One thing expats can't get away from, that would be dealing with bureaucracy. And the worse thing about bureaucracy is that it never be the same from one place to another. Some place would make everything very easy. Others, however, could make the simplest thing difficult. These uncertainties are the biggest contributor to people's trust/distrust toward government's institution. But still, no matter how hard you wish to avoid this thing, you bound to deal with it. As long as you are alive you are going to have to encounter this thing whether you like it or not.

Enough with the bullshit!

These are the documents required by immigration office in Romania for obtaining the residence permit: 

  1. Copy of the first page of the passport and the page where the visa is attached, including the page where your arrival date is written.

  1. Medical Certificate (consist of):

1.Blood analysis (VDRL)


  As a student I really understand that we want everything done with a minimum of  outcome. Therefore I will tell you a hospital that could possibly give you a cheap price for blood analysis, which is Vital Med located in Str. Lahovary nr. 5, 6200, Galati.

2.Medical Certificate first step


For this thing, you could also get it from the same hospital. The total cost for the two are about 30-40 lei

3.The conclusion of the test stating that you a free from any decease that can contaminate society


After you get the two documents, if you are a student in "Duneare de Jos" university, you need to go to a student hospital located in Unitatea Sanitara. Or the easiest clue to get there would be student dormitory near Gradina Publica. When you get there, ask the people around and they will bring you to the hospital.

Supposedly when you arrive in the hospital, the doctor will immediately understand what you are there for just by showing the two existing documents.

  1. Letter of Acceptance
I suppose you have gotten this document long before you arrive in Galati?

  1. Letter of Financial Support stating how much scholarship you receive from the organization that rewards it.
Normally erasmus+ office will provide this document for you. So, just ask them to be precise!

  1. Photo 3x4 2

  1. 5 Lei Tax paid at the nearest post office
Post office in Galati located so close to the hospital I recommend in blood test section.

  1. The contract of your residence.
If you happen to stay in the dormitory belonging to the university, then you don't need to worry. The manager of dormitory will provide it for you. But if you happen to rent an apartment perhaps you need to ask the land lord about this whole thing.

  1.  fill in the form
Make sure you fill the form! But since the form is in Romanian, it might be wise to have a help form the local.

Those are the documents you need to prepare in order to get residence permit in Romania. The RP is expected to be ready in 30 days. But you can also try to check in day 25, if you desperately need it. Who knows maybe you need it for another visa application, schengen visa application for example.
Screeshot from ebook purchased on google book
Ada sedikit perasaan kesal ketika melihat nasib karya penulis Indonesia favoritku, Dewi Lestari. Karyanya yang selalu membuatku bisa tertawa lepas tanpa perduli lokasi. Mau itu sedang di dalam subway yang notabene dipenuhi manusia-manusia. Ataupun di kamar sendirian. Orang mana pun yang menyaksikan keanehanku saat membaca karya Dee akan kebingungan. Bahkan aku sendiri bingung. Racun apa sih yang Dee punya sehingga bisa merubah suasana mood yang awalnya muram hingga bisa berbinar-binar?

2016 baru saja mulai. Sejak tahun 2015 kemarin saya membuat komitmen baru - atau lebih tepatnya berkomitmen untuk satu rutinitas baru yaitu menetapkan target bacaan di goodreads.com. Tahun ini saya menargetkan angka 30, setelah sebelumnya gagal dengan angka 50. Dan bajaan pertama yang saya selesaikan adalah novelet Dewi Lestari: MADRE.

Sudah lama mendengar novelet ini, bahkan saya juga pernah secara tidak sengaja melihat promosi film yang diadaptasi dari novelet ini di timeline Facebook saya. Tapi entah kenapa baru hari ini saya berkesempatan untuk membacanya. Dan membacanya novelet ini pun terjadi dengan sangat kebetulan. Hmmmm….. Untuk pentingan novelet ini saya ingin meralat kata-kaya saya, seperti halnya yang dikatakan oleh pak Hadi "tidak ada yang namanya kebetulan!"

Hari ini saya sedang pusing berurusan dengan dunia sastra. Saya memulai hari dengan pertanyaan yang berhubungan dengan Mrs. Dalloway-nya Virginia Woolf yang sangat menguras energi dan pikiran. Terutama teknik menulisnya.

Belum cukup, saya pun melanjutkan dengan Ulysses-nya James Joyce. Kedua penulis ini sama kejamnya. Untuk dunia sastra mereka berdua adalah sebuah anugerah. Namun bagi mahasiswa sastra sepertiku mereka berdua seperti kelam dibalik bulan purnama. Sesaat bisa membuat kami terkagum-kagum. Namun dalam waktu bersamaan mereka bisa berubah menjadi ancaman. Terutama saat ujian tiba.

Virginia Woolf dengan Free Indirect Discourse-nya, dan James Joyce dengan Stream of Conscious-nya.

Dalam keadaan penak akupun secara alam bawah sadar mengotak-atik tablet. Kebetulan aku belum jauh dari aktivitas membuka Google Play Books - sisa-sisa berkutik dengan sastra sebelumnya. Tak sengaja akupun menuliskan kata kunci Dewi Lestari disana. Munculah beberapa karya beliau. Saya terkaget dengan harga e-book Madre yang kurang dari 3TL. Sebagai penggiat sastra dan orang yang perduli dengan sastra Indonesia, saya merasa punya beban moral untuk membeli buku elektronik yang satu ini. Apalagi dengan harganya yang sangat bersahabat.

Saya memulai dengan membaca beberapa halaman. Tak sanggup melepaskan Madre walaupun saat masak dan makan akhirnya saya sukses menyelesaikan madre dalam dua jam setengah - saya tidak tahu pasti, saya tidak mengitung waktu. Tapi bukan hal yang harus di koar-koarkan Madre hanyalah sebuah novelet dengan 45 halaman versi elektronik.

Screenshot from ebook purchased on googlebook


*******

Madre adalah kisah biang roti yang bertemu dengan tuannya titik. Selesai! Bercanda HEHEHE Tidak mungkin sesimple itu. Kalau sesimple itu bukan Dee namanya.

Setting kisah Madre bermula di kuburan. Surat yang penuh tanda tanya membuat Tansen berada pada pilihan yang tumpu - harus menghadiri prosesi penguburan - karena secara tiba-tiba lelaki tua yang yang mayatnya baru dikuburkan itu menuliskan nama Tansen disurat wasiatnya. Hal ini tentu membuat Tansen bertanya-tanya. Dan dengan menghadiri prosesi penguburan ini dia berharap bisa menemukan jawaban atas semua kenanehan ini.

Setelah prosesi penguburan, pengacara pak Tan - alhmarhum yang menuliskan nama Tansen sebagai pewarisnya - mengajaknya berbicara. Hal ini berujung pada penyerahan amplop yang berisi alamat dan kunci.

Tansen pun tidak punya pilihan lain, selain mengunjungi tempat itu dan mencari tahu warisan apakah yang ia terima. Ternyata selain warisan dia juga menerima hal baru yaitu sejarah keluarganya. Satu hari mampu merubah bertahun-tahun sejarah keluarga yang Tansen telah simpan didalam memorinya.

Dari penjelasan pak Hadi, tangan kanan sekaligus karyawan Tan de Bakker, Tansen mendapat informasi baru tentang aliran darah yang mengalir ditubuhnya. Tansen besar dengan cerita bahwa dia adalah campuran Tasikmalaya dan India. Namun siapa sangka semua cerita itu keliru. Salah satu penjelasan yang di sediakan Dee atas kekeliruan ini adalah kondisi keturunan perempuan yang selalu bernasib sial: mati muda.

Ceritanya yang sesungguhnya Tan adalah kakek kandung Tanse dari pihak ibuya. Tan dan Laksmi - nenek Tansen yang keturunan India - menikah dan mendirikan sebuah toko roti yang saat ini biang rotinya diwariskan kepada Tansen. Ibunya yang meninggal saat Tansen masih bayi, membuat Tanse besar dengan cerita yang keliru. 

Hari pertama Tansen tidak tahu harus menyikapi semua berita yang penuh dengan tanda tanya ini. Tansen yang selama ini berdomisili di Bali dan tidak memiliki pekerjaan tetap selain nge-blog, akhirnya membuat sebuah tulisan tentang biang roti yang diwariskan kepadanya dan mem-postingkanya di blognya.

Awalnya dia meremehkan biang roti itu. Bahkan ia sempat menyuruh pak Hadi untuk membagikannya kepada orang miskin. Namun siapa sangka kombinasi biang roti dan postingannya di blog bisa mengubah hidung Tansen selama-lama. Perubahan apakah yang terjadi kepada hidup Tansen? Dan wanita manakah yang berubahan itu? Baca cerita selengkapnya didalam novelet Madre!

Teknik-teknik sastra yang di aplikasikan didalam novelet ini:

  1. Foreshadowing/ Prophetic Element
Saya tidak tahu apa kata yang tepat dalam bahasa Indonesia untuk kedua istilah ini. Forshadowing adalah teknik yang digunakan dalam sastra dimana dipenulis menyematkan kode-kode pada awal cerita yang berhubungan erat pada kelanjutan pada bagian akhir cerita.

Dalam novelet ini misalkan ketika Dee menceritakan kebiasaan Tanse nge-blog. Kalau dilihat ngeblog dan biang roti tidak punya benang merah sama sekali. Tapi bukan buat Dee yang seorang penulis profesional. Blogging saja bisa menghadirkan warna baru di kronologi cerita Madre ini. Sebut saja bertemunya Tanse dan Mei yang nantinya kan merubah segala-galanya. (Saya tidak mau terlalu menspoil akhir cerita)

  1. Open-ended
Pada permasalahan identitas keturunan yang mengalir pada Tansen, kisah ini mungkin adalah sebuah kisah yang lengkap dengan resolusinya. Namun pada kisah cinta Tansen dan Mei, cerita ini adalah sebuah open-ended. Kita tidak tahu apakah mereka akan menjadi sebuah pasangan suami-istri atau hanya partner kerja.

  1. Genre
Secara genre novelet ini adalah sebuah romansa tapi bukan romansa yang sentimental. Kata romansa sering dikaik-kaitkan dengan sentimentalitas, tapi dengan dengan yang satu ini. Ada banyak hal yang disematkan dalam kisah romansa. Romansa tidak melulu harus kisah cinta seorang pria dengan wanita. Bisa saja kisah seorang lelaki yang menemukan jati dirinya seperti kisah Tanse didalam novelet Madre ini.

Awalnya Tanse sangat tidak suka dengan keterikatan. Namun siapa sangka, pangdangannya terhadap kehidupan berubah 100 persen setelah ketemu dengan pak Hadi dan keluarga Tan de Bakker lainnya. Akhirnya secara berangsur-angsur Tansen bisa menerima ide keterikatan pada satu hal, terutama pada satu profesi.

Hal ini membuatku berpikir seandainya Dewi Lestari hidup dan besar di Amerika tentu karyanya ini akan diadaptasi menjadi film romantic-comedy (romcom) yang diperankan oleh aktor-aktor sekaliber Jennifer Lawrence dan Bradley Cooper. Bradley Cooper akan memerankan tokoh Tansen dan Jennifer Lawrence akan memerankan tokoh Mei. Tentu ini hanya sebuah hanyalan. Tidak mungkin juga deskripsi Mei cocok dengan karakter fisik Jennifer. Mei kan keturunan Tionghoa.

Saya hanya menyangkan penulis yang sangat mahir seperti Dewi Lestari karyanya hanya mandet di Indonesia saja. Saya rasa tulisan-tulisan Dewi Lestari tidak kalah bagusnya dengan tulisan-tulisan world best seller seperti The Fault in Our Stars-nya John Green dan lain-lain. Kekurangan Dewi Lesatari hanya karena dia menulis dalam bahasa Indonesia dan lahir Indonesia. Itu saja!

Berharap penerbit dan literary agent di Indonesia melihat hal ini. Dan berupaya mengusahakan pemasaran dan penerjemahan karya sastrawan Indonesia kedalam bahasa inggris. Ini sangat miris. Bagi penulis sendiri, tidak ada salahnya untuk unjuk diri di event-event internasional. Dengan menghadiri event internasional sedikit demi sedikit penulis Indonesia akan lebih dikenal dan karyanya akan bisa lebih dilirik. Menurutku strategi pemasaran inilah yang digunakan oleh banyak sastrawan Turki seperti Elif Shafak dan lain-lain. Sebagai seorang penulis tentu punya pesan-pesan sosial tertentu yang disematkan didalam karya-karya. Dan bagi sebagian penulis pesan sosial itu juga diperlebar dengan menyuarakannya di event-event sosial seperti misalkan penulis yang bergerak dibidang emansipasi wanita bisa menghadiri event yang bersangkutan. Yang tertari dengan isu pemanasan global bisa menghadiri isu yang bersangkutan juga.

Saya cinta Indonesia dan bidang yang saya sangat peduli adalah dunia membaca dan sastra. Karenanya saya berharap sastra Indonesia bisa lebih baik kedepannya. Dengan mempromosikan karya sastrawan Indonesia kedunia luar. Dan juga bagi orang Indonesia mari budayakan membaca!



Beberapa waktu lalu saya menonton video di website Ikatan Ilmuan Indonesia International, dimana Dr. Dessy Irawati, yang juga adalah ketua umum I-4 periode 2013-2015, sebagai narasumber wawancara interaktif tersebut. Disana beliau sempat menjelaskan tentang salah satu website berbagi makanan sisa (sharing leftover foods) yang sedang booming di Belanda. Penasaran dengan apa yang beliau jelaskan saya pun akhirnya mengoogle cerita bermulanya website tersebut.

Ternyata website itu bermula dari pengalaman pribadi Marieke Hart dan Jan Thij Bakker, yang suatu hari mencium masakanan tetangganya yang berbau sedap. Penasaran ingin mencoba masakan itu akhirnya pasangan suami istri ini mengetok pintu tentangganya dan menawarkan beberapa Euro. Sejak saat itu hubungan mereka dengan tetangga semakin dekat. Padahal sebelumnya mereka telah bertetangga tiga tahun tanpa tegur sapa.

Melihat adanya efek positif dari sistem berbagi makanan sisa ini pada hubungan antar tetanggga, akhirnya pasangan suami istri ini menyedialan website dimana orang-orang bisa membagi makanan sisanya kepada orang lain disekitarnya.
Untuk memastikan bahwa makanan yang diposting diwebsite itu sehat dan layak, ada ketentuan-ketentuan yang haru dipenuhi. Jadi para penerima makanan sisa bisa merasa aman.

Nah.. berkaca dari pengalaman saya sebagai mahasiswa dan anak kos di Indonesia maupun Turki, alangkah kerennya kalau kita punya sistem seperti ini. Mahasiswa yang selalu dalam situasi lapar dan tidak punya waktu untuk masak bisa diuntungkan dengan sistem ini. Pemilik makanan sisa juga diuntungkan karena mereka tidak perlu membuang makanan tersebut.

Tidak bisa di pungkiri bahwa seni memiliki peran sangat besar dalam kemajuan sebuah bangsa. Dengan seni sebuah bangsa bisa membuktikan kehebataannya kepada bangsa lain. Contoh yang terdekat dengan realitas kita hari ini adalah berdirinya gedung tertinggi Burj Khalifa di Dubai. Sesaat diumumkannya bahwa akan dibangun gedung tertinggi didunia yang akan mengalahkan rekor-rekor sebelumnya, masyarakat dunia langsung berdecap kagum.

Ada banyak jenis seni, contoh berikut diatas adalah seni dalam bentuk bangunan. Semua jenis kesenian sebenarnya memiliki fungsi yang sama - mendorong individu untuk produktif dalam berkreasi. Seni juga sangat membantu dalam perkembangan otak. Jika membaca biografi manusia-manusia terpintar, kita menemukan bahwa mereka juga sangat akrab dengan kesenian.

Lalu ketika kita menghadapkan cermin kepada Indonesia, refleksi seperti apakah yang terpantul di dalam cermin? Kesenian di Indonesia sudah ada dari zaman dahulu. Namun hal ini berlangsung secara individu dan kelompok. Pemerintah sangat jarang membantu dalam melestarikannya. Bahkan dalam beberapa kasus budaya Indonesia sampai di claim oleh negara tetangga.

 Pada awalnya seni-seni seperti tarian hanyalah bentuk apresiasi terhadap identitas kelompok - yang secara ekonomi bisa dikatakan tidak menghasilkan rupiah sama sekali. Namun ada dua jenis media yang secara khusus bisa melestarikan dan juga menghasilkan uang dengan menampilkan kesenian Indonesia didalamnya, sebut saja Film dan Karya Sastra. Seni-seni seperti tarian, ukiran, lukisan, sastra semuanya bisa disatukan dalam satu lensa - perfilman dan karya sastra.

Nasib perfilman dan sastra di Indonesia juga bersifat yang sama, individual ataupun perusahaan swastra. Pemerintah enggan ikut andil dalam penggalakannya. Padahal konsumen tidak meminta banyak. Mereka hanya ingin difasilitasi.

