Pre Departure Training Journal - Day 3
Sejak awal PDT saya memang berniat untuk membuat jurnal dan harapannya bisa journaling setiap hari. Tapi ternyata banyak kegiatan dan gagal untuk stick ke plan. 

Jadi sejak tulisan sebelumnya banyak sekali yang telah terjadi. 

Pertama, setelah university information day, awardee diberikan kesempatan untuk bertemu dengan Victor kembali untuk follow up mengenai preferensi kampus. Jika ternyata ada perubahan preferensi baik jurusan maupun kampus (seberapa drastis pun perubahannya) bisa dikomunikasikan dengan Victor. Victor akan mencoba menganalisa dan memberikan masukan apakah perubahan itu natural ataur karena termakan teknis marketing. 

Sore harinya jam 13.00 akhirnya kami memulai sesi kelas untuk pertama kalinya dengan guru yang telah ditentukan untuk menemani proses belajar EAP (English for Academic Purposes) dan IELTS selama 9 minggu ke depan. 

Kelas kami dinamai 9W1 dengan guru kelas Michael. 

Michael memulai kelas dengan sangat unik. Suara Michael sedikit terlalu kecil menurut saya tapi karena kelas sangat hening, suara kecil Michael masih terdengar ke seisi kelas. "Sebelum saya memperkenalkan diri saya mau mulai dengan hal yang scary. Rules? Ada suka rules?" Dan Michael pun mulai menyebutkan list peraturan kelas seperti "toilet training" (kata yang persis digunakan Michael,) penggunaan hape dan lain-lain. 

Entah mengapa diawal suara Michael mengingatkan saya pada aktris legendaris Inggris Maggie Smith, yang seperti orang tau memang sangat unik. Dan entah kekuatan apa yang dimiliki Michael bahkan tanpa perlu meninggikan suara pun seisi kelas tetap diam saja. Atau mungkin saya terlalu sering berada dikelas dengan anak-anak remaja atau mahasiswa, jadi standar saya terhadap satu kelas hanya satu. Sedangkan sekarang anggota kelas rata-rata adalah orang-orang yang profesional di bidangnya masing-masing mulai dari pegawai Kemenkeu, Pegawai OJK sampai pegawai swasta dan NGO. 

Di hari pertama 2 jam kelas digunakan untuk sesi perkenalan. Tapi bukan sesi perkenalan biasa. Dari pengalaman satu tahun menjadi guru saya paham betul apa yang sedang dilakukan oleh Michael. 

Michael memberikan selembar kertas untuk masing-masing anggota kelas dengan isi (bukan tulisan persis) :
1. Tell us your name!
2. Tell us something intimate about yourself that you would not normally share to a person that you just met!
3. Tell us your most precious possession (not its monetary value)!
4. Tell us your most strongly held opinion! 

Dengan ke empat pertanyaan ini Michael berhasil membuat kelas di pertemuan pertama ini berubah menjadi support group. Saya tentu suka sekali dengan metode ini. Kebetulan sebelumnya juga pernah mengikuti program dengan metode pembelajaran seperti ini dan menurut saya sangat ampuh dalam mencairkan suasana dan menciptakan intimasi dengan sesama teman kelas. 

Semua orang mulai memperkenalkan diri dengan menjawab satu persatu pertanyaan yang diberikan. Ada yang bercerita sampai meneteskan air mata karena cerita yang mereka sampaikan sangat emosional. Mike (I don't know if you would be happy with that name) but you nailed it! When you made people say things that are just too emotional even to themselves, you are a definitely a good shrink. And this is not even a support group :D

Jadi ingat scene dalam film-film. "Hi, Guys! I am Rico and I am an alcoholic :D)

Pre Departure Training Journal - Day 4

Pertemuan kedua dimulai dengan absen. Mike memiliki karakter yang sangat kuat sebagai seorang individu. Gaya berpakaiannya. Gaya berbicaranya. Dan yang paling berkaitan dengan PDT ini adalah gaya mengajarnya. Saat absen, berbeda dengan guru lain yang mungkin akan mengabsen dengan cepat, Mike memanfaatkan kesempatan ini untuk bermain tebak-tebakan. Mike membaca nama dari absen (nama panggilan yang Mike sudah catat saat sesi perkenalan diri di pertemuan sebelumnya) dan menebak siapa gerangan pemilik nama tersebut.

