Taken from www.laperouse-france.fr |
Kalau anda pernah membaca sastra klasik Yunani atau pernah
menonton film-film yang di adaptasi dari sastra Yunani, anda pasti akrab dengan
nama yang satu ini. Odysseus adalah salah satu tokoh penting dalam perperangan
Troy1. Nama Odysseus dapat ditemukan dibeberapa karya Homer seperti
Iliad (yang menceritakan tentang perang Troy) maupun disalah satu karya khusus
yang menceritakan tentang Odysseus sendiri yaitu “Odyssey.”
1 Sebagai pemberitahuan perang Troy
adalah salah satu perang hebat yang pernah terjadi di sejarah Yunani. Kalau anda ingin tahu seperti
apa kejadiannya, anda dapat memento film buatan Hollywood yang juga diperankan
oleh Brad Pitt.
Disini saya tidak akan menceritakan detail tentang Odysseus,
hanya saja saya merasa ada kemiripan antara saya dan Odysseus. Saya bukan sedang
mengatakan kalau saya punya kepintaran dalam masalah taktik perang atau orang
yang karismatik seperti Odysseus. Yang saya maksud kemiripan adalah dalam hal Journey.
Diceritakan dalam buku “Odyssey” bahwa Odysseus harus
melewati sepuluh tahun perjalanan hanya untuk pulang kekampung halamannya,
Ithaka, gara-gara ia menusuk mata Polyphemos, anak Poseidon si dewa laut. Poseidon
mengutuk Odysseus atas perbuatannya itu, yaitu sepuluh tahun perjalanan hanya
untuk sampai kekampung halaman.
Saya tidak sedang mengatakan kalau saya telah di kutuk oleh
salah satu dewa karena saya memang tidak mempercayai dewa-dewa. Saya percaya
pada satu tuhan. Disini saya lebih memahami bahwa karena keputusan yang saya
ambil maka ini adalah resikonya. Karena saya memutuskan untuk meninggalkan
kampung halaman Indonesia, maka konsekuesi yang saya harus ambil adalah tidak
bisa pulang kampung ketika rasa kangen menyelimuti (Karena suatu dan lain hal.)
Baiklah saya akan jujur. Karena ongkos pulang kampung tidaklah murah dan
disanalah letak permasalahannya.
Setidaknya sudah hampir dua tahun saya tak melihat secara
langsung keadaan Indonesia atau lebih spesifiknya dataran tinggi Gayo. Dan ini
membuat saya berfikir paranoid tentang masa yang akan datang. Sekarang saya
sedang mo-reconcile diri saya bahwa pulang kampung bukanlah suatu prioritas
karena saya telah memilih jalan ini. Namun saya juga tidak akan menolak kalau
tuhan menghendaki saya untuk pulang. Intinya saya siap untuk tidak pulang
kampung dalam waktu dekat dan juga siap untuk pulang kampung kalau dikehendaki (BENARKAH?? Lagu "Home"-nya Michael Buble melemahkanku.)
Demi mengejar cita-cita :)
0 comments:
Post a Comment