Bunga Sempurna




Cahaya matanya mengkilap bagai kaca usai di bersihkan.Terang benderang. Setiap insan yang melancarkan penglihatannya padanya akan dimabuk asmara. Tak pernah ia berusaha untuk berkedip, karena itu kan menghalangi pengagumnya untuk menatap mata indahnya. Dalam sinar mata itu terdapat racun. Siapun terkena racun itu akan berubah menjadi pengagum sejatinya.

Siang itu ia melewati sebuah padang rumput yang hijau. Dilengan kanannya ia membawa keranjang yang berisikan makanan. Saat itu adalah musim semi. Ia berfikir untuk duduk santai dipadang rumput itu sembari mengunyah makan ringan.

Namun mata indahnya melihat sebuah bunga. Bunga yang indah sekali. Tak pernah ia melihat bunga seindah itu seumur hidupnya. Warnanya merah maroon. Bunga ini masuk dalam klasifikadi bunga sempurna. Ia memiliki kelopak, mahkota, benang sari dan putik. Dengan teliti ia mengamati bunga itu. Ia pelajari segala hal berhubungan dengan bunga itu.

Ingin rasanya ia memetik bunga itu namun ia berfikir ulang lagi "andai saja bunga ini hidup bertebaran sepanjang lahan ini, akan aku petik satu darinya dengan penuh kehati-hatian, dengan begitu ia tidak akan menangis kesakitan," ia berbicara pada dirinya sendiri.


Puas mengamati bunga itu iapun terus berjalan. Berjalan menyusuri jalan setapak menuju rumahnya hingga ia sampai pada satu pemikiran bahwa ia ingin memelihara bunga itu. Ia ingin mengembangbiakkan bunga itu dipekarangan rumahnya, dengan begitu bunga yang ia idamankan itu bisa tumbuh dan berkembang biak.

Sekembalinya ketempat dimana ia menemukam bunga itu, ia kebingungan. Dia bingung bagaimana mungkin bunga yang belum sampai satu jam lalu ia cium, sekarang hilang begitu saja. "Apakah aku salah tempat," ujarnya pada dirinya sendiri. Ia pun mulai mencari-cari keberadaan tempat itu.

Ia mencari keberadaan bunga itu dalam bingung. Bingung yang ia sendiri tidak mengerti usulnya. Sampai ketika matahari akhirnya hinggap diperistirahatannya, ia berpaling pulang kerumahnya dalam kesedihan. Sedih, karena bunga yang ia impikan sejak menghadiri kelas pelajaran biologi saat smp itu, sirna begitu saja. Bahkan ketika kesempatan itu sudah berada didepan mata.

Tak kuasa ia menitiskan air mata. Bahkan mata indahnya tak mampu menahan perih yang berasal dari hati. Perih itu pun ia tumpahkan dalam bentuk hujan air mata. Berderai sampai menyentuh ranah kering yang tidak berdasar. "Musim dingin baru saja belalu, namun mengapa bagian tanah ini bisa setandus daratan Afrika."

                                          *******
Tangisannya terdengar sampai seisi rumah. Ibu Dinda yang saat itu tidur dengan pulasanya, memutuskan untuk bangun dan melihat anak kesayangannya.

"Kenapa kamu sayang," Ibu dinda menghelus kepala dinda. "Kamu mimpi buruk ya!"



Friday 06.02.2015
19:57

Adhari


0 comments: