#9. H-2 Lebaran
Bitter. Bitter.
Bitter. Tasteless.
Kalau diibaratkan
makanan inilah gambaran ramadhan -dan sebentar lagi lebaran- tahun kali ini.
Walaupun secara teknis tetap berpuasa tapi tetap saja euphoria dan kenikmatan yang dulu pernah ada tidak terasa.
"Kemana rasa itu?!," hysterically
shouted.
Beralasan sih.
Aku memang sedang tidak berada di tanah air. Tidak sedang dengan keluarga.
Bahkan menurut teman yang sempat pulang tahun sebelumnya, katanya semua memang
telah berubah. Lebran di tanah airpun sudah tak seperti dulu lagi. "Kamu tidak akan pernah merasakan
euphoria lebaran seperti masa kecil," he insisted.
Lalu yang merubah
semua ini umur, kah? Dewasa telah merenggut kebahagian semua anak. They used to
be happy but adultness took it over.
Untuk saat ini
aku nggak bisa yakin dengan alasan itu. Sampai sekarang -yang kusalahkan-
masihlah tempat tinggalku saat ini. "Ini pasti masalah tempat aja! Kalau
sekarang aku di Indonesia, aku yakin bisa merasakan "rasa" itu lagi.
Nah, di hari H-2
lebaran ini aku mencoba mengingat dan mengulang kembali kebiasaan saat di
Indonesia. H-2 biasanya adalah hari belanja. Hari untuk membeli baju lebaran.
Untuk itu, aku dan Emen berencana untuk main ke Optimum, salah satu pusat
perbelanjaan di Izmir. Tujuan awalnya sih mau lihat-lihat saja. Ada terbesit
keinginan untuk beli baju baru juga sih, untuk dikenakan pada shalat Ied.
Setelah sampai di
Optimum, terang sudah! Ini benar-benar lebaran ala Indonesia sekali. Tebakku,
jumlah manusia yang ada disana, ku tebak, lebih dari seribu orang. Bahkan
disetiap toko baju dengan bermacam merek itu, semua penuh. Untuk lebih yakinnya
lagi lihat saja di fitting room-nya.
Penuh,macet, dan merayap. Antrian panjang…….. pun tak terelakkan. Jadi malas
masuk ke tokonya. Padahal ada beberapa yang mengena dihati tapi untuk nyobanya
harus ngantri panjang. Huff..
Kalau cuma budaya
belanja seperti ini aja sih aka nggak kangen. Ada satu perasaan 'kehilangan'
akan satu hal penting yang tak tergambarkan. Sulit untuk dijelaskan. Mungkin
semua kita tahu apa itu, hanya saja sulit untuk digambarkan dalam kata-kata.
Should I say I
hate being adult!
0 comments:
Post a Comment