courtesy of https://akubunda.wordpress.com/2012/01/24/tentang-gugur/ |
Satu hal yang
Hari sangat benci - Hari benci ketika digantung dan dihianati. Bagi Hari janji
tetaplah janji. Dan itu harus ditepati. Namun ketika ada satu hal lain yang
membuat janji itu terancam batal, Hari tetap saja tidak bisa di ajak kompromi.
Dia akan secara otomatis kesal dan mendumel.
Saat itu sudah
memasuki bulan Maret. Sebuah hukum perjalanan bahwa untuk mendapatkan tiket
pesawat yang murah meriah, tiket harus dibeli beberapa bulan lebih awal. Hari,
yang sejak awal tahun 2016 telah membayangkan hari kepulangannya, sudah sangat
siap menghadapi hari-hari pembelian tiket. "Ini saatnya nih mengabari
Bapak," ujar Hari. Dan hari pun menelpon Bapak mengabari hukup perjalanan
yang ia pelajari dari pengalamannya melakukan perjalanan selama empat tahun
terakhir ini.
Namun nihil,
bapak memberikan nada-nada yang tidak meyakinkan. Apakah ini pertanda bahwa
kepulangan kali ini juga akan gagal? Hari langsung berfikir negatif. Dan dia
pun mengancam Bapak "kalau begitu putuskan saja pak "pulang atau
tidak"? Saya tidak masalah kalau tidak pulang sama sekali. Tapi satu hal
yang pasti, kalau saya tidak pulang tahun ini, saya tidak akan pulang tahun
depan! Dan satu hal lagi, saya mau
keputusannya secepatnya, agar saya bisa mencari kegiatan lain untuk mengisi
liburan musim panas yang akan berlangsung selama empat bulan itu."
Bapak tentu
berusaha menenangkan Hari dengan mengatakan bahwa "Ia tahun ini kamu sudah
pasti pulang, tapi untuk masalah biaya transportasinya kami belum bisa kirim
sekarang." Lalu Hari kembali menjelaskan tentang hukum perjalanan. Dan
jawaban bapak atas penjelasan itu sangat membuat Hari kesal. "Tidak apa.
Sekalipun mahal yang penting kamu pulang." Jawaban itu sangat mengecewakan
bagi Hari, karena dari awal permasalahan yang menyebabkan Hari tidak bisa pulang selama empat tahun
adalah masalah keuangan. Dan tiba-tiba sekarang Bapak berbicara begitu. Ini
sungguh tidak logis menurut Hari. Hari menawarkan tiket pesawat promo yang
harganya jauh dibawah harga normal dan Bapak malah menawarkan membeli harga
biasa saja. Hari kembali berargumen "kalau kita bisa dapat harga murah,
kenapa harus mengeluarkan uang banyak pak?," dengan pasrah.
Hari sangat cepat
naik pitam. Kejadian seperti ini dengan cepat bisa membuat dia meluap-luap.
Luapan terbesar yang bisa keluar dari kejadian seperti ini adalah ucapan
seperti "ya sudah pak. Sekarang kita buat saja keputusan antara pulang
atau tidak? Bagi saya cara berbicara bapak telah menunjukkan tanda-tanda bahwa
kemungkinan untuk pulang tahun ini sangatlah minim. Dari pada saya berharap
banyak lalu akhirnya gagal, menurut saya lebih baik kita putuskan saja."
Hari menutup telepon dan berhenti menghubungi bapak selama berminggu-minggu.
Bagi Hari aksi yang dia ambil sangatlah beralasan. Walaupun sebenarnya hal yang
dia lakukan tidak sepenuhnya adil. Tapi Hari merasa bahwa jauh selama empat
tahun dari kedua orangtuanya telah merusak psikologinya "yang saya
harapkan hanyalah bertemu dengan mereka. Apakah itu salah?"
Ada alasan
mengapa Bapak berlaku demikian. Ternyata ada hal lain yang sedang terjadi
didalam keluarga. Kakak ketiga Hari tiba-tiba meminta izin untuk menikah. Bapak
tidak melarang keputusan itu sedikitpun. Dan tidak pernah pula Bapak mendikte
keputusan hidup anak-anaknya. Mulai dari masalah sekolah bahkan hingga
permasalah menikah seperti ini sekalipun. Tetapi dia ingin diberikan waktu.
Setidaknya hingga akhir tahun, karena anak kesayangannya akan pulang tahun ini.
Ayah juga sudah tidak sabar bertemu dengan anak kesayangannya. Betapa ayah
sudah menunggu hari-hari ketika Yusuf akhirnya bertemu dengan Ya'quf setelah
terpisahkan sangat lama. Hari sudah menyusun secara rapih cerita apa yang ia
akan sampaikan kepada ayah, tentang hari ketika ia ditenggelamkan kedalam
sumur. Tentang hari ketika ia mendekam di penjara karena fitnah. Dan hari itu
terancam gagal karena Randi. Betapa Hari akhirnya membayangkan bahwa Randi tak
ubahnya seperti kakak-kakak lelakinya nabi Yusuf yang telah membuatnya
merasakan banyak tantangan dalam hidup.
Randi sudah tidak
sabar ingin menikahi wanita pujaannya. Tidak perduli hal lain yang sedang
berlangsung dalam keluarga. Tiba-tiba Randi langsung melamar ke keluarga si
mempelai wanita tanpa sepengetahuan keluarga. Sehingga pernikahanpun tak
terelakkan. Ayah dengan terpaksa masuk kedalam panggung sandiwara yang
diciptakan oleh Randi. Dan melupakan keadaan Yusuf yang sedang merindukan
kebersamaan bersama keluarganya.
Diminggu-minggu
saat Hari menolak menelpon Bapak, ternyata Bapak juga tidak berusaha untuk
menelpon Hari. Kemungkinan besar Bapak sedang disibukkan oleh rencana
pernikahan Randi. Hari semakin kesal. Karena sebenarnya keputusannya mogok
nelpon hanyalah sebuah luapan kekesalan. Dalam lubuk hatinya Hari sangat ingin
menelpon dan beharap kondisi sudah membaik, dan bapak sudah mengantongi uang
untuk membeli tiket kepulangan Hari.
Dari saudaranya
Hari mendapatkan kabar bahwa Randi jadi menikah. Beberapa pihak keluarga pergi
menghantarkan Randi sebagai mempelai laki-laki ke rumah mempelai wanita. Dan
mereka pun resmi dinikahkan di bulan Maret itu.
Kekesalan Hari
bertambah. Pertama karena kepulangannya terancam gagal, dan kedua karena ia
merasa keberadaannya terhapus dari keluarga. Kenapa dalam acara sesakral ini
Hari tidak mendapatkan kabar sedikitpun. Setidaknya Hari bisa menguncapkan
beberapa doa. Doa agar mereka salalu dimabukkan oleh asramara cinta, sama
seperti ketika Zulaikha tergoda oleh ketampanan Yusuf.
Hari hanya bisa
terdiam. Dan menunggu akhir dari semua drama ini. Dan berharap semoga April,
bulan yang sengaja dipilih oleh Allah sebagai penanda musim semi, dapat
menyemaikan harapannya untuk pulang ke tanah air dan bertemu dengan keluarga
tercinta. Kepulangan ini bagi Hari bukan hanya sekeadar pulang, tapi jauh lebih
besar dari itu. Kepulangan ini adalah untuk menyemaikan rasa kekeluargaan yang
sepertinya pupus oleh empat tahun yang telah berlalu
0 comments:
Post a Comment