Vinnies dan Greenshed: Memerangi Krisis Ekologi 2

Courtesy of australia247.info


Postingan kali ini masih berbicara tentang metode penanggulangan krisis ekologi yang terapkan oleh kota Canberra atau lebih tepatnya masyarakat Canberra. Jika sebelumnya kita berbicara tentang Buy Nothing (untuk artikel lengkapnya silahkan baca disini), kali ini saya ingin sedikit membahas tentang dua social enterprises - Greenshed and Vinnies - yang sangat proaktif dalam misi melindungi pelanet bumi ini.

 

Bisa di katakan Greenshed dan Vinnies memiliki business model yang sama. Mereka mengumpulkan barang-barang bekas yang didonasikan oleh masyarakat. Barang-barang hasil donasi tersebut kemudian di sortir untuk memastikan bahwa barang-barang tersebut masih layak pakai. Selanjutnya barang-barang bekas yang masih layak pakai di jual kembali di toko-toko milik Vinnies dan Greenshed yang tersebar di sepanjang kota Canbeera dengan harga yang terjangkau. Barang-barang yang tersedia di toko Vennies antara lain seperti peralatan rumah tangga, baju, buku, sepeda dan lain-lain.

 

Dalam kata lain, banyak opsi untuk mendapatkan (membeli) barang-barang kebutuhan sehari-hari yang ramah lingkungan di Canberra. Dari pada harus membeli barang-barang baru, mungkin ada baiknya jika kita mencoba untuk beralih ke barang-barang pre-loved (istilah lain untuk barang bekas)?

 

Gerakan seperti ini bukanlah hal yang asing di Indonesia. Beberapa selebritas Indonesia seperti Andien memiliki gerakan sosial yang sama dengan platform sosialnya bernama Salur (berubah menjadi Setali). Namun, jangkauan gerekan seperti ini di Indonesia masih sangat terbatas.

 

Mungkin kita bisa belajar dari Greenshed dan Vinnies untuk bisa menghidupkan bisnis sosial seperti ini di Indonesia? 

 

Vinnies

 

Vinnies adalah organisasi sosial yang didirikan oleh komunitas St Vincent de Paul Society, sebuah organisasi keagamaan yang berbasis di Australia. Walaupun berbasis agama, organisasi ini sangat terbuka dengan perbedaan.

 

Selain mengelola usaha pre-loved, Vinnies juga sangat aktif dalam kegiatan sosial lainnya, seperti membagikan makanan gratis untuk orang-orang terlantar (homeless).

 

Vinnies juga menerima kesempatan untuk volunteer bagi pelajar atau masyarakat yang ingin menyisihkan waktunya untuk kegiatan sosial. Dalam proses volunteer ini juga mereka sangat terbuka. Semua kalangan bisa mendaftar. Dalam kata lain, tidak tertutup untuk anggota St Vincent de Paul Society saja.

 

Untuk saya pribadi Vinnies ini adalah destinasi untuk mencari buku bekas dan perlengkapan lain seperti selimut bekas (yang masih sangat layak pakai).

 



Green Shed

 

Berbeda dengan Vinnies yang tersebar di seluruh Australia, Green Shed hanya ada di kota Canberra. Jika Vinnies dikelolah oleh organisasi St Vincent de Paul Society, Green Shed bekerja sama dengan pemerintah Australian Capital Territory (ACT) dan menanggulangi permasalahan sampah (waste management).

 

Jumlah toko Green Shed di Canberra juga cukup terbatas. Hanya ada satu toko di pusat kota Canberra. Selebihnya ada dua pusat penanggulangan sampah di pinggiran kota Canberra yang juga bisa dikunjungi masyarakat untuk membeli barang bekas.

 

Bagi saya Green Shed ini adalah tempat untuk beli sepeda dan perlengkapan rumah tangga seperti meja, kursi dan sejenisnya. Tapi selain kedua barang ini, Green Shed juga menjual perlengkapan baju, buku dan lain-lain.

 


*****

 

Banyak sekali gerakan sosial yang tumbuh di Indonesia. Tetapi tidak kalah banyak juga yang putus di tengah jalan. Salah satu alasannya menurut saya adalah sistem finansial yang tidak sustainable. Benar, niat baik untuk membantu masyarakat dan menciptakan perubahan adalah modal yang sangat bernilai. Tetapi jika gerakan sosial tersebut tidak memiliki pendanaan yang berkelanjutan dan para pekerja tidak mendapatkan penghasilan, para ativitis yang awalnya memiliki idealisme yang kuat akhirnya harus berpikir realistis dengan mencari pekerjaan yang bisa membantu mereka bertahan hidup.

 

Mungkin kita bisa belajar dari Vinnies dan Green Shed yang juga bermula dari keinginan untuk membantu masyarakat dalam menciptakan perubahan. Saya yakin bahwa usaha-usaha mereka seperti menjual barang pre-loved adalah cara untuk lebih sustainable secara finansial. Dengan memastikan bahwa orang-orang yang ada dibalik niat positif ini bisa bertahan hidup secara finansial, akhirnya kegiatan sosial dan niat-niat baik tersebut bisa bertahan juga.

 

 

 


0 comments: