Rangkuman Kegiatan Post-Final Semester 3


Semua orang punya pendapat masing-masing tentang bagaimana hidup harus berlangsung. Ada yang mengatakan 'ketika sedang dalam satu kegiatan, fokus hanya pada kegiatan itu'; ada juga yang mengatakan 'tidak ada yang bisa dijalani secara monoton, kita perlu beristirahat. Study hard, play harder.'

Saya, walau bagaimanapun, menganggap bahwa statement pertama lebih compatible untuk processor raga saya. Untuk keberhasilan satu kegiatan saya perlu, wajib, fokus pada kegiatan itu tanpa harus berbagi lelah, tenaga maupun pemikiran, dengan kegiatan lain. Jika perlu saya menutup semua undangan dan hasutan batin untuk menghadiri hal-hal diluar kegiaan inti saya. Misalkan, ketika musim sekolah tiba, yang saya yakin bahwa yang saya butuhkan adalah kefokusan pada kegitan itu. Untuk berada dalam kondisi pikiran yang fokus, saya butuh waktu yang berjalan santai. Kalaupun cepat, kecepatan itu harus disebabkan oleh kegiatan-kegiatan yang mendukung berlangsungnya proses belajar-mengajar.

Bagitu juga dengan musim liburan. Ketika libur saya butuh beberapa waktu untuk keluar dari kegiatan awal. Pada dasarnya ini juga masih behubungan dengan kefokusan, fokus untuk bermain. Tetapi pada waktunya. Ketika saya mengatakan fokus belajar bukan berarti 100 persen waktu habis untuk belajar, ada masa-masa dimana saya beristirahat dan bermain dengan cara saya sendiri. Kalau didalam budaya makanan ada namanya makan besar dan kecil, maka jenis istirahat yang saya pilih (pada saat musim sekolah) adalah makan kecil. Makan yang tidak membutuhkan banyak tenaga dan waktu, seperti menonton film di laptop. Tentu ini kembali lagi kepada masing-masing jiwa, jenis kegiatan apa yang menjadi hobinya. Disarankan melakukan suatu jenis kegiatan yang bisa membawanya kedunia lain; dunia yang tidak bisa dijelaskan. Dunia yang bisa melupakan si individu dari beban yang dihasilkan oleh kegiatan inti.

Setelah berkutik dengan kegiatan sekolah selama enam bulan, saya memutuskan untuk refreshing ke Izmir untuk waktu yang tidak ditentukan (pada saat itu.) yang pada akhirnya itu berlangsung selama seminggu lebih. Hal yang memutuskan saya untuk kembali ke sangkar adalah kenyataan bahwa hidup diluaran sana butuh modal. Karena saya juga adalah tipe manusia yang suka terhasut oleh keinginan, yang berarti modal yang saya butuhkan akan sangat besar. Lebih-lebih keinginan saya banyak. Apalagi, dengan fakta bahwa ketika saya menginginkan satu hal, saya harus mendapatkannya. Dengan segera, kalau tidak saya akan tidak tenang. I feel like the world is falling apart if I have not gotten what I want.. (ini adalah kebiasaan saya dari kecil, yang tidak bisa hilang) Saya pernah mengeluh bahwa ini adalah sebuah penyakit. Terkadang saya juga kesal dengan perasaan itu. Karena ia hadir walaupun tak diinginkan.

Selama enam bulan itu saya hampir 100 persen tidak berkomunikasi dengan teman Indonesia, hanya sesekali ketika berada di ruang komputer atau di perpustakaan (tempat dimana saya bisa mengakses internet.) Ditambah lagi HP saya yang sudah rusak yang membuat saya enggan mengisi pulsa yang padahal adalah syarat awal berkomunikasi dewasa ini. Enam bulan mengasingkan diri tanpa kesengajaan; 1. karena hp rusak. 2. internet asrama belum dipasang (barus pindah ke asrama baru). Tidak bertemu dengan teman Indonesia berarti tidak akan merasakan makanan Indonesia. Ya, itulah yang saya rasakan selama enam bulan penuh. Bukan hanya itu, intensitas saya menghubungi orang tua juga berkurang. Bahkan saya hampir tidak pernah menelpon, hanya ditelpon. Ditelpon berarti siap dengan kenyataan bahwa pembicaraan akan selesai bukan pada saatnya; pembicaraan selesai sebelum pembicaraan menjumpai titik terang.

