Ritual Pergantian Tahun


Entah apa cerita dibalik dijadikannya pergantian tahun, atau tanggal 1 januari, sebagai tanggal libur - yang jelas hari ini festivitas ini sangatlah megah. Manusia disegala penjuru berlomba-lomba untuk merayakan pergantian tahun ini dengan berbagai cara; ada yang berkumpul disuatu pusat keramaian sepeti time square new york; ada yang merayakkannya dengan cara yang lebih masuk akal seperti melihat balik tahun yang telah berlalu dan membuat resolusi untuk tahun yang sebentar lagi akan dimulai. Sepertinya saya lebih menikmati ritual nomer kedua.

Meski hari ini (31/12/2015) berada di Amsterdam saya tidak akan pergi ke pusat ke ramaian. Ada banyak alasan: 1) Karena pemerintah Amsterdam memutuskan untuk mempercepat jam beroperasi transportasi umum untuk berakhir, jam 8 malam. Jadi kalau saya akan berada di luar hingga jam 12.01, saya tidak akan bisa kembali ke tempat dimana saya menginap. 2) Setelah menulusuri Amsterdam hingga kesudut tergelapnya, akhirnya saya memutuskan bahwa berada di luar hingga larut malam bukanlah keputusan yang baik. Ditambah lagi karena mengingat bahwa mengonsumsi ganja di Amsterdam legal, ini justru menambah list kenapa berada tengah malam diluar sangatlah tidak aman. 3) Akan sangat tidak lucu jika memulai tahun 2016 dengan konsekwensi sebuah sikap yang tidak lebih bijak, sepeti terbakar kembang api? Atau malah menjadi korban ketidak bijakan orang lain yang mabok? Apapun bentuknya.
Demi menghindari segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi saya memilih untuk tinggal dirumah dengan keluarga yang telah bersedia menjamu saya, dan menuliskan tulisan ini yang di akhir tahun depan akan saya lihat kembali.

Tahun 2016 adalah tahun yang sangat mendebarkan bagi saya. Saya tidak suka melihat prediksi kehidupan saya melalui zodiak atau apapun itu. Namun saya lebih menghargai diri saya sendiri jika saya sendiri lah yang "memprediksi" semua hal yang saya harap akan terjadi ditahun itu. Mungkin kata yang lebih tepat untuk mewakili hal ini adalah resolusi atau harapan-harapan atau doa untuk tahun berikutnya.

Untuk tahun 2016, resolusi nomer wahid saya adalah kembali ketanah air dan berkumpul dengan keluarga selama liburan summer. Setelag berada jauh dari keluarga hampir 4 tahun, mungkin inilah saatnya untuk pulang. Pulang untuk melepaskan rindu yang tertahan. Belum ada rencana untuk pulang selamanya, pulang kali hanya ingin mengunjungi keluarga.
Kedua, saya ingin mengikuti program summer school - dengan harapan agar saya bisa lulus lebih awal. Mengingat banyaknya universitas di Turki yang menghapus program yaz okul, mungkin resolusi ini agak berat. Tapi lebih baik berharap dari pada berpangku tangan.

Ke empat, mencari beasiswa untuk tahun-tahun terakhir saya di Turki. Dalam satu tahun setengah ini kehidupan saya sangat terbantu dengan beasiswa-beasiwa yang berasal dari banyak instansi seperti YTB (Pemerintah Turki) dan juga yang swasta. Untuk satu smester ini yang sangat beruntuk dalam sisi ekonomi karena kehidupan saya satu semester ditanggung oleh Erasmus+. Seharusnya saya bisa menabung uang yang diberi oleh erasmus+, tapi karena saya memutuskan untuk jalan-jalan ke beberapa negara eropa, kemungkinannbesar saya harus mencari uang tambahan untuk tanggungan saya untuk semester itu.

Kelima, mulai menulis graduation paper. Untuk yang satu ini mungkin saya bisa langsung lakukan di semster depan, karena saya diizinkan untuk milih mata kuliah tambahan dari semster atas.

Keenam yang merupakan resolusi saya setiap tahun dan selalu gagal, mulai menulis karya fiksi. Akhir tahun ini saya sebenarnya sudah punya cerita dan juga template tapi saya belum punya metode yang matang untuk bisa menyelesaikannya dan membuatnya menjadi buku.
Ketujuh, banyak buku kebih banyak lagi - fiksi maupun non fiksi. Target bacaan saya untuk 2015 adalah 50 buku, tapi saya hanya sukses membaca sekitar 21 buku. Angka yang sangat buruk sekali, namun sekali lagi, data ini hanya untuk buku-buku yang fiksi, saya tidka mencantumkan buku pelajaran dalam list.
Kedelapan, mendekatkan diri kepada sang khalik. Dunia dan bertambahnya umur membuat seolah hubungan antara diri dan sang khalik semakin memiliki celah. Dan akun ingin membangun jembatan bagi celah itu. Tujuannya adalah ketenangan batin. Saya percaya bahwa dekat dengan sang khalik bisa menciptakan ketengan dalam batin.

Kesembilan, menjadi manusia yang lebih baik untuk manusia lainnya. Melakukan perjalanan menyadarkanku bahwa hidup ini sangat indah ketika kita mengenal dan belajar dari manusia lainnya. Satu pelajaran yang aku kutip dari melakukan perjalanan, kebanyakan orang yang melakukn perjalanan bukan karean mereka banyak tahu tapi karena mereka banyak tanya. Pertanyaan yang memenuhi kepala mereka lah yang memotivasinya untuk melakukan perjalanan. Sebelum pertanyaan itu terjawab, mereka akan terus dan terus dan terus melakukan perjalan.

Kesepuluh, lebih banyak bersyukur! Saya sangat bersyukur karena 2015 berjalan dengan relatif sangat mulus. Terimakasih tuhan. Semoga tahun ini kembali terulang begitu.. Amin

0 comments: