Keluargaku di kota Adana dalam perayaan hari batik |
"Empat tahun berlalu bukan tanpa ada wacana kepulangan sama sekali. Malah sebaliknya, setiap awal tahun aku dan bapak selalu berpikiran positif bahwa kami akan melewati libur musim panas bersama. Namun, sepertinya Allah selalu punya rencana lain.
Di tahun pertama, misalnya, aku tidak bisa pulang karena aku merasa bahwa aku belum sattle secara penuh baik dari segi universitas maupun ketika ditinjau dari sisi "kerasan atau tidak kerasan." Karenanya, pulang sepertinya bukanlah jawaban yang baik untuk situasiku saat itu. Seandainya saat itu aku nekad pulang, rasanya liburanku akan penuh dengan ketidaknyamanan. Aku akan menghabiskan waktuku memikirkan apa yang akan terjadi saat aku kembali ke Turki nanti. Untuk itu aku rasa keputusanku untuk tidak pulang kala itu adalah keputusan yang bijak. Bijak karena aku menemukan sisi positif ketidakpulanganku, aku menemukan keluarga baru. Adalah teman-teman Indonesia di kota Adana yang membuat ketidakpulangan terasa biasa saja.
Keluargaku di kota Izmir |
Tahun kedua memberikan cerita yang berbeda kenapa aku akhirnya tidak pulang. Sepertinya waktu itu orangtuaku sedang dalam kondisi perekonomian yang tidak stabil. Dalam tingkatan itu aku merasa bahwa aku tidak punya hak lagi untuk memaksa. Tak perduli bagaimana pun kerasnya keinginanku untuk pulanh, ketika memang hal yang paling terpenting dari keselurhan diskusi ini (uang) tidak ada, semuanya berubah menjadi sia-sia. Aku pun akhinya memutuskan untuk menikawati waktuku dengan keluarga keduaku - teman-teman Indonesia di Izmir. Saat itu aku sudah tidak lagi berdomisili di Adana. Aku memutuskan untuk mendaftar universitas baru dengan jurusan baru, yaitu universitas dan jurusanku saat ini, CBÜ - Bahasa dan Sastra Inggris. Kami melewati liburan musim panas bersama, tinggal bersama, masak bersama dan juga jalan-jalan. Ketika melihat kebelakang saat ini, aku merasa bahwa hari-hari itu merupakan salah satu hari yang paling indah didalam hidupku.
Tahun ketiga ketika Bapak sudah menyanggupi kepulanganku secara materi, aku yang malah tidak siap pulang. Saat itu aku sedang dihadapkan pada situasi dilematis. Disatu sisi kalau aku pulang urusan visa, dokumen erasmus dan lain-lain akan terlantar. Namun disisi lain juga, hari kepulangan yang aku tunggu kini hadir. Aku tidak tahu apakah kesempatan ini akan hadir lagi. Setelah berdiakusi dengan bapak akhirnya kami sepakat bahwa fokus ke erasmus saja dulu. Tahun berikutnya baru pulang. Setelah membuat bapak berjanji, akhirnya aku pun tekad bahwa tidak ada pulang di musim panas 2015.
Baru lah sekarang, di summer 2016, keputusan pulang itu final. Tak ada lagi kendala. Pun ada kendala, kendala itu berhasil ditepis jauh-jauh. Tak akan ku biarkan seekor nyamuk pun menghalangi kepulanganku kali ini. Aku yakin Allah sangat ikut andil dalam suksesnya rencana kepulangan ini. Tanpanya semuanya sangatlah mustahil. Terimakasih Allah"
0 comments:
Post a Comment