2020 : To Reflect and To Resolute



Jam 07:01 WIB. Tanggal 1/1/2020


Pergantian waktu kali ini berjalan sangat kasual. Tidak ada eforia sama sekali. Makan sore seperti biasa. Berhubung karena saya lagi di kampung, alhamdulillah bisa makan dan berkumbul bersama keluarga. Lalu, sepupu datang ingin konsultasi mengenai skripsinya. Kami berdiskusi mengenai kelanjutan skipsi yang sedang digarap dan judul-judul baru jika nantinya harus ganti topik.


Sejak kuliah dulu, ritual pergantian tahun yang ku lakukan adalah berefleksi dan membuat resolusi untuk tahun berikutnya. Saya biasanya melakukannya di detik-detik pergantian tahun. Berhubung karena sekarang sudah 2020 dan saya belum melakukan apa-apa, saya akan lakukan sekarang juga.


Refleksi 2019


Adulting : Menentukan Pilihan Hidup 

Di tahun 2019 saya banyak sekali melalui proses adulting, dimana saya harus melakukan hal-hal layaknya orang dewasa. Namun karena saya masih dalam masa transisi, akhirnya banyak proses adulting yang tidak berjalan dengan mulus.


Membuat keputusan hidup, misalnya, adalah salah satu hal yang harus dilakukan oleh orang dewasa dan saya berkesempatan untuk mengalami masa-masa dilematis karena harus menentukan pilihan.


Kebetulan di tahun 2018 saya dihadapkan pada pilihan sulit untuk memilih antara dua pilihan. Para pakar akan dengan tegas mengatakan bahwa dalam menentukan pilihan kita harus menggunakan nalar kita, bukan emosi kita. Namun, saya dengan gumpalan emosi yang tinggi malah memilih penuh dengan emosi. Akhirnya diakhir tahun 2018 hingga sekarang saya harus menuai buah dari pilihan saya tersebut.


Saya lulus beasiswa Australia Awards untuk melanjutkan S2 di tahun 2018. Jika saja saya tidak terbawa emosi, saya sudah kuliah mulai kuliah diawal tahun 2019 dan saat ini saya sudah semester 3. Apalah daya, saya memutuskan untuk defer, dan baru akan berangkan di tahun 2020 ini.


Adulting: Menentukan Karir

Karena defer, saya akhirnya bingung harus menghabiskan waktu 1 tahun untuk apa. Sebelum lulus AAS saya bekerja sebagai seorang guru. Walaupun menjadi seorang guru sangat rewarding emotionally, apalagi sekarang-sekarang ini ketika murid-murid yang dulu sempat saya ajar ngirim pesan berisi ucapan terima kasih. Tapi, saya merasa bahwa ambisi saya ada dibidang diplomasi. Apalagi ketika mengajar saya aktif menjadi couch debat dan MUN. Keinginan saya untuk mengejar impian untuk bekerja di bidang diplomasi dan development pun semakin besar. Akhirnya saat melamar AAS saya memutuskan untuk kembali ke jurusan yang dulu saya inginkan: Hubungan Internasional.


Di tahun 2019, saya banyak sekali belajar tentang dunia pembangunan. Saya berkesempatan untuk berpartisipasi di acara Annual Event IMF-World Bank di Bali tahun 2018, lalu ikut Youth Action Forum yang di selenggarakan oleh UID di tahun yang sama, namun puncaknya di awal tahun 2019 saya mendapatkan temporary position bekerja sebagai salah satu tim Happiness Festival, salah satu project UID dalam mengkampanyekan kehidupan bekerlanjutan (Sustainable Development Goals).


Dengan keterlibatan saya di project ini saya bertemu banyak sekali dengan komunitas dan orang-orang yang peduli pada isu-isu pembangunan. Mulai dari yang peduli terhadap lingkungan, pendidikan, community empowerment, women empowerment, sampai perdamaian dan mental health. 


Jujur, keikutsertaan saya pada event ini sedikit banyak memebentuk pola pikir saya tentang bagaimana harus menjalani hidup, yang tidak hanyak mementingkan ambisi pribadi tapi juga memastikan bahwa gaya atau pilihan hidup kita tidak merugikan alam dan masyarakat sekitar kita.
Salah satu istilah yang saya pelajari di tahun 2019 adalah social business atau social enterprise. Yang saya pahami dari konsep bisnis tersebut adalah bahwa dalam melakukan praktisi bisnis, si pelaku bisnis mementingkan kemajutan masyarakat dan keberlangsungan alam, bukan seperti antitesisnya (kapitalisme).


Bukan hanya membentuk pola pikir dan pola laku saya, terlibat di isu pembangunan juga membentuk pilihan karir saya. Untuk saat ini saya sangat berminat untuk bekerja dibidang pembangunan yang ada dalam pilar SDGs.


Kembali kepermasalahan pemilihan jurusan. Awalnya saya sudah sangat yakin untuk mengambil jurusan Hubungan Internasional / Peace and Conflict Studies di University of Queensland. Tetapi ternyata untuk mengambi dual degree, pendidikan saya sebelumnya harus linear dengan salah satu jurusan tersebut. Akhirnya saya ditawarkan untuk memilih salah satu dari kedua program tersebut. Setelah melakukan kontemplasi penjang, saya memutuskan untuk melajutkan kuliah di Australia National University jurusan Hubungan Internasional.



Resolusi 2020 

Beberapa hari lagi saya akan memulai petualangan baru dan petualangan ini akan berlangsung inshaaAllah selama 2 tahun. Harapan saya, academic journey selama 2 tahun itu dapat berlangsung lancar tanpa ada kendala yang cukup signifikan.

Bagian cliche-nya:

  • Kembali lagi jadi book nerd 
  • Lebih fit 
  • Maintain a proportional weight 
  • Find an internship during breaks (hopefully with UNHCR Australia in Canberra) 
  • Get a part-time job while studying 
  • Travel more
  • Volunteer more
  • Publish journal articles
  • Join diplomacy related workshop / conferences 

I chose to make a reflection and to make a resolution, because I believe that once you write down your dreams they have higher chances of becoming a reality. When your bother to write them down, it shows that you don't only talk shit but you really think about them and also think about ways to achieve them. Those are early stages. Next.... you take action!


Happy 2020! Hope we all become our better selves in this new year!

0 comments: