Generasi Millennial





Menurut AJ+, Generasi Millenial adalah generasi yang lahir di antara tahun 1980-2000. Masa saat mereka sudah pensiun nanti menandai berakhirnya generasi Baby-boomers, generasi yang lahir di masa post-perang dunia kedua yaitu sekitar tahun 1946-1964.

Ciri-cirinya adalah:
  • Generasi ini umumnya berpendidikan tinggi tapi ironis penghasilan mereka tidak lebih baik dari generasi-generasi orangtua mereka.
  • Memilik akses penuh pada kecanggihan teknologi, namun semua privillage itu didapatkan dengan cara berhutang. Dengan menggunakan kartu kredit, mungkin?
  • Mimpi mereka besar-besar, tapi kehadiran sosial media membuat mimpi itu bubar begitu saja.
  • Generasi ini memiliki orang tua yang berpendidikan.
  • Mereka telah terekspose ke teknologi sejak masa kecil
  • Mereka sangat multi-tasking. Memiliki pekerjaan lebih dari satu, namun lagi-lagi banyaknya profesi yang mereka tekuni tidak menjamin besarnya penghasilan yang mereka dapat. Jenis-jenis pekerjaan yang mereka mungkin lakukan adalah pekerjaan seperti blogger, youtuber, photographer, fashion designer, waiter dan waitress dan lain-lain.
  • Kreatifitas mereka terpaku pada teknologi. Mereka masih kreatif tapi, kreatifitas yang mereka hasilkan selalu berhubungan dengan internet. Seperti, membuat video dan di share di youtube. Atau membuat akun instagram yang memuat fashion dan sejenisnya.

Kalau di lanjutkan list ini akan sangat panjang sekali. Mungkin segini saja sudah cukup untuk mengkwalifikasikan apakah kita masuk pada karakter ini. Tunggu! Saya lahir di tahun 1994, artinya saya masuk kalau dilihat dari sisi tahun lahir. "sejak kecil terekspose dengan teknologi," hmmmm…. Mungkin tidak. Karena di tahun-tahun itu Aceh lagi sibuk dengan DOM nya. Jadi saya baru terekspose dengan teknologi, dalam artian HP atau internet di tahun 2004-an. Tapi TV dan telepon rumah, itu sudah sejak lama terpasang walaupun mungkin di rumah tidak ada. Setidaknya pernah lihat di rumah tetangga.

Puncaknya adalah tahun 2008, ketika memasuki SMA. Masih terhitung muda sekali dong. Jarak yang lumayan jauh, membuat orangtua berinisiatif untuk membelikan telepon genggam buat anak nya yang satu ini. Lagi-lagi intenet sudah mulai beraja-lela. Di sekolah baru di anggap cool kalau punya faceook dan twitter. Tidak cukup disitu, jumlah teman di Facebook juga menentukkan ke-cool-an seseorang. Padahal dari jumlah 1000 teman di Facebook, hanya 300-600 an teman yang benar-benar kenal. Selebihnya hanya sebagai alat untuk menyatakan "saya ini cool loh!".

Sejak saat itu, satu persatu gadget mulai dibeli. Pertama, laptop! Minta dibelikan laptop dengan alasan untuk mengerjakan tugas sekolah. Padahal, hanya agar bisa online sepuasnya. Kehadiran WiFi sangat membantu. Mungkin waktu itu belum memungkinkan untuk pasang di rumah. Tapi di Banda Aceh hal itu tidak perlu dijadikan masalah, karena café-café dan warung kopi fasilitas ini terpasang dengan rapih. Cukup pesan satu menu, kamu bisa menikmati internet sepuasnya. Apalagi telkom lagi berbaik hati, telkom memasang free internet corner di Taman Sari Banda Aceh. Ide yang baik bukan, nongkrong di taman. Nongkrong yang sehat itu ya di taman! :D 

Lalu bagaimanakah realitas kehidupan generasi-generasi ku saat ini?

Mereka semua memiliki gadget, itu hal yang sudah pasti. Dengan gadget itu apa yang mereka lakukan?

Banyak sekali teman seangkatanku yang menjadi pencandung berat game online, seperti DOTA dan lain-lain. Belum lagi ada yang menjadi pengikut berat (termasuk diri ku) serial film asal Amerika atau film-film lainnya yang bisa di akses melalui internet, contohnya Game of Thrones, Dexter dll. Hal lain yang mereka lakukan dengan gadget nya adalah mengikuti perkembangan manga, seperti One Peace dll. Sosial media? Itu sudah pasti. Meskipun akhir-akhir ini lebih banyak yang menjadi pengikut pasif, dari pada aktif. Mereka punya akun sosial media tersebut hanya agar bisa terakses ke game-game yang kebetulan terhubung dengan sosial media tersebut.

Sangat tidak fair rasanya untuk mengeneralisasikan isu ini. Tentu saja ada juga yang menggunakan sosial media untuk hal-hal lain, seperti mengunggah atau sekedar membagikan link-link yang mengandung berita propaganda. Mereka-mereka ini lah penyebab kenapa kita sulit mempercayai berita yang beredar saat ini. Atau hal unik lain seperti mendukung partai dukungan mereka dengan berkali-kali membuat status dukungan kepada padai tersebut. HEHE

Serius, masih ada kok hal-hal positif yang bisa di lihat di internet, seperti Good New From Indonesia - situs online yang berkomitmen untuk membagikan berita positif yang menyangkut Indonesia. Karena memang akhir-akhir ini sangat sulit untuk menemukannya. Mainstream media tidak tertarik dengan hal beginian, bagi mereka hal beginian bukan lah berita.

Ada juga yang menggunakan internet untuk berinteraksi dan berbagi inspirasi dengan teman-teman mereka yang berada di belahan dunia yang berbeda. Mereka lazim menggunakan Skype atau Google+ untuk merealisasikan program seperti ini. Whatsapp juga terkadang menjadi pilihan lain. Meski hanya bisa menulis dan mengirimkan suara, grup whatsapp sering menjadi tempat untuk melahirkan ide positif.

Sekian…

Apakah kalian termasuk generasi millennial?
Silahkan berikan pendapat anda di kotak komen dibawah ini :)

 

0 comments: