Akhirnya (1)


Foto yang saya abadikan saat pertama kali mendarat di bandara Ataturk Istanbul
"Akhirnya" adalah sebuah ungkapan yang kerap digunakan sebagai penanda perasaan lega. "Akhirnya" terucap karena hal yang di tunggu-tunggu akhirnya muncul ke permukaan. "Akhirnya" hadir membawa berika gembira.

April hadir membawa berita gembira. Layaknya hari ketika Chaucer dan teman seperjalanannya bersenang-senang menyambut April untuk berkunjung ke Katedral Canterbury, Hari pun merasarakan perasaan yang sama. Ia bahagia dan berucap "akhirnya". "Akhirnya" bagi Hari adalah sebuah pencapayan. Bagaimana tidak, hampir empat tahun Hari menunggu saat-saat seperti ini, dan baru kali ini terealisasi.

Empat tahun yang lalu Hari memutuskan untuk menjadi perantau. Bagian yang ia sukai dari merantau adalah hari ketika ia kembali ke kampung halamannya. Ia merasa bahwa ada sensasi magis mucul saat hari kepulangan itu. Hari mengatakan bahwa (saya petik) ada sebuah kebahagiaan batin yang tak terjelaskan menyerbak saat hari-hari seperti itu.

Dan Hari harus kecewa menyadari bahwa bagian terfavoritnya dari kegiatan merantau ternyata tidak terlaksanakan selama empat tahun. Betapa setiap menit ia menyesali keputusannya untuk merantau. Betapa ia berharap agar ia berada di rumah saja, bersama ibu, ayah dan kakak-kakaknya. Pernah ada seorang nenek, tapi kegiatan merantau telah menjauhkan Hari dengan nenek terkasihnya. Dan ia pun menyesal untuk hal itu. Hari menyesal.

"Akhirnya," ucap Hari dengan lega "aku bisa pulang."

Satu permasalahan kembali mendominasi pikiran Hari. Ia bertanya-tanya apakah ia masih ingat perasaan magis yang ia sempat agung-agungkan. Seperti apa perasaan itu? Empat tahun telah merenggut ingatan Hari akan perasaan magis itu.

Kini Hari bersedih. Karena ia tidak tahu lagi seperti apa perasaan magis itu. Tapi Hari juga lega karena penungguannya akhirnya usai. Setelah berkontemplasi panjang, akhirnya Hari memutuskan bahwa sedih bukanlah jawaban. Ia memutuskan bahwa bahagia adalah hal yang layak hadir didalam situasi ini.
"Ia, aku harus berbahagia. Tak penting tahu atau tidak seperti apa perasaan itu lagi. Yang jelas AKU PULANG"


********

Qatar dari udara. Foto yang saya abadikan di tahun 2012, kali pertama saya berangkat menuju Turki

Dalam rangka kepulanganku ke Indonesia setelah empat tahun merantau di tanah Ottoman, Turki, aku menutuskan untuk membuat sebuah tulisan bersambung. Agar semua perasaan, agar semua yang saya lewati selama momen bahagia ini bisa terekam secara utuh dalam bentuk tulisan. Tentu dalam penulisannya saya lebih memilih menggunakan sistem penulisan yang berbeda. Daripada menulis seadanya, aku memutuskan untuk membuatnya dalam bentuk narasi. Dan juga menambah dan mengurangi detail dari setiap momen demi mempuitisasi setiap keadaan.

Untuk mengikuti kelanjutan tulisan berseri ini, silahkan klik label yang ada dibagian bawah postingan ini (Tulisan Berseri, Catatan Kepulangan)

0 comments: