Jatuh Sakit di Negeri Orang





Menurut filosofi suku Gayo, ada empat hal dalam hidup ini dimana manusia tidak mampu memprediksi: perjalanan, rezeki, jodoh dan maut (langkah – rejeki – petemun – maut). Dalam arti lain, 1. Manusia tidak punya akses terhadap nasib di dalam perjalanan kehidupan didunia ini, manusia tidak bisa menduga perjalanan macam apa yang mereka akan tempuh didalam hidup ini. Bahkan kata “langkah-perjalanan” juga bisa bermakna gamblang, pejalanan sehari-hari. Kita tidak tahu apakah kita akan menginjak duri disepanjang perjalanan dan lain sebagainya. Tidak mengetahui nasib berbeda dengan tidak punya kendali sama sekali. Manusia punya kendali atas nasib yang akan menimpanya dengan cara berhati-hati dan siap sedia.

Poin pertama ini akan sangat berkenaan dengan tema tulisan saya kali ini. Saya akan menjabarkannya di paragraf selanjutnya.

Rezeki yang dimaksudkan juga bermakna sangat gamblang, bisa berupa kekayaan, skill, keturunan dan lain-lain. Manusia tidak bisa memprediksi apakah mereka akan menjadi seorang individu yang sukses di masa yang akan datang. Atau, apakah mereka akan terlahir dengan talenta yang unik yang hanya mereka yang tau. Atau, apakah mereka akan melahirkan keturunan yang baik (benih yang baik) yang akan menjadi penyelamat keluarga, agama dan bangsa. Manusia tidak akan bisa memprediksi semua ini. Namun! Namun manusia bisa sukses dengan usaha yang kuat, bisa melahirkan keturunan yang baik dengan mendidik mereka dengan baik pula, bisa memiliki talenta dengan berlatih.

Petemun atau jodoh juga begitu. Manusia tidak tau siapa yang akan menjadi jodohnya. Bisa saja teman sekelas di SMP yang kamu taksir beberapa tahun silam. Atau bisa aja orang yang tidak pernah terlintas dalam benakmu. Suatu hari kamu melakukan perjalanan ke kota A, dan tiba-tiba jatuh cinta dengan si Z dan BOOM, dia jodohmu. Tidak mengetahui siapa jodohmu bukan berarti kamu bisa diam saja, mununggu layaknya durian runtuh. Kamu harus usaha agar kamu mendapatkan jodohmu. Setidaknya usaha untuk berdoa agar jodohmu terlintas di depan matamu dalam seajaib apapun situasi itu.

Terakhir, maut atau kematian. Untuk poin terakhir ini, bukan saja kita tidak tau kapan kematian akan menjemput kita, kita juga tidak bisa berusaha untuk menjauh atau mendekat darinya. Namun ada satu hal yang bisa kita perbuat. Dengan memahami ide tentang hari akhir dan kehidupan setelah kematian, ini bisa membuat kita sedikit berusaha agar menjadi manusia yang lebih baik. Harapannya, tidak hanya untuk memiliki kehidupan didunia yang lebih harmonis dan menyenangkan, namun juga untuk kehidupan akhirat (keabadian) yang membahagiakan pula.

Keempat makna kehidupan yang kerap diulang-ulang dikomunitas masyarakat Gayo, tempat dimana saya tumbuh besar inilah yang mengingatkan saya akan kondisi saya beberapa hari kebelakang ini.

Setelah pulang dari kota Izmir akhir pekan lalu, saya merasa tidak enak badan. Asumsi saya, saya masuk angin biasa saja. Kebetulan waktu itu cuaca agak dingin. Dan selama saya menginap dirumah teman di Izmir, saya juga kedinginan. Jadi saya tidak terlalu memperdulikan. Sesampai di asrama saya minum soda. Biasanya minum soda bisa membantu mengeluarkan angin daridalam perut.

