Sophie hidup
bersama ibunya. Ayahnya bekerja di perkapalan, yang membuatnya harus berada
dilaut. Ibunya, walaupun tinggal bersama Sophie, selalu bekerja dan kalaupun
pulang dari kerja mereka jarang berinteraksi. Mereka hanya berinteraksi diwaktu
jam sarapan atau makan malam. Kedua situasi ini membentuk pribadi Sophie yang
sangat kesepian. Untuk mengatasi kesepian ini ia akhirnya memutuskan untuk
memelihara hewan: kucing, ikan dan lain-lain.
Suatu hari
tiba-tiba ada surat misterius dan kartu pos salah alamat yang datang ke kotak
pos rumah Sophie. Isi dari surat itu sangat singkat seperti: Who are you? Where
does the world come from? Namun lama kelamaan isi suratnya menjadi lebih
panjang. Terutama untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang hadir
sebelumnya. Tentu sebelum jawaban itu hadir, Sophie tidak bisa menghindari
dirinya sendiri untuk mencoba berhipotesis. Mungkin maksud dari hadirnya
pertanyaan ini adalah untuk mengasah nalar Sophie.
Sebenarnya untuk
masalah ini ada jawaban khusus yang telah disediakan didalam buku di bagian
surat dengan judul A Strange Creature,
dimana dijelaskan perbedaan antara anak kecil dan orang dewasa. Anak kecil
gemar sekali bertanya, namun orang dewasa seolah telah terbiasa dengan
kehidupan, sehingga mereka enggan untuk bertanya. Atau bahkan menganggap
kegiatan bertanya sebagai kegiatan yang sepele.
"….It seems
as if in the process of growing up we lose the ability to wonder about the
world. And in doing so we lose something central - something philosophers try
to restore. For somewhere inside ourselves, something tells us that life is a
huge mystery. This is something we once experienced, long before we learned to
think the thought." - A strange Creature
Kehadiran
surat-surat misterius ini membuat Sophie penasaran, siapakan orang yang menulis
surat ini. Namun percuma tidak ada clue yang
disematkan didalam amplop surat. Bahkan ternyata surat-surat itu tidak dikirim
melalui pos. Kemungkinan terbesar surat-surat itu dimasukan langsung kedalam
kotak pos rumah Sophie secara pribadi.
Ternyata bukan
hanya surat yang berisi tentang pelajaran Filosofi yang konsiten hadir di kotak
pos Sophie, tetapi sejak hari itu kartu pos kesasar itu juga konsisten hadir.
Bahkan sekarang didalam kartu posnya ada penjelasan yang seolah-olah mengatakan
bahwa kartu pos itu sengaja di kirim kealamat Sophie. Isi dari kartu posnya
tidak jauh-jauh dari ucapan dan persiapan ulang tahun Hilde. Dan kartu pos itu
berasal dari ayah Hilde yang bekerja untuk PBB di Lebanon.
Sophie belum juga
menemukan siapa dalang dibalik pengiriman surat-surat pelajaran Filosofi itu.
Padahal setiap hari dia telah berusaha untuk mengintip kotak pos dari kamarnya
agar dia bisa melihat ketika si pengirim memasukkan surat kedalam kotak pos itu.
Tidak ada
penjelasan khusus kenapa Alberto (guru filosofi Sophie) berkelakuan sok
misterius diawal bermulaya pelajaran filosofi dengan Sophie. Tapi disurat-surat
selanjutnya ia berjanji akan bertemu dengan Sophie secara tatap muka. Mereka
pertama kali bertemu di sebuah gereja dengan bangungan gaya Gothic dari abad
pertengahan. Alasan kenapa ia memilih tempat itu agar lebih mudah menjelaskan
tentang abad pertengah.
Sejak mendapatkan
pelajar Filosofi, Sophie jadi berkelakuan aneh. Salah satu contoh keanehannya
adalah dengan mengatakan bahwa ibunya sudah tidak mempunyai ketertarikan untuk
mempertanyakan dunia, sehingga ia menjadi malas bertanya. Kelakuan anehnya itu membuat
ibu Sophie khawatir. Ibu Sophie menanyakan apa yang terjadi dengannya, apakah
dia sedang jatuh cinta. Sophie berbohong dengan mengatakan bahwa ia sudah punya
pacar. Dan surat-surat yang hadir itu berasal dari pacarnya. Namun lambat laut
Sophie akhirnya menceritakan yang sebenarnya. Dan berjanji akan membawa Alberto
untuk bertemu langsung dengan ibunya Sophie, yaitu pada perayaan ulang tahun
Sophie.
Pelajran yang
Sophie terima dari Alberto: 1. Perkenalan tentang Filosofi 2. Sejarah Filosfi
mulai dari Democritus hingga filsuf
modern seperti Freud, dan para existentialist seperti Sarte dan lain-lain.
Selain dunia
Sophie, ada dunia lain juga yang cukup memiliki andil besar dalam novel ini,
yaitu Hilde. Hilde adalah anak dari Albert yang bekerja di PBB (tidak usah
pusing! Albert dan Alberto adalah orang yang berberda; tetapi bisa juga sama)
Ternyata Albert
adalah dalang dibaling semua kartu pos yang hadir di rumah Sophie. Namun kenapa
Sophie? Ternyata Sophie adalah objek didalam buku yang Albert sedang tulis.
Dalam rangka memperingati ulang tahun anaknya, Hilde, Alberto memutuskan untuk
menulis buku dengan tema Filosofi, yang menurut Albert akan berkesan seumur
hidupnya. Dalam buku itu yang menjadi karakter adalah Sophie dan dunianya -
terutama dunia yang baru ia kenal yaitu dunia filosofi.
Hal itu membuat
seluruh cerita bertambah rancau. Ternyata cerita yang kita baca dari awal
adalah cerita yang tertulis dibuku yang ditulis oleh Alberto. Sekarang adalah
waktunya para pembaca yang bertanya: apakah Sophie ini karakter hidup atau
karakter dalam novel yang ada dalam novel (fiksi dalam fiksi?).
Hal ini masih
menjadi perdebatan. Karena ternyata Jostein Gaarder membuat seolah-olah Sophie
ini adalah karakter yang hidup didunia nyata versi novel, namun karena cerita
tentang hidup Sophie dibukukan oleh Albert, sekarang kehidupan Sophie atau
lebih tepatnya nasib Sophie berada ditangan Albert. Jadi selama ini seolah-olah
ia menjalani hidup yang ditulis oleh Albert. Situasi seperti ini sebenarnya
pernah juga dibuat menjadi ide sebuah film yang berjudul "Stranger Than
Fiction," dimana karakter utama menjalani hidup yang ditulis oleh seorang
karakter yang berperan sebagai penulis.
Nah apakah Sophie
dan Alberto akan berhasil keluar dari dunia fiksi yang ditulis oleh Albert?
Dimalam ulang
tahunnya, Sophie dan Alberto memutuskan untuk pergi dan meninggalkan pesta.
Sejak saat itu mereka berhasil keluar cengkraman Alberto yang selalu mendikte
nasib mereka. Namun ada biaya mahal yang harus dibayar oleh Alberto dan Sophie!
Mereka berdua hidup didunia yang abadi - hidup tapi fisik mereka tak terlihat
olah manusia. Hanya mereka yang bisa meliha dunia.
*********
Novel ini bermula
dengan kombinasi tulisan ilmiah dan fiksi yang puitis. Sisi fiksinya ada
dibagian penjelasan tentang kehidupan Sophie. Namun saat surat-surat hadir ke
Sophie membawa pembaca ke alam yang berbeda - teman saya pernah bilang bahwa
membaca buku ini sama seperti membaca buku sekolah. Cukup berat terutama
dibagian penjelasan tentang filosofi. Terkadang saya juga tidak mudeng apa yang sedang dijelaskan. Karenanya
saya memutuskan untuk tidak terburu-buru untuk menghabiskan novel ini. Alhasil
dua bulan lebih adalah total waktu yang saya perlukan untuk melahap semua isi
Sophie's world.
Dalam penulisan
novel ini, Jostein Gaarder memutuskan untuk menggunakan dua font yang berbeda,
sehingga pembaca bisa mengalami seolah-olah mereka sedang melihat dua kehidupan
yang berbeda. Awalnya dua font ini digunakan untuk membedakan antara cerita tentang
kehidupan Sophie dan surat yang ia terima. Selanjutnya font ini digunakan untuk
menceritakan kehidupan Hilde dan kehidupan Sophie yang dibaca oleh Hilde
melalui buku yang ditulis oleh ayahnya.
Jadi seolah-olah
ada dua lensa yang digunakan dalam sistem narasi novel ini. Tapi uniknya
seluruh cerita dinarasikan oleh orang ketiga serbatahu tanpa ada stream of
consciousness atau free indirect discourse. Alih-alih menggunakan kedua figure
of speech yang saya sebutkan sebelumnya, Gaarder lebih memilih penggunaan dua
font yang berbeda.
Dalam novel ini
ada dua jenis genre yang sangat kontradiktif diaplikasikan. Pertama, penulisan
ala imliah -terutama dalam penjelasan tentang para filsuf dari abad antiquity
hingga modern. Namun ada juga unsur fiksi yang absurd dibagian akhir cerita
dimana Sophie ternyata harus berhadapan dengan kenyataan bahwa nasibnya ada
ditangan orang lain. Apalagi dibagian dimana Sophie bertransformasi menjadi ruh
yang abadi yang bertemu dengan tokoh-tokoh kartun Disney.
Entah apa pesan
yang ingin disampaikan oleh si penulis?
Kemungkinan besar
ini bersangkutan dengan tema yang sangat populer didalam penulisan karya sastra
seperti Iliad dan lain-lain yaitu keabadian si karakter atau penulis. Didalam
Iliad karakter Achilles mengikuti perperangan ke Troy demi meraih gelar keabadian.
Nah, tokoh Sophie juga demikian. Meski secara pribadi Sophie tidak memiliki
ambisi untuk menjadi eternal, sipenulis lah yang menginisiasi ini. Keabadian
ini bisa secara figurative maupun reel. Reelnya adalah dibagian dimana cerita
tentang kehidupan Sophie telah dibukan, sehingga namanya tetap dibaca. Dengan
dibaca namanya oleh pembaca, artinya dia hidup abadi.
Akhirnya, sebagai
pembaca saya haya bisa terduduk dan terpana dengan kejeniusan buku ini. Buku
ini adalah buku perkenalan kepada jurusan yang saat ini sedang populer: PPE
(Philosophy, Political Science and Economcs). Karena didalam buku ini pembaca
dibawa kepada dunia filosofi dengan semua level. Mulai dari tingkat filosofi
yang mempertanyakan tentang fungsi keberadaan manusia diatas muka bumi ini dan
tuhan. Berlanjut kepada padangan para filsuf tentang dunia politics, bahkan
didalam buku ini dijelaskan tentang pandangan Aritotle tentang pria dan wanita.
Siapa sangka ternyata seorang filsuf sekaliber Aristotle masih menganggap bahwa
wanita adalah pria yang belum jadi.
"Aristotle
was more incline to believe that women were incomplete in some way. A woman was
'an unfinished man.'" - Views on Women.
Dan juga tidak
ketinggalan tentang ekonomi. Bahkan juga tentang Psychology, terutama ketika si
narator menjelaskan tentang Freud dan teori Alam Bawah Sadarnya. Jadi buku
adalah kumpulan semua jenis ilmu pengetahuan dalam satu buku. Semuanya kembali
kepembaca, tergantung bagaimana ia melihatnya.
Adhari
Mahasiswa S1 Sastra Inggris Tahun ke-3
0 comments:
Post a Comment