Setelah selesai ujian pada pertengahan januari kemarin, perasaan saya sudah tidak terbendung lagi. Saya ingin keluar dari kemonotan, keisolasian, kerinduan akan masakan Indonesia; salah satu caranya adalah lari ke Izmir. Izmir adalah refuge bagiku. Untuk melancarkan rencana ini, saya berkominmen bahwa saya tidak akan membawa laptop; saya berkomitmen bahwa alasan saya kesana karena saya ingin lebih bepartisipasi dalam dunia nyata, yang tidak saya dapatkan ketika berada di asrama. Partner komunkasiku ketika berada diasrama hanyalah karakter fiksi yang kukenal lewat film dan novel. Bukan karena mereka membosankan, mereka sangat okay, tapi untuk menegaskan bahwa saya adalah bagian dari dunia nyata, saya butuh melibatkan diri didalamnya.

Kegiatan-kegiatan yang saya lalui ketika berada di Izmir :
Hari 1 - mengikuti proses pemilihan ketua PPI Turki periode 2015-2016
Hari 2 - Jalan-jalan sendirian (karena teman-teman lagi sibuk dengan kegiatan masing) mencari buku bekas untuk bahan semester depan namun gagal. Hari itu saya sangat terinspirasi dan ingin menceritakannya dalam bentuk cerpen. Mungkin nanti.
Hari 3 - Mencetak pdf 'the Purification of Heart'-nya sheikh Hamza Yusuf, yang ku dapat online. Maaf kalau ini termasuk illegal. Tapi tidak ada pilihan lain. Baca dari laptop menyakitkan mata.
Hari 4- Akhirnya bisa jalan-jalan dengan teman-teman. Mulai dari bookstore, makan ikan, beli celana dengan diskon habis-habisan, dan KFC. (Alasan ku ke Izmir terpenuhi dalam satu hari :D)
Hari- Jalan ke pasar tradisional (tempat penjualan souvenir), yang cukup membuka pikiran tetang apa-apa saja yang akan dibawa pulang, kalau kebetulan tahun ini dapat kesempatan untuk pulang. Selanjutnya ke Asansor, salah satu destinasi wisata di Izmir.
Hari 5 - Setelah menerima konfirmasi email dari satu instansi, kami (saya dan kak Devi), langsung menindaklanjuti intruksi email itu walaupun pada akhir terhenti karena satu dan lain hal. Padahal sudah berkorban untuk keluar ditengah hujan lebat. Untunya kami berakhir di rumah buk Ayu. Selain masak-masak makanan Indonesia, kami juga ingin melihat Acelya- anak buk Ayu yang imut. (Menyadarkan saya bahwa saya punya dua keponakan yang tidak pernah saya lihat sama sekali Adelia dan Nadzira, Inshaa Allah summer ini akan bertemu)
Hari 6 - Hanya berdiam di apartement teman yang saya inapi. Tapi, pada malam harinya kami sudah punya rencana akan masak makan Indonesia lagi. Kebetulan ada bumbu instan yang dibawa dari Indonesia, kami masak ayam kuah.
Hari 7 - Main ice-skating, yang juga sekaligus, seharusnya, hari dimana saya akan pulang ke Manisa. Tapi karena terlalu sore dan capek, saya memutuskan untuk pulang keesokan harinya.
Hari 8 - (sampai zuhur) masak Bakwan, Nasi Kuning, Ikan dioven, dan sambel pedas. Saya sempat  nyeletuk bahwa ini adalah vedalasmak yemegi (makan perpisahan), kepada salah satu teman Turki yang ada disana, karena kenyataannya kami semua punya rencana masing-masing. Ada yang keluar kota dll.

Dari semua kegiatan, yang menjadi favorit saya adalah momen ketika kami berdiskusi dimalam hari sebelum tidur, diskusi-diskusi yang saya tidak dapatkan ketika berada ditengah-tengah teman sekampus. Topik dikusi kami sangat bervariasi, mulai dari agama, politik dan remeh temeh kehidupan, bahkan menggosip. Entah mengapa, saya merasa bahwa saya mendapat energi positif dari kegiatan ini. Bukan hanya, karena saya pada akhirnya bersosialisasi dengan makhluk hidup tapi juga karena ini adalah hal yang saya rasan menjadikan kita manusia. Kita berdiskusi, bercerita, bertukar pikiran dengan begitu kita telah melakoni kodrat kita sebagai manusia; makhluk sosial. Terimakasih teman-temanku yang baik, yang berada di Izmir.


Manisa, Feb 02, 2015
I still have my holidays for about two weeks.

0 comments: