Begitu
banyak impian, cita-cita dan pengharapan. Untuk mewujudkan semua itu sering
kali dimulai dengan tanda tanya (?). Bagaimana semua itu akan tercapai (?) Cara
apa yang bisa mengeluarkannya dari bingkai mimpi kosong (?) Semua itu adalah
teka-teki rumit yang butuh waktu panjang untuk menyelesaikannya. Bahkan ada ribuan kemungkinan untuk terjatuh,
berguling dan terhenti. Hanya keteguhan hatilah yang akan membawanya ke finish line.
Setidaknya
telah tercatat tiga jenis tahun yang terlewat selama berada dinegara ini.
2012? 2013? 2014?
2012? 2013? 2014?
2012
2012 adalah tahun penuh mimpi dan pengharapan. Memiliki semangat yang menggebu-gebu tapi putus arah. Pernah ku dikelabui oleh kehadiran tukang togel dengan bejuta janji. Lalu terhenti diruang kosong dengan secarik kertas putih yang ia tinggalkan. Dan ku pun duduk dengan pankulan tangan yang meringkul kaki dan kepala dalam keadaan yang menunduk.
2012 adalah tahun penuh mimpi dan pengharapan. Memiliki semangat yang menggebu-gebu tapi putus arah. Pernah ku dikelabui oleh kehadiran tukang togel dengan bejuta janji. Lalu terhenti diruang kosong dengan secarik kertas putih yang ia tinggalkan. Dan ku pun duduk dengan pankulan tangan yang meringkul kaki dan kepala dalam keadaan yang menunduk.
*******
Ku ikuti
semua program yang menyediakan informasi tentang kuliah. Karena jujur waktu itu
aku adalah sosok yang “jump on bandwagon”
terlebih ketika mendengar cara mudah untuk dapat uang. “Karena ku sudah bosan
hidup susah”, itu yang kerap kali terdengar berteriak kencang dilubuk hati ini.
Sehingga kuikutisertaanku ke semua jenis try
out yang disediakan oleh banyak institusi mulai dari TO SIMAK UI, TO STAN adalah pelarian. Sebenarnya aku bukanlah
seorang yang kekurangan soal, disekolah juga sering sekali ada try out, dan aku sadar betul aku hanya
mempercundangi diri ku sendiri mengikuti TO itu, dengan nilai yang tak pernah
lewat kata lulus sekalipun.
Tapi, 1
hal yang aku jaga dengan konsisten, “keinginan untuk kuliah ke Jogja” yang
bertahan dari kelas 2 hingga kelas 3 SMA. Walaupun pada akhirnya kekonsistenan
selama dua tahun itupun hilang sesaat dalm 2 bulan terakhir di SMA. Kedatangan dua bule dengan dandanan rapih mengenakan
suit and tie plus black shoes lah
yang membuat semua itu buyar dan membawaku kenegeri yang satu ini.
Ntahlah,
kejadian itu membuatku terpaksa mengamini hinaan temanku yang mengatakan bahwa
aku benar-benar kampungan. Pandanganku tentang mereka yang berpakaian rapih
benar-benar kolot. Aku seharusnya tak pernah menganggap bahwa suit and tie
adalah pakaian orang resmi atau kantoran atau utusan salah satu institusi
resmi. Semua orang bisa saja mengenakan pakaian itu, bahkan tukang gali sumur
sekalipun.
Jujur,
aku telah salah kira, bayanganku tentang dia, dia adalah utusan resmi kedutaan.
Tapi ternyata ia hanyalah utusan suatu organisasi yang tak akan pernah seide
denganku. Sempat ku merasa ini bukanlah pilihan yang terbaik ketika harus
meratapi waktu yang terbuang sia-sia menyangkar di ibu kota. Namun, uang yang
telah diberi terlebih dahulu seakan mengikatku bagai kertas perjanjian penting
tentang pemberian seluruh harta yang kumili. Aku pun dengan tabah melewati hari
penuh makanan yang membosankan. Kata-kata yang memuakkan. Janji-janji yang
bagai kentut, baunya hanya sesaat selebihnya terbang ntah kemana.
Akhirnya
di akhir tahun 2012, ia menerbangkanku ketanah asing yang sempat menjadi sebuah
penyesalan terbesarku. Kulalui hari ini dengan orang baru yang ternyata adalah
orang lama. Pandangan burukku tentang pribumi hangus seketika setelah bertemu
dengan mereka. Mereka adalah pribumi dan mereka adalah malaikat. Keputusanku mencari
malaikat jauh kenegeri antah berantah ternyata salah, karena malaikat itu sendiri
telah berada ditempatku dan ia tak pernah pergi walau sesaat.
Besambung..........
(2013)
0 comments:
Post a Comment