Jika hari sebelumnya esensinya kami belajar speaking dibumbui dengan sesi pekenalan diri, di pertemuan kedua ini kami dibelali sesi informasi tentang tugas menulis esai 500 kata dengan batas akhir pengumpulan Jumat 13 September 2019. Selama sesi dua jam kami belajar tentang teknik penulisan, format, dan peringatan tentang plagiarisme. Tidak lupa juga kami di informasikan tentang assessment criteria. 

Jujur di awal-awal ini terkadang cukup sulit untuk memahami apa yang disampaikan Michael. Tetapi satu hal yang membayar semuanya, Michael datang dengan materi yang sangat komplit. Baru dua tiga hari belajar folder kami sudah penuh dengan handouts. 

Pre Departure Training Journal - Day 5 

Di hari kelima kami membahas persiapan kerja kelompok atau Academic Reading Circle. Didalam kegiatan kerja kelompok ini ada 5 peran :
1. Group Leader = bertugas untuk mencari article dan menyiapkan comprehension questions 
2. Contextualiser = melakukan background research mengenaik artikel yang dipilih
3. Highlighter = melist kosa kata akademis berikut definisi
4. Connector = mencari relevansi kejadian dalam teks dengan kehidupan nyata
5. Visualiser = membuat power point atau bahan presentasi lainnya
6. Devil's Advocate = mempertanyakan segala hal mulai dari isu yang diangkat didalam teks sampai paham yang dianut oleh anggota kelompok mengenai isu tersebut. 

Selema PDT kegiatan ini akan rutin dilakukan. Kegiatan ini esensinya adalah untuk membiasakan awardee dengan dunia akademis dimana akan banyak kegiatan riset dan salah satu skill yang dibutuhkan dalam melakukan riset adalah berpikir kritis dan juga skill kerja kelompok. 

Pre Departure Training Journal - Day 6  
Hari ke enam kami masih mebahas tentang mekanisme ARC (Academic Reading Circle). Untuk gambaran awal kami membahas satu teks yang telah dipilih dan dikerjakan oleh Mike. Awalnya kami membahas teks tersebut dan mulai berdiskusi kelompok. Setiap orang dituntut untuk mengutarakan pendapat. 

Besok akan ada sesi simulasi IELTS dari jam 8 sampai jam 11. 

Jadi tadi kami juga membahas sedikit tentang IELTS. Mike membagikan selembaran yang berisi rubrics IELTS writing task 2 dan selembar lainnya berisi aktivitas yang membuat kami mencari jawaban dari rubrics tersebut.  Lagi-lagi, metode unik untuk scanning. 

Handout lainnya. Mike membagikan handout tentang menulis essai sebagai lanjutan dari tugas menulis essai 500 kata. Di handout tersebut ada contoh essai. Mike memutuskan agar kami mencari main topik dari masing-masing paragraf. 

Handout lainnya lagi berjudul Paragraphing. Lanjutan dari tips menulis essai. Dan terakhir sebelum kami pulang ada handout lain berjudul features of academic writing. 

Sejauh ini saya senang diberikan guide. Sejak awal Simone memang sudah mewanti-wanti bahwa di PDT ini guru tidak akan banyak mengajar. Tugas guru bukan mengajar dengan metode dikte tapi memberikan guide. Jadi yang banyak kerja adalah siswa bukan guru. 

Asumsi saya handouts yang diberikan adalah bentuk manifestasinya. Jadi jika ingin mengerti ya baca handouts dan kalau ada yang tidak dipahami tanya guru.

Jangan expect guru akan menjelaskan dari titik sampai ke titik (note to myself!)

(Lagi-lagi, saya belum bisa membuat blog yang lebih deskriptif. Besok ada simulasi IELTS dan mata saya sudah mulai layu. Tulisan ini sangat tidak memberikan justice terhadap keseruan yang terjadi selama PDT :D Mungkin lain kali saya akan tulis lebih baik lagi. ) 

Pre Departure Training Journey - University Information Day

Satu dari banyak hal yang membuat beasiswa Australia Awards berbeda dari beasiswa lainnya adalah perhatian yang sangat men-detail terhadap kebutuhan awardee. Jika beasiswa lain hanya menyediakan bantuan secara finansial, beasiswa Australia Awards memfasilitasi setiap proses yang dilewati oleh awardee, mulai dari fase pendaftaran, wawancara, pra-keberangkatan, saat berada di Australia, sampai saat kembali ke negara asal. 

Kali ini saya ingin sedikit membahas tentang salah satu fasilitas yang disediakan oleh Australia Awards di fase pra keberangkatan: university information day!

Jika beasiswa lain mengharuskan awardee untuk mencari kampus atau LoA (letter of acceptance) sendiri, Australia Awards malah sebaliknya. Awardee tidak diperkenankan untuk mendaftar sendiri. Pendaftaran kampus dilakukan langsung oleh pihak Australia Awards dengan jalur tersendiri. Dengan sedikit pengecualian untuk calon mahasiswa PhD yang memang harus memiliki dosen pembibing terlebih dahulu. Jadi mereka bisa melakukan kontak dengan kampus tujuan lebih awal. Itu pun nanti akan dikomunikasikan ulang oleh Australia Awards.

Salah satu alasan mengapa seperti ini, karena, lagi-lagi, ini berkaitan dengan fasilitas yang disediakan oleh Australia Awards. Khusus untuk awardee Australia Awards, DFAT menyediakan fasilitas berupa SCO atau Student Contact Officer yang akan melayani semua kebutuhan awardee dan juga menjadi jembatan antara kampus dan DFAT. Nah, jika mendaftar sendiri asumsi saya mungkin SCO tidak akan mendapatkan notice dan bisa saja tidak bisa menikmati fasilitas ini. 

Jika proses pendaftaran kampus saja sudah dianggap luar biasa, tunggu dulu! Itu belum seberapa. Bukan hanya Australia Awards membantu proses pendaftaran kampus, tetapi juga membantu awardee untuk menentukan pilihan. 

Banyak kasus ketika proses pemilihan kampus awardee bingung menentukan pilihan. Informasi di website kampus memang bisa dijadikan acuan. Tetapi terkadang tampilan website yang membingungkan bisa membuat calon mahasiswa kehilangan informasi penting. Untuk menghindari hal tersebut Australia Awards menyediakan satu hari khusus yang disebut University Information Day, dimana representatif kampus-kampus yang ada di Australia dihadirkan disatu lokasi (dalam hal ini Ballroom Ayana Hotel) dan awardee bisa berkonsultasi langsung dengan kampus-kampus tujuan. Setiap awardee diwajibkan berkonsultasi minimal dengan 5 universitas.

Mengerti bahwa ada kemungkin awardee bingung harus mengintrogasi apa saja kepada representatif kampus, di hari jumat sebelumnya awardee sudah dibekali sesi persiapan bertemu dengan represetatif kampus oleh professional college couselor Victor Callan. Bahkan dihari yang sama Victor Callan juga standby dilokasi dan membuka sesi counseling. 

Saya sendiri memilih untuk berkonsultasi dengan 5 kampus: UQ, Unimelb, Usyd, ANU dan UNSW. Bukan urutan berdasarkan preferensi. 

Apakah setelah konsultasi membantu saya dalam menentukan pilihan? Tentu saja! Apakah ada teman-teman yang tambah bingung? Pasti ada. Karena kampus di Australia memang menawarkan program dan keunggulannya masing-masing. Kalau masih bingung bagaimana? Tenang saja. Besok ada sesi khusus yang disebut post course counseling dimana para awardee yang masih bingung atau yang kemarin tergoda bukan karena kebutuhan pengembangan diri tapi tawaran-tawaran lainnya bisa kembali diberikan insight oleh Victor Callan. 

Pilihan saya apa? Let's wait and see! 
Pre Departure Training Journal Day 2 

Agenda: 
1. Australia Awards Initial Briefing
2. Pre-info Day Course Counseling
3. AAS Placement and Mobilisation Briefing 

Hari kedua PDT dimulai jam 08.30 pagi. Kelas bahasa dan budaya belum dimulai sama sekali. Satu hal yang membedakan PDT tahun ini dengan tahun sebelum-sebelumnya, jika sebelumnya PDT diawali dengan kelas EAP, Cross-culture Understanding, Computer Literacy dll., tahun ini sedikit berbeda. Beberapa hari diawal PDT, peserta malah mendapatkan materi-materi teknis mengenai persiapan keberangkatan terlebih dahulu.

Seperti hari ini tanggal 06 September 2019, misalnya, kami mendapatkan informasi mengenai gambaran proses yang telah dan akan kami lewati hingga sampai di Australia dan bahkan ketika nanti kembali lagi di Indonesia. Ibu Devina menjelaskan secara terperinci mengenai benefit yang didapatkan oleh awardee AAS bukan hanya yang berupa monetary tetapi juga yang berupa exposure terhadap event-event networking baik ketika di Australia maupun di Indonesia. Saran buk Devina, buat kartu nama dari sekarang.

Adapun salah satu benefit yang akan dirasakan oleh awardee berupa akses terhadap journal dan ebook seumur hidup. Bagi saya ini adalah benefit yang sangat luar biasa. Semakin menambah saja daftar kekaguman saya terhadap beasiswa Australia Awards. Benefit yang seperti ini perlu di catat karena tidak semua beasiswa di dunia sampai memikirkan hal se-rinci ini. Saya semakin percaya bahwa Australia Awards, seperti yang di sampaikan oleh Daniel dihari sebelumnya, memang menginginkan perkembangan skill yang dimiliki oleh para awardee.

Informasi yang disampaikan oleh ibu Devina kebanyakan sudah ada didalam AAS dan Mobilisation handbook yang telah dibagikan ke kami dihari sebelumnya. Bagi saya AAS sangat thoughtful sekali. Bayangkan saja, mereka bukan saya menyampaikan informasi sekali atau dua kali, tetapi sampai tiga kali dengan medium yang berbeda-beda. Sebelumnya memulai PDT kami sudah mendapatkan email berupa informasi atau bentuk elektronik dari handbook yang kami dapatkan. Tidak cukup disitu, kami juga mendapatkan copy fisik dan yang terakhir adalah penjelasan secara detail. Correct me if I am wrong, saya tidak tahu ada penyelenggara beasiswa lain yang melakukan briefing se-meticulous ini. 

.........................

Setelah ibu Devina selesai memaparkan initial briefing, dilanjutkan oleh sesi dengan Victor Callan dimana kami diberikan tips dan trick ketika berhadapan dengan university representative di hari Senin tanggal 09 September 2019 besok.

Victor berpesan agar kami mengingat bahwa uni reps adalah orang marketing dimana tugas mereka adalah menjual. Jadi jangan terlalu termakan oleh tawaran-tawaran yang tidak berkaitan dengan studi yang akan diambil. Selama sesi Victor membuat kami menjadi melihat ulang pilihan-pilihan yang telah kami buat.

Tips dari Victor ketika memilih kampus dan program, hal yang paling penting dilakukan adalah memperhatikan nama program yang dipilih lalu mengecek mata kuliah yang ditawarkan terutama compulsory course-nya. Jangan sampai memilih satu program karena elective course-nya, karena bisa jadi elective course tersebut masalah tidak tersedia saat program dimulai dengan asalan seperti terlalu sedikit jumlah mahasiswa yang memilih mata kuliah tersebut sehingga mata kuliahnya di batalkan dan lain-lain.

Di sesi Victor kami juga diberikan pemahaman mengenai perbedaan antara master by coursework, master by coursework with minor thesis dan master by research. Master by coursework murni hanya mengambil mata kuliah saja tanpa ada tugas akhir berupa thesis. Sedangkan master by coursework with minor thesis menawarkan program bagi mahasiswa magister yang ingin tetap melalukan thesis tapi tidak se-intense progeam master by research. Total credit yang didapatkan untuk minor thesis sekitar 20%. Ada yang bertanya apakah kualifikasi ini cukup digunakan dalam persyaratan untuk melanjutkan PhD? Dan Victor dengan sigap mengatakan, cukup.

Saya semakin bertanya-tanya tentang program dan kampus yang telah saya pilih sekarang. Apakah sudah benar-benar cocok dengan kebutuhan skill yang saya ingin capai? Apakah ada opsi yang lebih baik? Walaupun sudah baca handbook setiap kampus rasanya masih aja belum tau banyak.

Selama seminggu ini Victor akan standby di IALF. Setiap orang akan mendapatkan kesempatan untuk sesi one-on-one. Kesempatan yang bagus untuk menggali lebih dalam kira-kira apa yang masih mengganjal mengenai pilihan kampus dan program tujuan.

..................... 
Sesi siang dimulai jam 1.30 bersama Pak Ponco dan Mba Ica. Kali ini lebih banyak membahas tentang proses mobilisation seperti detail pemilihan kampus bagaimana prosesurnya. Untuk kampus pihak AAI yang akan mendaftarkan. Jadi kita tidak perlu untuk mencari LoA sendiri. Banyak sekali penjelasan yang disampaikan sampai pada tahapan dapat surat kontrak dari DFAT sampai keberangkatan dan sampai kampus tujuan. Yang paling penting di ingat adalah awardee AAS akan diberikan fasilitas berupa SCO atau student contact officer yang akan membantu segala hal berkaitan kebuthan awardee selama berada di Australia.



(Ada banyak sekali informasi yang disampaikan. Jujur saya masih mencoba untuk mencerna. Ingin menulis semuanya dengan detail disini tetapi posisi saya sekarang ngantuk banget :D Mungkin dilain waktu saya akan menuliskannya dengan lebih terperinci. Untuk kali ini cukup sekian!)
















PDT hari pertama baru saja selesai beberapa menit yang lalu. Padahal baru jam 14.59. Saya sudah membayangkan bahwa PDT akan berlangsung dari pagai sampai sore. Minimal, dalam pikiran saya, sampai jam 16.00 lah. Ternyata saya salah :D

Banyak sekali informasi yang disampaikan di hari pertama PDT hari ini.

Saya berangkat dari kost-an menuju Menara Selatan, Plaza Kuningan (lokasi IALF Jakarta) pada jam 06.55. Saya ingat sekali detail jam ini karena saya bertanya apakah saya berangkat terlalu awal. Lalu saya memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.

Saya berjalan kaki dengan tempo yang cukup pelan, mengingat orientasi baru akan mulai jam 8.00. Artinya saya masih punya waktu sekitar 2 jam. Menurut google maps, IALF dapat ditempuh dalam waktu 13 menit dari lokasi kost-an saya. Dipertengahan jalan saya memutuskan untuk mampir ke Family Mart dibelakang gedung Setiabudi Atrium membeli plaster untuk telapang lengan saya yang memiliki bekas luka gatal. Mungkin alergi air.

Saya pun melanjutkan perjalanan. Telinga ditutupi earphone dengan musik dari spotify saja. Sepanjang perjalanan Comfortably Numb, Dickie, American Girl, Yilar Sonra dan lain-lain pun bergema.

Saya sampai di IALF jam 06.40. Tidak apa-apa, gumam saya. Nggak terlalu cepat kok.

Di IALF sudah ada beberapa rekan awardee AAS yang duduk di ruang auditorium. Saya pun memanfaatkan waktu untuk berkenalan.

Jam 08.00, beberapa bapak-bapak berawakan Caucasian sudah menduduki kursi yang berjejer didepan kursi para awardee. Setelah berkenalan kami pun mengenal bahwa mereka adalah guru yang akan mengajar selama PDT dan perwakilan dari Australia Awards Indonesia.

Seorang wanita paruh baya yang memperkenalkan dirinya sebagai Simone pun maju ke podium dan membuka acara. Beliau memperkenalkan semua orang yang ada dihadapan kami dilanjutkan dengan ucapan selamat datang. Wajahnya sangat sumringah. Sulit rasanya untuk tidak ikut tersenyum ketika ia mengatakan "it's so good to see smiley faces around." Dia juga tidak lupa mengingatkan  betapa beruntungnya kami telah terpilih menjadi bagian dari program beasiswa yang sangat prestigious ini.

Selanjutnya Simone mempersilahkan Daniel, director Australia Awards Indonesia untuk menyampaikan sambutan. Tidak ada kesan formal sama sekali. Kami dibuat sangat nyaman dengan format orientasi yang dipersiapkan.

Daniel mengatakan bahwa dia sangat senang bisa setiap tahun menyematkan senyum diwajah orang-orang seperti kami. Sama seperti Simone, Daniel juga mengingatkan betapa beruntungnya kami telah lolos salah satu beasiswa prestigious dan kompetitif ini. "Setiap tahunnya ribuan orang mendaftar dan kalian terseleksi masuk, merupakan sebuah pencapaian."

Daniel melanjutkan sambutannya dengan menceritakan perjalanan beasiswa yang diberikan pemerintah Australia yang sudah di mulai sejak tahun 50an. Walaupun dengan nama yang berbeda. Hingga kini, lanjut Daniel, ada sekitar 15.000 alumni beasiswa pemerintah Australia yang tersebar diseluruh Indoneisa. Dan itu hanya data yang tercatat. Masih banyak lagi yang belum tercatat.

Tujuan dari beasiswa ini ada 3, kata Daniel. Pertama, untuk perkembangan skill masing-masing dari awardee. Kedua, untuk membantu pembangunan Indonesia untuk mencapai potensinya agar menjadi world economic power. Dan yang ketiga, untuk mempererat hubungan antara Indonesia dan Australia.

Daniel menutup sambutannya dengan meminta kami agar tidak bergerak. Daniel memoto kami yang berjumlah sekitar 130-an dengan panorama.

Sambutan selesai selanjutnya coffee break selama 15 menit.

Setelah break Simone kembali melanjutkan orientasi dengan menjelaskan fasilitas yang diberikan oleh IALF dan juga kurikulum yang akan dipelajari oleh awardee selama PDT.

"Untuk fasilitas, setelah in kalian akan akan dibawa berkeliling perpustakaan oleh Rina dan Lab Komputer dengan Adi.

Sekarang mengenai metode belajar, IALF akan menggunakan Task-based, Skill-based, Theme Based, Communicative, Lerner Centred, Learning Centred approach dan Development Oriented. Semua metode ini saling berintegrasi"

Selanjutnya Simone juga menceritakan dengan detail mengenai komponen pembelajaran yang terdiri dari General English, Academic English dan IELTS preparation. Selain itu, program PDT juga terfokus pada Critical Literacy, Learning Strategy and Study Skills, Cross-cultural Studies, Information Literacy Skills dan Computer Skills. 

Assessment and evaluation. Sepanjang PDT, peserta PDT akan mengerjalkan beberapa tugas seperti essai 500 kata, academic paper 1500-2000 kata, 5-8 minutes seminar presentation, dan poster presentations.

Class Schedule. Untuk peserta 9W, Senin sampai Kamis, kelas akan belangsung dari jam 07.00 sampai dengan jam 01.00. Sedangkan untuk hari Jumat, kelas akan berlangsung dari jam 08 sampai dengan jam 02.00.

Tentu Simone juga tidak lupa untuk mengingatkan beberapa rules seperti datang tepat waktu, menginformasikan guru dan Simone ketika ada situasi urgent yang memaksa untuk absen, menyelesaikan tugas tepat waktu, memeriksa canvas online classroom setiap hari dan lain-lain.

Sebelum selesai Simone memberikan gambaran tentang kegiatan besok yaitu sesi konsultasi mengenai pilihan kampus dengan Victor Callan.

Sesi Simone pun berakhir.

Selanjutnya orientasi fasilitas yang ada di IALF Jakarta. Sebelumnya peserta 9W diminta untuk berdiam diruang auditorium untuk mendapatkan giliran foto ID IALF, pembagian tas dan AAS handbooks.

Secara keseluruhan fasilitas yang ada di IALF Jakarta ada perpustakaan dengan koleksi buku dengan topik pembelajaran Bahasa Inggris yang lengkap. Yang paling saya suka adalah pencahayaan perpustakaanya. Berhubung saya tinggal di kost-an yang tidak ada akses terhadap sinyal matahari, ketika melihat ini adalah sebuah anugerah.

Selanjutnya ada Lab komputer dimana peserta PDT bisa mengerjakan tugas. Tapi satu syarat penggunaan Lab Komputer, harus ada supervisi. Selain di Lab Komputer, peserta PDT atau peserta kursus IALF bisa menggunakan komputer yang ada di perpustakaan.

Peserta PDT juga akan mendapatkan fasilitas ID card, alamat email baru yang nantinya akan digunakan untuk berbagai macam kebutuhan seperti log in ke canvas online classroom, menggunakan xerox di perpustakaan dan log in wifi.

Untuk penggunaan xerox tidak gratis. Untuk print hitam putih dihargai 250,- per lembar. Sedangkan warna, 2500 per lembar. Di awal akun sudah di isi saldo berjumlah sekitar 56.000,- ketika saldo habis bisa di isi ulang di lobby.

Peserta diberikan detour semua fasilitas. Jujur saya sangat merasa terkesima. Saya merasa sangat di fasilitasi dengan baik.

Saat sesi Simone kami juga diberikan satu folder dengan isi lembaran informasi mengenai apa yang sudah disampaikan Simone. Semuanya di kompilasi dengan sangat rapih. Jujur, lagi-lagi, saya sangat terkesima dengan kedetail-an orientasi ini.

Semakin bersemangat untuk hari kedua!


Three graduated students holding hands together
Courtesy of AAI (https://www.australiaawardsindonesia.org/content/12/long-term-awards)

Besok tanggal 05 September 2019 akan menjadi awal untuk bab kehidupanku selanjutnya. Walaupun sempat menunda (defer) selama satu tahun - saya lulus seleksi beasiswa AAS intake 2019 atau dapat pengumuman di bulan Agustus 2018 - akhirnya di September 2019 ini saya bisa melanjutkan proses-proses yang disyaratkan untuk mendapatkan beasiswa atau berangkat ke Australia.

Sebagai gambaran, berikut langkah untuk beasiswa AAS (Australia Awards Scholarship):

1. Tahap Seleksi

1.1. Seleksi Tahap 1
Seleksi beasiswa AAS terdiri dari 2 tahapan. Tahap pertama adalah seleksi administrasi dan essay yang di lakukan secara online. Para kandidat dapat mengisi formulir dan menjawab pertanyaan essai di website DFAT : https://oasis.dfat.gov.au/. Seleksi tahap satu setiap tahunnya berlangsung relatif konsisten yaitu dari bulan Februari sampai dengan April.

Untuk persyaratan dokumen dapat di lihat di website resmi AAI (Australia Awards Indonesia) : https://www.australiaawardsindonesia.org/content/12/long-term-awards

1.2 Seleksi Tahap 2
Setelah menyelesaikan seleksi tahap 1 atau seleksi administrasi dan essai, para kandidat akan mendapatkan hasil seleksi tahap satu (shortlisted notification) sekitar bulan Juni/Juli. Saya sendiri mendapatkan shortlisted confirmation email tanggal 16 Juni 2018.

Tahap selanjutanya adalah test IELTS dan wawancara. Keduanya telah di atur oleh pihak AAI (Australia Awards Indonesia). Di dalam email konfirmasi telah dicantumkan hari dan lokasi tes IELTS maupun wawancara. Bagi yang telah mencantumkan sertifikat IELTS dan umur sertifikat belum lebih dari tiga bulan dapat mengajukan untuk tidak mengikuti tes IELTS yang telah disiapkan.

Sesi wawancara IELTS berlangsung maksimum 10 - 15 menit. Ada 2 penguji yang terdiri dari 1 doktor dari salah satu kampus di Australia dan 1 doktor dari salah satu kampus di Indonesia yang juga merupakan alumni AAS.

Sesi wawancara saya berlangsung selama kurang dari 10 menit. Tidak usah panik seperti saya dulu. Panjang dan pendeknya wawancara tidak menentukka apakah wawancara kalian berjalan dengan baik atau buruk. 

Untuk materi wawancara, tidak akan jauh dari semua yang tertera didalam aplikasi. Jadi jangan lupa untuk menyimpan copy dari aplikasi yang telah kamu submit. Sebagai tips, coba perkirakan vulnerable spot kamu dalam aplikasi. Kemungkinan besar penguji akan fokus pada spot tersebut. Bisa jadi berupa cross major, tidak adanya pengalaman kerja, pilihan kampus sampai tujuan paska kuliah.

Sesi wawancara biasanya berlangsung sebulan setelah email shorlisted dikirim. Namun beberapa kasus seperti tahun 2019 ini wawancara berlangsung 3 minggu setelah kandidat mendapatkan email.

2. Pengumuman Kelulusan (Selection Outcome)

Setelah melewati tahap satu dan tahap dua, selanjutnya adalah menanti hasil kelulusan. Hasil kelulusan bisanya diumumkan di minggu ketiga Agustus. Namun, lagi-lagi tidak ada garansi bahwa pengumuman akan sama setiap tahunnya. Tahun 2019 ini, misalnya, hasil akhir di umumkan di tanggal 28 Agustus 2019. Tahun sebelumnya, tahun 2018, pengumuman hasil akhir kebetulan keluar di tanggal 28 Agustus 18 juga. Dan tahun sebelumnya lagi, sejauh yang kami dengar, keluar di pertengahan Agustus. Apapun itu, hasil akan kelaur di bulan Agustus.


3. Pre Departure Training

Selamat! Kamu telah berhasil lolos seleksi beasiswa AAS. Namun perjuangan belum tuntas. Setelah kedua tahap seleksi, tahap selanjutnya adalah Persiapan Keberangkatan.

Durasi persiapan keberangkatan tergantung dengan nilai IELTS yang kamu dapatkan. Secara umum ada 4 group PDT:

1. 7 Minggu = Overall IELTS di atas 6.5 dengan minimum score setiap band
2. 9 Minggu = Overall IELTS 6.5 dengan salah satu score dibawah 6
3. 4.5 Bulan =  Overall IELTS 6 atau kurang
4. 7 Bulan = Overall IELTS 5.5 atau kurang
5. 9 Bulan = IELTS 5

Lokasi PDT sendiri ada 2: IALF Jakarta dan Bali. Bagi teman-teman yang berasal dari Indonesia bagian barat akan mengikuti PDT di IALF Jakarta. Sedangkan teman-teman yang berasal dari timur Indonesia akan mengikuti PDT di Bali. Ada pengecualian. Untuk kadidat PhD secara keseluruhan akan mengikuti PDT di Jakarta.

Di PDT belajar apa saja? Besok akan saya cari tahu dulu, ya!