Akhir-akhir ini ada diskusi tentang perfilman Indonesia yang jumlah penontonnya sangat sedikit. Saat ditanyakan apa sih faktor penyebabnya. Salah satu jawabannya adalah jumlah bioskop yang tidak menyebar keseluruh Indonesia. 75% bioskop berada di pulau Jawa. Masyarakat di luar jawa otomatis tidak bisa menikmatik film Indonesia langsung di layar lebar. Lalu opsi yang tersisa buat mereka adalah DVD. DVD pun yang sampai ke daerah tempat tinggal mereka hanyalah bentuk bajakan, karena perusahaan yang menyediakan VCD legal tidak berniat untuk membuka cabangnya di daerah.

Bagi saya ini tidak mengagetkan sama sekali. Saya berasal dari kota kecil di Provinsi Aceh. Selama hidup saya, 21 tahun, belum ada langkah-langkah bijak dalam menyelesaikan permasalahan ini. Alasan kenapa bioskop tidak didirikan pun saya tidak mengerti. Mungkin untuk di kabupaten masih sulit untuk mendirikan bioskop karena ditakutkan jumlah penonton tidak sesuai dengan harga produksi. Tapi yang saya heran kenapa bisokop tidak ada di Banda Aceh, ibu kota provinsi Aceh? Kalau permasalahannya adalah sistem syariat Islam yang berlaku di Aceh, menurut saya ini sangat konyol. Film memiliki kekuatan seperti pisau. Disaat tertentu pisau bisa berfungsi positif dan bahkan sangat positif karena tanpa pisau makanan tidak bisa di proses. Namun kalau pisau digunakan dengan tidak bijak, pisau juga bisa berfungsi negatif. Film juga begitu. Untuk memastikan film yang hadir positif, mungkin untuk Aceh sendiri bisa di dirikan lembaga sensor tersendiri. Hanya film-film seperti Laskar Pelangi, 5 CM, dan lain-lain yang positif bisa masuk. Kalau film-film dengan tema pocong tidak dibolehkan masuk, kami sebagai konsumen juga tidak masalah. Masalah hadir ketika kata "tidak" hadir, tanpa ada solusi yang berkelanjutan.
Begitu juga dengan nasib sastra Indonesia. Banyak keluhan bahwa statistik membaca di Indonesia sangat rendah. Lagi-lagi keluhan tanpa ada solusi. Padahal akar permasalahannya ada di distribusi buku. Bagaimana mungkin masyarakat Indonesia bisa rajin membaca jika toko buku saja tidak ada di daerahnya.
Mungkin buku yang berbeli masih sulit terjangkau oleh kalangan mengengah kebawah, menginat ada kepeluan lain yang menunggu. Lalu bagaimana dengan perpustakaan? Bukankah seharusnya setiap kelurahan memiliki perpustakaan sendiri? Sehingga masyarakat bisa datang dan membaca disana?

Jangankan perpustakaan wilayah, untul sekolah sendiri ada yang tidak memiliki perpustakaan. Waktu saya SD, buku hanya ada dilemari kelas. Dan buku yang tersedia hanyalah buku pelajaran. Tidak ada buku bacaan tambahan untuk para murid. Bahkan buku pelajaran tersedia adalah buku dengan kurikulum yang sudah tidak susai dengan zamannya. Melihat ini, kita tidak mungkin untuk tidak membahas tentang sistem Ujian Nasional yang sama seIndonesia. Sistem ujian sama namun sistem pendidikan berbeda. Adilkah?

Sebagai seorang yang sangat memperhatikan kesenian Indonesia terutama seni kesusastraan, saya sangat kecewa. Hal yang saya coba lakukan adalah menyediakan buku-buku untuk orang-orang terdekat saya. Saya ingin mereka terbiasa dengan budaya membaca ditengah-tengah kekurangan yang ada. Karenanya saat saya pulang ke tanah air nanti saya akan membahwa semua koleksi buku saya dan meninggakannya di rumah orangtua saya. Semoga dengan begitu mereka akan tertarik membaca.

Dalam konteks mengenalkan sastra Indonesia ke masyarakat global, saya juga mencoba ikut andil. Dengan memeberikan list nama-nama sastrawan Indonesia kepada orang-orang yang tertarik membaca sastra luar. Kebetulan di Turki, satu-satunya karya sastrawan Indonesia yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Turki adalah Andrea Hirata. Dan saat ini hanya karyanyalah yang bisa saya promosikan. Saya juga memberikan list karya sastrawan Indonesia yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bisa dibeli melalui situs belanja online seperti amazon.com. Semoga cara-cara kecil seperti bisa memajukan sastra Indonesia.

Karena jika ditinjau, sedikit sekali sastrawan Indonesia yang besuara di dunia global. Entah apa penyebabnya, mungkin karena kesulitan dalam berbahasa. Saat ini untuk menjadi seorang penulis terkenal, mereka harus giat menghadiri konferensi-konferensi. Menyuarakan pesan yang ada dalam bukunya. Semoga dengan menghadiri acara seperti Frankfurt Bookfair, karya sastrawan Indonesia bisa lebih diminati, terutama dalam proses translasi. Dan juga sastrawan Indonesia lebih vokal menyuarakan pesan-pesan yang ada dalam bukunya dalam konteks global, bukan hanya di Indonesia. Sehingga, harapan terakhirnya adalah terdengarnya nama sastrawan Indonesia sebagai penerima noble sastra. Amin..


Berjalan menyusuri Ramai
Ku menemukan Sunyi
…………………………
Angin berbisik
Tak satu kata ku tangkap

Matahari memantulkan bayangan
Di bawah pohon rindang
Bermain tanda-
…………………
Ku tak semahir itu

Kaki terus melangkah
Mendekati Ramai
Namun Tanya bergejolak
"Kenapa ku ada disini"
………………

"Khalik, mau apa?
Apakah Khalik beri pilihan?
Haruskah ku pilih satu?
Bolehkah berganda..

Khalik kenapa Bumi?
Khalik kenapa ada Coba?
Khalik Mesinkah kami?
Khalik… Salahkah jik kami bersalah?"

Sepi ternyata Ramai
Pohon rindang berkata Bayang
Bersatu bersama matahari
Hati Akal bertikai"


Seperti yang saya paparkan di postingan sebelumnya, penginapan berada pada list no ke #2 sebagai penguras budget setelah #1 transportasi. Tapi tenang saja, segala sesuatu bisa disiasati. Itulah mengapa, melakukan riset sebelum jalan-jalan sangat penting.

Dan pastikan juga anda selalu membawa notebook kecil saat melakukan perjalanan. Saya tahu ini zaman modern tapi tetap saja fungsi notebook tidak bisa dikalahkan oleh teknologi terbaru. Karena bisa saja hp atau tablet anda kehabisan batrai saat ditengah perjalanan. Lalu anda mau bertumpu pada apa?

Berikut cara mensiasati penginapan agar bisa lebih murah atau bahkan bisa gratis:



  1. Jaringan Mahasiswa Indonesia di Luar Negeri
Bagi yang bersekolah di luar negeri mungkin sudah akrab dengan yang namanya PPI(Perhimpunan Pelajar Indonesia). Nah, tidak ada salahnya jika anda melakukan sedikit riset tentang keberadaan PPI di kota yang anda akan kunjungi. Syukur-syukur jika di respon pada saat menghubungi teman-teman PPI disana. Jangan berharap terlalu besar. Anggap saja menjalin silaturahmi. Kalau tidak dapat penginapan setidaknya dapat teman yang bisa menemani berkeliling di kota tersebut.

Pahami juga bahwa tidak semua teman PPI memiliki tempat tinggal pribadi. Banyak dari mereka yang tinggal di asrama. Dan kalaupun ada yang tinggal di studio, kemungkinan besar mereka share dengan orang lain. Jadi mungkin akan sulit mendapatkan tumpangan dari mereka. Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba!!


  1. Jaringan couchsurfing dan jenis hospitality lainnya
Banyak traveler profesional yang menggunakan jasa ini. Tentang ke-safe-an itu tergantung ya. Setiap individu punya pengalaman masing-masing. Nah itu lah perlunya membaca dan mengecek profil orang yang akan ada tumpangi. Baca juga kolom referensi. Dengan banyaknya referensi positif inshaaAllah anda akan aman.

Kalau kedua opsi di atas tidak berhasil membantu anda, berarti anda mau tidak mau harus memilih penginapan yang berbayar:


  1. Airbnb
Airbnb adalah penginapan yang disediakan oleh warga yang berdomisili dikawasan tempat anda berkunjung. Jadi para penyedia penginapan bukanlah penyedia jasa penginapan profesional. Mereka hanyalah orang biasa yang ingin menyewakan kamar yang ada dirumahnya. Beberapa bahkan menyewakan sofa, apartemen dan lain-lain. Jika anda melakukan tour beramai-ramai, tidak ada salahnya mencoba opsi ini, atau pilihan lainnya guesthouse.



  1. Hostelworld.com
Dari semua website yang memediasi pembookingan hostel, saya lebih percaya dengan yang satu ini. Salah satu alannya karena hostelworld menyediakan rating untuk setiap hostel. Disana kita juga bisa membaca testimoni para pengujung sebelumnya. Artinya, kita akan lebih bisa berwanti-wanti tentang bentuk hostel tempat kita menginap.

Sekian tips untuk menekan pengeluaran saat travelling ke Eropa. Mungkin khusus untuk postingan yang sekarang bisa sifatnya universal ya, berlaku untuk semua negara ya. Pokoknya stay safe dan mari nge-trip!!
Saya memulai blog ini saat saya masih di Sekolah Menengah Atas (SMA). Saat itu saya belum mempunyai gambaran jelas mau kemana blog ini saya bawa. Yang saya tau hanyalah, saya ingin menulis. Saya ingin menuliskan semua yang ada dalam kepala saya.

Seorang pernah berkata kepada saya "saat kita sedang mumet, itu karena kepala kita sedang penuh. Layaknya gelas atau wadah lain yang kepenuhan, isi gelas itu harus ditumpahkan. Dalam hal ini isi kepala harus ditumpahkan dalam bentuk tulisan."

Saat ini, bagaimanapun, aku seolah sedang belajar memahami semua benang merah yang terlilit. Hal yang aku perlu lakukan hanya memastikan benang merah itu terikat dengan layak. Tidak rancu. Yang terpenting lagi, menyadari keberadaan benang merah itu.

Adapun benang merah yang sedang aku coba jalin adalah tentang belajar di luar negeri (study abroad), jurusan sastra dan juga kesempatan-kesampatan lain yang ikut tersedia saat disana, sebut saja berpetualang (travelling), ikut serta dalam program pertukaran perlajar dan terkadang hal-hal yang tidak masuk akal bagi diri ku sendiri.

Ada masa dimana aku sangat mengharapkan kehadiran pengunjung. Tetapi masa itu sudah sirna (I am over it!). Aku telah menemukan fungsi lain dari menulis. Menulis bagiku adalah terapi. Menulis membuatku berfikir lebih baik tentang diriku sendiri, disaat dunia dan lingkungan sekitar kerap membuatmu merasa kecil dan tak berdaya. Saat menulis aku merasa bisa melakukan apapun! - hal yang dikehidupan nyata bisa saja tidak memfasilitasi. Saat ini aku sampai pada tahap dimana aku sangat menghargai kalau ada yang melirik blog (gubuk reyot) ku ini, kalaupun tidak bukan masalah.

Salam,

Adhari

Saat travelling, pengeluaran terbanyak ada di penginapan dan transportasi. Berita baik buat anda yang ingin travelling ke Eropa! Karena sekarang anda akan mengetahui bagaimana cara mendapatkan kedua hal ini dengan murah!

  1. Transportasi

#Bagi yang belum tahu, berikut adalah website yang wajib dikunjungi sebelum melakukan perjalanan "skyscanner.com"!!!

Jika masih bimbang kapan akan melakukan perjalanan, tenang saja skyscanner menyediakan menu dimana para traveller bisa mencari tahu bulan-bulan termurah untuk melakukan perjalanan. Caranya cukup 1klik dibagian tanggal penerbangan lalu 2setelahnya pilih semua bulan, dipaling bawah menu ini ada pilihan bulan-bulan termurah. Nah, dengan mengantisipasi tiket pesawat dari jauh hari sekarang otomatis anda bisa menekan pengeluaran.

Tips tambahan 1:
Permasalahn klasik orang Indonesia yang berhubungan dengan jalan-jalan adalah visa. Saran saya kalau visa belum pasti tapi ada tiket murah - mending tiketnya dibeli saja. Karena bisa jadi pada saat visa keluar, harga tiket sudah naik dua kali lipat. (saran ini khusus untuk teman-teman yang berdomisili di negara-negara yang berdekatan dengan Eropa!!!!)

Pengalaman Pribadi saya, 3 minggu sebelum saya akhirnya membeli tiket saya menemukan tiket yang super murah 10 euro (Bucharest-Milan), tapi karena saya masih ragu tiket saya akan dikabulkan atau tidak, saya tidak membeli tiket murah itu. Akhirnya pada saat visa saya dikabulkan, harga tiket sudah 25 euro dan saya tidak ada pilihan lain selain membeli tiket itu.



#Website kedua yang wajib di ketahui saat jalan-jalan ke Eropa "comparabus.com"

Anda tidak perlu mengunjungi website bus satu persatu hanya untuk mengetahui perusahaan bus mana yang memberikan harga termurah. Cukup klik comparabus.com dan semuanya akan tertulis jelas disana.

Tips tambahan 2:
Satu hal yang hukumnya hampir menyentuh wajib yaitu memiliki kartu kredit!! Berita baik! Kalau kamu punya kartu kredit, kemungkinan besar untuk mendapatkan tiket murah lebih tinggi. Bahkan bisa sampai mendapat tiket yang harganya 1 euro! Kalau tidak percaya check saja megabus.com! Syaratnya beli tiket dari jauh hari!! Nah, masalahnya megabus.com tidak menyediakan pilihan lain, selain membeli tiket secara online. Begitu juga flixbus.com, oiubus.com, dan lain-lain. Itu lah mengapa saya katakan hukum memiliki kartu kredit hampir menyentuh wajib.

Bahkan di Eropa dalam transaksi hal terkecilpun sudah menggunakan kartu kredit. Saya jadi merasa seolah-olah Eropa sedang berusaha mengganti fungsi uang kertas dengan kartu kredit. Bayangkan saya, waktu saya di Paris dan Amsterdam, mesin tempat saya membeli tiket transportasi harian (day pass) tidak menerima uang cash. Hanya kartu kredit. Tentu tidak semua. Kebetulan saja mesin tempat saya membeli tiket tidak menyediakan opsi lain selain kartu kredit.

Tapi tetap saja dewasa ini kita tidak bisa menyangkal bahwa fungsi kartu kredit sangatlah besar saat melakukan perjalanan. Terutama untuk membeli tiket perjalanan darat maupun udara bahkan laut. Selain itu kartu kredit juga befungsi untuk mempermudah reservasi penginapan, salah satu dokumen yang harus dilampirkan saat mendaftar visa.

Pilihan bus murah antar Eropa:

Saat melakukan tour antara kota maupun negara di Eropa saya sangat menyarankan untuk menggunakan jasa bus dari pada kreta. Kreta cepat di Eropa berkwalitas sangat bagus dan juga sangat mahal. Sekarang tentu kita sangat mengantisipasi kata mahal bukan?

Selanjutnya…….. PENGINAPAN



ITINERARY SAYA SAAT JALAN-JALAN KE EROPA DI AKHIR TAHUN 2015

23 Desember 2015




Bucharest – Milan
11.50 – 13.20
Harga Tiket 25

Milan (Malpensa Airport) – Centrale
15.50 – 16.10
Harga Tiket 8

25 Desember 2015





Milan – Lyon
12.15 – 18.40
Harga Tiket 19



26 desember 2015





Lyon – Paris
01.45 – 06.45
Harga Tiket 25

28 desember 2015




Paris – Brussels
23.55 – 04.40

Brussels – Amsterdam
04.45 – 07.15

Harga Tiket 25
 
01 Januari 2016




Amsterdam – Eindhoven
09-50 – 11.07

Eindhoven Train Station – Airport
11.20 – 11.35

Harga Tiket € 23  

01 Januari 2015





Eindhoven – Cluj Napoca
13.15 – 16.35
Harga Tiket €25

 

Beberapa kedutaan akan sangat menghargai aplikasi visa jika si pemohon menyediakan itinerary. Menyediakan bukti reservasi pesawat ternyata tidaklah cukup. Karena pihak kedutaan juga meminta bukti transportasi antar negara schengen, jika seandainya di pemohon ingin melakukan tour antar negara. Untuk mengurangi resiko jika visa ditolak, lebih baik memberikan rencana perjalanan (itinerary), daripada membeli tiket langsung.

Tenang saja, pihak kedutaan akan menerima dan memaklumi jika anda hanya punya itinerary. Saya sendiri telah menjadi bukti hidup untuk cara ini. Waktu saya mendaftar ke kedutaan Belanda, mereka menanyai bukti transportasi antar negara, karena dalam itinerary saya saya menjelaskan bahwa saya akan mengunjungi tiga negara (Italia - Prancis - Belanda.) Tetapi waktu saya bilang bahwa saya akan melakukan perjalanan menggunakan transportasi darat (Bus dan Kereta Api), mereka akhirnya hanya meminta saya untuk menyantumkan nama perusahaan bus dan kereta yang akan saya tumpangi dalam itinerary  yang sudah saya sediakan.