Menjadi Liaison Officer di Acara IMF-WBG 2018 Annual Meetings

Courtesy of www.am2018bali.go.id
Di pertengahan bulan Oktober kemarin, Indonesia mendapatkan kesempatan yang sangat istimewa menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional - Grup Bank Dunia. Sempat menjadi perbicangan yang sangat hangat di media nasional, namun apakah kita sudah tahu betul apa maksud dan tujuan dari Pertemuan Tahunan ini?

Alhamdulillah saya berkesempatan ikut serta dalam Pertemuan Tahunan ini, bukan sebagai salah satu delegasi tentunya, tetapi sebagai salah satu instrumen kepanitian. Saya bertugas sebagai Liaison Officer dibawah Panitia Penyambutan atau Hospitality Team. Tugas saya adalah sebagai narahubung gubernur Dana Moneter Internasional (IMF) dari negara Comoros selama beliau menghadiri acara Petemuan tahunan ini. Tentunya dalam acara ini setiap gubernur IMF maupun WBG memiliki agenda yang sangat padat, oleh karena itu, tim LO berperan sebagai narahubung yang memfasilitasi para gubernur dengan mitra yang telah di-schedule-kan didalam agenda pertemuan mereka masing-masing, termasuk menunjukkan lokasi meeting yang berbeda-beda. Untuk memastikan bahwa tim Liaison Officer terbekali dengan informasi yang mumpuni, Tim Pesiapan Nasional telah memberikan pelatihan dari jauh hari dan tidak lupa pula Tim Liaison Officer dibawa melakukan site visit ke kawasan main campus Nusa Dua untuk memastikan bahwa informasi tentang lokasi yang diberikan saat pelatihan bisa diaplikasikan di lapangan. Selain informasi tentang acara, Panitia Nasional juga membekali para Liaison Officer dengan pengetahuan kenegaraan agar nantinya ketika para Head of Delegation bertanya tentang Indonesia mereka bisa menjawab dengan sekasama. Tidak lupa juga, para Liaison Officer belajar tentang fungsi dari masing-masing badan baik Dana Moneter Internasional (IMF) maupun Grup Bank Dunia (WBG), serta fungsi dari Pertemuan Tahunan (Annual Meetings) ini, memastikan bahwa para Liaison Officer memiliki pengetahuan yang cukup tentang kegiatan yang mereka ikuti. Dengan kata lain, dalam kesempatan kemarin saya belajar banyak sekali tentang apa itu Dana Monter Internasional atau IMF dan apa itu Grup Bank Dunia, sehingga rasanya saya memiliki kapasitas yang cukup untuk berbagi.

Pertama, sebelum kita masuk kedalam topik apa fungsi dari Pertemuan Tahunan (Annual Meetings), alangkah baiknya kita membahas tentang apa itu Dana Moneter Internasional (IMF) dan apa itu Grup Bank Dunia (WBG).

Dana Moneter Internasional atau IMF adalah sebuah badan peminjaman uang yang berbasis di Washington, D.C yang terdiri dari 189 negara anggota. Setiap Mentri Keuangan negara anggota mendapatkan posisi guberner di dalam badan ini. Sebagai contoh, karena Indonesia adalah salah satu anggota IMF, maka Indonesia memiliki gubernur pewakilan dalam hal ini gubernur pewakilan Indonesia di IMF adalah Ibu Sri Mulyani Indrawati sebagai Mentri Keuangan yang sedang menjabat saat ini. Mungkin citra IMF yang sering tergambar saat ini adalah kumpulan rentenir yang memanfaatkan situasi negara yang memiliki perekonomian lemah. Namun, itu bukanlah mengapa badan ini dibentuk sejak awal. Menurut motto IMF badan ini dibentuk untuk "......... it works to foster global growth and economic stability by providing policy, advice and financing the members, by working with developing nations to help them achieve macroeconomic stability and reduce poverty." Namun tidak bisa disangkal bahwa direksi dari sebuah organisasi tidak terlepar dari pemimpinnya. Sekarang ini dibawah pimpinan Mdm. Christine Lagarde, IMF sedang mencoba untuk merubah stigma dunia tentang IMF dengan menjadikan IMF lebih inklusif dan kembali lagi ke-motto awal terbentuknya badan ini.

Lalu bagaimana dengan Grup Bank Dunia (WBG)? Kantor WBG berlokasi hanya berseberangan dengan IMF di Washington, D.C dan WBG ini memiliki fungsi yang kurang lebih saling mengkomplementasi dengan IMF. Kedua organisasi ini bekerja untuk membantu negara anggotanya agar mencapai target perekonomian yang stabil dan menghapus angka kemiskinan dengan memberikan nasehat tentang cara pengambilan langkah kebijakan yang baik serta memberikan pinjam ketika negara anggota membutuhkannya.

Sebagai negara dengan perekonomian yang masih berkembang, tentunya kita memiliki stigma tersendiri tentang organisasi tersebut, namun satu hal yang tidak bisa kita pungkiri bahwa negara kita masih membutuhkan bantuan dari negara lain, baik bantuan reel maupun bantuan lainnya. Sampai kapan pun mungkin realitas ini akan tidak berubah. Karena suatu negara tidak akan pernah bisa berdiri sendiri. Jika kita berharap negara kita tidak memiliki ketergantungan terhadap negara lain, artinya sama saja kita berharap agar negara kita tidak memiliki hubungan dagang dengan negara lain. Lalu bagaimana mungkin perekonomian kita akan maju?

Tentang Pentemuan Tahunan ini (Annual Meetings). Dalam setahun IMF-WBG mengadakan dua kali pertemuan, Petemuan Musim Semi (Spring Meetings) yang selalu berlokasi di  Washington, D.C dan Annual Meetings yang setiap dua tahun sekali diadakan di negara anggota. Indonesia mendapatkan kesempatan untuk menjadi tuan rumah setelah melalui proses bidding. Ada 3 negara lainnya yang mengajukkan, namun Indonesia mendapatkan lebih 40% voting sehingga Indonesia terpilih menjadi tuan rumah.

Lalu apa sih pentingnya menjadi tuan rumah petemuan ini bagi Indonesia? Tentunya banyak sekali. Tidak bisa dipungkiri posisi Indonesia didunia masih tidak sepenting negara-negara maju seperti Amerika, Inggris dan lain-lainnya. Dengan memberanikan diri menjadi tuan rumah, Indonesia secara tidak langsung mencoba menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang resilient. Selama ini Indonesia sangat terkenal karena bencana alamnya. Bahkan dalam 2 tahun proses persiapan pertemuan ini Indonesia masih menghadapi banyak sekali becana seperti meletusnya gunung Agung yang sempat melumpuhkan turisme Bali, gempa lombok dan yang terakhir gempa dan tsumani di Sulawesi Tengah. Sempat ada keraguan Indonesia bisa melanjutkan petemuan ini, namun pemerintah terus meyakinkan pihak IMF dan WBG bahwa Indonesia kuat dan bisa. Tentu ini bukan keputusan sepihak, hal ini dipertahankan demi menjaga bartabat Indonesia. Bayangkan jika Indonesia mundur menjadi tuan rumah, maka citra Indonesia sebagai negara tidak aman karena becananya akan tetap melekat pada Indonesia dan efek yang akan terasa adalah menurunnya jumlah turis yang datang ke Indonesia. Sedangkan seperti yang kita ketahui beberapa kota di Indonesia seperti Bali perekonomiannya sangat tergantung pada turis yang datang.

BNDCC, Nusa Dua, Bali
Jadi jika dirangkum dengan singkat, keuntungan yang didapat Indonesia secara langsung dengan menjadi tuan rumah adalah meningkatnya perekonomian lokal Bali selama acara berlangsung dan setelahnya. Jumlah delegasi dan tamu yang diprediksikan hadir dalam acara ini adalah 13.000 orang. Namun diluar ekspektasi ternyata jumlah delegasi dan tamu secara total berjumlah 36.000. Bayangkan penghasilan yang didapatkan oleh pengusaha perhotelan dikawasan Nusa Dua dari acara ini, tentu sangat membantu meningkatkan penghasilan mereka. Apalagi, bulan ini terhitung bulan low season untuk Bali. Adanya kegiatan ini tentu adalah sebuah berkah bagi mereka. Sebagai informasi, para delegasi dan tamu menanggung tiket pesawat dan penginapan mereka masing-masing, jadi Indonesia tidak mengeluarkan uang untuk hal tersebut sama sekali. Indonesia hanya bertanggung jawab pada lokasi meeting, persiapan infrastruktur dan menggaji tim panitia. Selebihnya Indonesia tidak bertanggung jawab sama sekali. Jadi jika ada asumsi bahwa acara ini menghabiskan banyak dana, sepertinya tidak juga. Selain pengusaha perhotelan, pengusaha pusat oleh-oleh dan tempat makan juga meraup untung yang sangat mumpuni selama acara ini berlangsung. Pasalnya, Tim LO sangat gemar sekali mempromosikan produk Indonesia sehingga menurut pengakuan teman-teman LO para Head of Delegation tidak segan-segan menghabiskankan puluhan juga belanja produksi batik, tenun dan perhiasan Indonesia. Tidak terhitung juga jumlah rupiah yang mereka habiskan untuk makan dan minum. Selain dalam bentuk ekonomi, Indonesia juga mendapatkan keuntungan lain. Baiknya persiapan pertemuan ini dan indahnya kota dewata Bali mendapatkan acungan jempol dari para delegasi dan tamu hadirin. Hal ini tentu tidak akan berhenti disana saja. Jika kita mengenal promosi cuma-cuma, ini lah bentuknya. Testimoni dari delegasi dan tamu hadirin akan disampaikan dari mulut ke mulut sehingga kredibilitasnya lebih diutamakan ketimbang promosi dalam bentuk media. Hal ini diharapkan akan menambah jumlah turis yang akan datang bukan hanya ke Bali tapi juga kota-kota Indonesia lainnya karena selama acara pemerintah sangat memanfaatkan ajang ini untuk mempromosikan kota-kota lainnya. Terakhir, dalam ajang seperti ini selalu ada inisiatif tertentu yang dibuat, dalam kasus Bali, panitia membentuk Bali Fintech Agenda. Pembentukan inisiatif seperti ini tentu akan selalu menjadi legasi Indonesia terhadap dunia karena inisiatif ini akan dipraktekan di banyak negara.

Sebagai seorang liaison officer saya juga memanfaat kesempatan emas ini untuk mencuri-curi waktu diselang mendampingi gubernur IMF Comoros untuk mengikuti seminar yang terbuka untuk umum. Ada seminar "Ideas for Action Seminar and Youth Innovation Book Launch," ada seminar "Youth Dialogue," dan banyak seminar lainnya. Sebagai informasi, semua seminar ini tersedia dalam bentuk video. Silahkan buka website World Bank untuk mengaksesnya.

Sebagi seorang liasion officer dan juga sebagai seorang yang sangat antusias terhadap perkembangan hubungan antar negara, saya merasa Indonesia telah mengambil langkah yang sangat bijak untuk menjadi tuan rumah acara ini. Sebagai tuan rumah, Indonesia sangat cerdas dalam memanfaatkan ajang ini untuk menunjukkan perannya dalam kancang duniah. Sehingga saya berharap Indonesia bisa menjadi negara yang lebih vokal lagi dalam konteks global.

0 comments: