Courtesy of wikihow.com |
Pernahkah kita
memikirkan apa yang ada didalam pikiran anak-anak yang berasal dari keluarga
tidak mampu ketika hadir kesekolah? Mereka tidak punya clue sama sekali. Mereka hadir karena orangtua mereka
menganggap bahwa sekolah lah yang akan mampu mengubah masa depan hidup
anak-anak mereka. Lalu kata yang kerap terucap adalah kata-kata seperti
"makanya kamu sekolah yang bener. Biar kamu tidak menjadi seperti
kami."
Tidak dipungkiri
bahwa sekolah telah merubah hidup orang banyak. Namun, tidak jarang juga ada
banyak yang memutuskan untuk meninggalkan sekolah karena menganggap bahwa
tujuan akhir dari sekolah hanyalah untuk mencari uang. Jadi dari pada
mengahabiskan banyak waktu disekolah, mereka lebih memilih menghabiskan waktu
mencari uang. Apalagi ditambah dengan kondisi dimana status sumber pengahasilan
didalam keluarga tidak menentu. Pada akhirnya mereka juga terpaksa harus terjun
langsung dalam menyediakan makananan diatas meja. Kalaupun meja adalah bagian
dari properti rumah mereka.
Sebuah penelitian
dilakukan oleh seorang ahli antropologi Amerika, Oscar Lewis, tentang
'Kemiskinan' dinegara-negara seperti Meksiko, Puerto Rico, dan Amerika Serikat.
Dari penelitiannya Lewis berkonklusi bahwa salah satu penyebab terjadinya
kemiskinan berantai dari generasi ke generasi adalah adanya budaya-budaya
yang bersifat turun-menurun.
Budaya-budaya yang dimaksud adalah budaya yang bersifat negatif seperti: adanya
perasaan minder atau rendah diri terhadap kalangan atas baik secara pengetahuan
maupun kekuatan didalam tatanan masyarakat, kurangnya kasih sayang dari
orangtua karena kesibukan mereka untuk mencari nafkah, kecendrungan menggunakan
kekerasan dalam menyelesaikan masalah, menikah dini tanpa ada perencaan matang
dan lain-lain.
Dari kesemua
kriteria yang menyebabkan kemiskinan berantai ini, satu hal yang menjadi titik
persamaan diantara mereka yaitu tidak adanya perencaan hidup. Orang miskin
hidup dari hari kehari. Rencana harian mereka adalah bagaimana untuk bisa
menyambung hidup esok hari. Bagaimana bisa menikmati sesuap nasi hari ini. Lalu
dengan mentalitas seperti ini bagaimanakah hidup mereka akan bisa berubah?
Ketika masyarakat
miskin menganggap bahwa sekolah adalah kunci utama yang bisa mengeluarkan
mereka dari garis kemiskinan, maka sebagai lembaga pendidikan, hal yang paling
utama yang seharusnya diajarkan dibangku sekolah adalah bagaimana kemudian hal
ini bisa menjadi sebuah target.
Bentuk format
yang mungkin bisa diaplikasikan disekolah adalah sebagai berikut:
- Sekolah menyediakan program konsultasi semesteran.
Setiap
anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan mimpi masa depannya. Berika mereka
kesempatan untuk mendesign masa depan mereka baik dalam waktu pendek maupun
masa panjang. Istilah yang paling umum di Indonesia mungkin REPELITA (Rencana
Pembangunan Lima Tahun).
- Menindak Lanjuti
Ketika
seorang anak mengungkapkan rencana masa depannya, sebagai konsultan perencanaan
masa depan, sang guru harus menuntun atau memberikan jalan kepada si anak
bagaimana perencanaan itu bisa tercapai. Misalkan sang anak ingin menjadi
seorang diplomat. Untuk menjadi seorang diplomat diutamakan untuk lulus dari
universitas tenama di Indonesia dan dari jurusan Hubungan Internasional,
misalkan. Dalam kata lain sianak kemungkinan ingin berkuliah di Universitas UI
jurusan Hubungan Internasional. Setelah melakukan riset ternyata untuk masuk UI
dibutuhkan kemampuan dibidang ilmu sosial dan bahasa Inggris. Nah, sekolah
harus memfasilitasi kebutuhan ini baik secara material maupun secara mental.
Mengingat
karena si anak berasalh dari keluarga tidak mampu, sang guru juga diharapkan
menyediakan informasi tentang beasiswa. Skenario apakah yang bisa dipakai untuk
merealisasikan mimpi sang anak untuk berkuliah di UI, misalkan? Apakah dengan
beasiswa pemerintah (LPDP) atau beasiswa dari organisasi tertentu.
- Evaluasi rencana masa depan
Setiap
pertemuan si anak ditanyakan kembali apakah rencana masa depannya masih
berlaku. Menginat imaginasi anak-anak berubah seringing dengan pengetahuan yang
mereka dapat.
Mengapa jasa
perencanaan menurut saya sangat penting? Karena banyak sekali orang yang tidak
mengerti apa yang mereka sedang lakukan. Ditambah kondisi keluarga yang juga
tidak tahu menahu secara detail apa yang mereka harus ajarakan kepada anaknya.
Bahkan banyak sekali anak-anak yang baru mengenal buku ketika mereka duduk
dibangku sekolah. Artinya, budaya membaca buku bukanlah bagian dari keluarga
mereka. Ketika membaca buku saja bukan bagian dari keluarga mereka, lalu
haruskah kita berekspektasi bahwa sang keluarga akan mampu menyediakan
perencaan masa depan bagi anaknya. Jangan sampai, kurangnya perencaan menjadi
penyebab terjadinya kemiskinan berantai di masyarakat kita.
0 comments:
Post a Comment