine it won’t be a smooth sailing process. Ma Iyang, the concubine, was forced to become Ted Stammler’s lover even though she herself has had a lover named Ma Gedik. And ---- without any intention to spoil anything ---- this is going to be a very significant factor in the whole structure of the story. I leave it that way. If I go further I might lose control over what to say. 

The story about Dewi Ayu’s parents and grandparents – they all happened during the Dutch colonial era. Meanwhile, Dewi Ayu had to live in 3 important eras in Indonesian history, Dutch colonial era, Indonesian Independence Day, Japanese occupation, G30SPKI and many more. Each era has its own unique quality and cruelty. There is no better way of describing that era than what Kurnawan has done. 

To tell you briefly, after Dewi Ayu’s Dutch grandma escaped to Europe and Dewi Ayu refused to go along, she was made to become a prostitute for Japanese soldiers. She continued to become a prostitute even when the time has allowed her to pursue another career. For her prostitution is the only way to avoid having tragic relationship like his Indonesian grandmother had with his pathetic lover, Ma Gedik. So she continued to become a prostitute until her deathbed. 

I have been talking about Dewi Ayu so far, but this book is not a kind of book where there is only one character as the center of the story. No, that is not Kurniawan’s style. Kurniawan is a big believer that all characters have to be given an even portion of story as to avoid “black” and “white” characterization. For Kurniawan there is no one character that is good enough or bad enough. They are just human beings with all their humanbeingness – that refers to their inability to avoid making mistake and at times a very terrible one and also that does not exclude their potential to be a good person. This is the thing that I like about Kurniawan and other Postmodern writers (in whatever term that is), they avoid making black and white characterization. As a reader I hate to be made to sympathize with one single character only as it makes me more judgmental. For us to like one character we have to hate the other character. Hating is something that we should do less for it won’t bring anything good to life. Instead, it would only bring worst thing to life. 

Other important characters and very central to the story are Alamanda, Adinda, Maya Dewi and Beauty – the four of them are Dewi Ayu illegitimate daughters. Each has her own interesting life and worthy of attention. Alamanda is married to Sodancho who is a national hero. Though he is a hero to a lot of people, he is no more than a rapist to Alamanda. To know more why she thinks about her husband that way you have to read the book. Adinda, on the other hand, was married to Alamanda’s sweetheart who is a communist leader, Comrade Kliwon. There is more to the story, I promise, that is why you have to read it. Maya Dewi was married when she was still 13 to a man who used to sleep with her mother, Maman Gendeng. Why and what happens to her afterwards? Go to bookstore and read the story. Meanwhile, Beauty, whose name is the opposite of her physical appearance, was made pregnant by an invincible man. 

Apart from these characters, there are several important characters more: Rengganis, Nur Aini, Krisan and the son on the gravedigger. Who they are and what their connections when the characters whose names have been mentioned earlier and how importance they are to the story? There is only one way to find out: read the book!

Good characterization technique is not the only quality that Kurniawan has, he is also very good at fusing story with mythologies and myths. When reading this story it is inevitable not to think about familiar mythology such as the Helen of troy mythology, Sangkuriang dan Dayang Sumbi, the story of how Jesus escaped to heaven and Judas the traitor took his form and in turn got crucified by the mass, and even the recharacterization of national heroes. A friend of mine said that certain characters take the form of certain national heroes that I don’t know of, especially the male characters.
I can go on forever talking about this book. But I guess, it will be hard to go on talking without spoiling the story. So I stop it here. I hope I have done a good job to make you want to read this book. This really is a good book. It is very different from other books by Indonesian author. Bottom line, you won’t be disappointed!