Beberapa hari setelahnya saya baru sadar kemungkinan penyebab saya sakit, si soda ini dan makanan pedas yang saya makan selama di Izmir. Iya, saya sakit asam lambung. Saya baru tahu penyakit saya hari ini setelah mengunjungi dokter. Itu pun setelah tiga hari menderita, perut panas seperti terbakar. Kenapa tunggu selama itu baru pergi ke dokter? Saya tidak ekspektasi bahwa akan separah ini. Hari pertama saya kita cuma sakit biasa yang akan berlalu begitu saja. Hari kedua juga masih heran-heran kok perut bisa sepanas ini. Hari ketika dimotivasi oleh rasa takut akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah saki. Awalnya coba pergi ke rumah sakit umum (milik pemerintah), namun karena antrian membludak akhirnya memutuskan untuk pergi ke rumah sakit milik kampus (swastra).

Disinilah bagian yang saya maksud tadi. Saya yakin kita semua familiar dengan pribahasa sedia payung sebelum hujan. Saya, malah sebaliknya, saya tidak perduli ada hujan, saya mau tetap jalan ada payung maupun tidak ada payung. Sekali dua kali, mungkin hujan tidak akan berefek terlalu berbahaya ketubuh kita. Namun kalau terlalu sering hujan pun bisa membuat kita sakit. Begitulah analoginya.

Ketika berbicara tentang hujan saya sebenarnya sedang mencoba menganalogikakan fungsi asuransi, atau sigorta, kata orang Turki. Saya tidak punya sigorta! Menakutkan sekaligus senang sih. Takut kalau tiba-tiba sakit dan harus kerumah sakit. Senang karena gak perlu bayar mahal. Saya Alhamdulillah jarang sakit. Kalaupun sakit bisanya cuma sakit kepala dan flue. Namun ada kemungkin juga kan seperti yang saya alami kali ini. Tiba-tiba sakit asam lambung kumat. Padahal terakhir sakit maag atau asam lambung itu pas MTs., gara-gara makanan di asrama yang gak jelas.

Alhasil saya harus bayar mahal tadi. Buat konsultasi ke dokter aja bayar 45TL, itu belum termasuk biaya tambahan kalau nanti kebetulan dokternya nyaranin ronsen, USG, cek darah dan lain-lain. Kalau gak punya asuransi semua cek-cek ini dibayar-bayar pertahapan. Untung tadi dokternya gak nyaranin periksa begituan. (Saya berasa untung dan anah sekaligus sih). Untung karena masalah keuangan. Aneh, masa dia gak cek perut saya sama sekali. Dia cuma tanya-tanya aja. Perut saya panas, saya burb-burb terus, dll. Terus kasih resep obat. Gitu aja. Padahal saya lebih milih buat di cek sih. Setidaknya cek tekanan darah kek gitu ya.

Hubungannya dengan langkah-rezeki-petemun-maut?

Sakit adalah hal yang bisa kita cegah. Sakit asam lambung, misalnya, bisa dicegah dengan makan teratur dan jangan makan makanan yang terlalu pedas. Saya jarang makan pedas selama di Turki. Setiaknya kalau makan makanan yang disediakan di asrama. Tapi kalau sudah ke Izmir pasti lah makan pedas. Nah ternyata kondisi perut saya sudah tidak sekuat dulu. Saya gak bisa makan pedas secara dadakan. Lambung saya yang sudah terbiasa dengan makanan normal, pas makan cabe gila atau abon cabe, langsung kaget. Ujung-ujungnya asam lambungnya meningkat kan. Kedua, masalah asuransi. Asuransi itu fungsinya kan sebagai kartu ajaib jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Coba aja saya punya asuransi jadi saya gak perlu keluar duit sebanyak hari in kan. Untuk ketemu dokter bayar 45TL, obat (saya cuma satu-satu kotak dulu) 37TL.

Harusnya saya lebih mengamalkan ajaran kehidupan yang diajarkan. insyaAllah kedepannya bisa mengamalakan ajaran-ajaran ini, agar tidak berakhir dengan jutaan pengandaian.




0 comments: