RENCANA HIDUP

This pic taken from Google.com

Beberapa hari ini aku susah tidur. Seperti biasa hal yang membuat susah tidur pasti pikiran tentang masa depan. Memikirkan kira-kira apa yang akan ku lakukan beberapa tahun kedepan. Apa yang akan ku ajarkan nanti ke Anak-anakku, dsb.  Walah-walah, belum melakuin apa-apa saja sudah mikirin masa depan.

Sejak SD Aku memang sudah terbiasa membuat plan masa depan. Untungnya orang tua ku juga sangat demokratis dalam hal pilihan hidup. Sejauh pilihan itu masih di batas kewajaran dan yang terpenting pilihan itu makes sense.

Caranya yaitu dengan melihat sekitar. Biasanya saya sudah punya rule model (dari kalangan keluarga atau orang yang saya kenal) yang saya jadikan acuan untuk mebuat keputusan itu.  Misalkan waktu SD ketika akan membuat keputusan melanjutkan SMP di mana,  Aku melihat orang sekitar yang layak di jadikan contoh siapa dan pengaruh dia setelah bersekolah disana bagaimana.

Jadilah Aku mengusulkan untuk bersekolah di ponpes A. Yang menjadi rule model waktu itu adalah kakak (cewek) anak tetangga. Sejauh yang ku lihat dia sangat sukses membuat orang-orang melihat dia sebagai orang bercitra baik. Tentu masyarakat akan menganggap bahwa si A telah sukses berkat didikan sekolah nya. Dan saya tertarik ditempa untuk menjadi orang sukses selanjutnya, kataku dalam hati.

Untuk meyakinkan keputusanku itu, sebulan sebelum benar-benar apply Aku di ajak orang tua untuk survey. Melihat keadaan lingkungan disana. Dan sukses. Belum apa-apa saja Aku sudah terkagum-kagum dengan bangunan asrama dan sekolahnya yang terbuat dari beton. Lebih hebat dari rumahku yang sudah hitam kusam terkena asap kayu bakar yang digunakan Ibuku untuk memasak sehari-hari. Belum lagi Nenekku yang tidur saja bersebelahan dengan api.
*Kampung halamanku itu letaknya di kaki gunung (Dataran Tinggi).  Hawa disana sangat dingin. Bisa dibilang seperi musim gugur  atau semi. Dikarena suhu dingin ini dibuatkanlah wadah yg digunakan untuk membuat api-apian (Api unggun versi mini) sebagai pengganti room hitter (calorifer) kalau dinegara maju. Tapi seiring dengan kemajuan zaman dan ketakutan akan hilangnya keindahan rumah (disebabkan asap) banyak orang yang telah meninggalkan kebiasaan ini. Mereka memilih kedinginan dan bersahabat dengan baju-baju tebal (jangan pernah membayangkan baju winter).

Normalnya pendidikan di pondok itu harus 6 tahun. Baru kelas 2 setara SMP, Aku sudah punya plan baru lagi. Aku ingin SMA di Banda Aceh, yang secara teritori adalah ibu kota provinsi Aceh. Tak tanggung-tanggung waktu itu Aku sangat berniat untuk masuk salah satu SMA paling diminati seprovinsi. SMA ini adalah kebanggaan pemerintah provinsi. Setiap tahunnya ada 700-an calon siswa yang beradu hanya
untuk mendapatkan 120 (waktu itu 2008) bangku yang tersedia.

Seperti yang telah kukatakan, aku pasti punya rule model. Kali ini yang jadi rule model adalah kakak kelasku. Sebenarnya 2 sekolah yang menjadi targetku, keduanya ada di Banda Aceh. Tapi sistem pendidkan sekolah yang satunya sama seperti di pesantren. Bahkan itu memang pesantren. Tapi yang ini berdaya saing tinggi dan namanya sudah buming dikalangan olimpiade dan debate-debate tingkat provinsi.

Sepertinya aku butuh atmosfer baru.
 
Seperti yang ku katakan, orantuaku sangat mendukungku dibidang pendidikan. Kali ini Aku juga langsung survey ke lokasi. Dalam waktu satu bulan kedepan Aku akan dititipkan di Banda Aceh ke Abang  (saudara sepupu) yang kebetulan sedang berkuliah disana. Untuk beradaptasi kata Ayah.

Kali ini Aku gagal untuk masuk SMA plat merah nomor 1 seprovinsi itu. Tapi Aku sudah keburu cerita keteman-teman di Pondok dan keguru-guru tentang masalah ini. Rasanya malu saja kalau tiba-tiba mukaku masih terpampang disana. Akhirnya Aku apply lagi d SMA-SMA umum yang tidak berasrama. Waktu itu ada satu pilihan lagi sekolah berasrama yang menjadi rival SMA nomer 1 tadi. Masalahnya dari informasi yang ku dapat, masa seleksi siswa baru sudah usai. Namanya pemenangnya saja sudah terpampang jelas.

Ah.. mungkin nasibku memang beda. Aku bersama saudara sepupuku mencoba mendatangi sekolah-sekolah umum di Banda Aceh. Hampir semua sekolah yang unggul kami datangi. Sampai-sampai SMK juga, tapi Aku merasa tidak expert di SMK. Pandangan kuno ku tentang SMK juga menjadi salah satu alasannya. Dulu bayangan yang ada dipikiranku ketika dengar kata SMK adalah mesin dan pertanian.

Sekarang Aku berada di salah satu SMA. Aku sangat tertarik dengan program yang disediakan sekolah itu. Program percepatan. SMA hanya 2 tahun. Ini gila pikirku, kalau aku bisa ikut program itu. Alih-alih mau daftar ternyata orang-orang lagi ujian. Pendaftaran untuk program umum juga sudah tutup.

Beralih lagi ke SMA lain. Kali ini SMA-nya sangat megah bertingkat-tingktan sampai lantai 6. Ketika hendak mendaftar ternyata sulit untuk calon siswa yang berasal dari luar kota. Harus punya rujukan dari pemerintah kabupaten. Gugurlah niatku jadi siswa sekolahelit ini.

Sampai akhirnya aku sekolah di tempat yang tak pernah ada ekspektasi ku sama sekali. Melihat bangunannya saja Aku tidak selera. Tapi saudara sepupuku meyakinkan, sekolah ini bagus kok dengan segala evidence yang dia berikan. Aku mengiyakan.
Namun ternyata pada akhirnya sangat berkesan. Dengan teman-teman yang aku dapatkan sana, semua sangat membantu proses pembentukan jati diri. Pengalaman tinggal dikos-kosan dan lain sebagainya.

Masa SMA ini Aku masih tidak bisa melepaskan kebiasaan berplanning . Disaat kelas 2, Aku sudah terpikir tentang kuliah. Otakku seolah punya sayap. Mereka ingin menerbangkan badangku kepulau Jawa, Joga tepatnya. Aku sangat amaze dengan predikat kota Pendidikan yang digelar Jogja. Keinginan ini pun kusampaikan ke orangtua. Yang paling setuju adalah Ayah. Ibu, ragu dengan keuangan. Nenek takut dengan jarak yang begitu jauh. Kata-kata andalannya untuk menahannku adalah "Kamu nanti tidak bisa lihat Saya lagi".

Alih-alih ke Jogja saya malah kepincut dengan beasiswa yang ditawarkan salah satu organisi asal Turki untuk berkuliah disana. Padahal untuk menentukan Jogja sebagai pilihan, Aku telah research melalui internet sejak SMA kelas 2. Menghubungi orang yang berkuliah di Jogja yang tidak aku kenal sama sekali. Sedangkan ini baru datang 3 bulan sebelum kelulusan SMA dan Aku seperti terpelet.  Informasi seluk-beluk organisasi ini saja saya belum jelas. Ntahlah... Terkadang plan juga punya anak. Plan A, Plan B.. dst..

Membuat planing hidup sangatlah penting. Aku pernah menonton Kick Andy yang saat itu bintang tamunya adalah pemilik warung Pecel Lele Lela yang terkenal dan sudah punya banyak cabang di Jakarta juga dibeberapa kota lain di Indonesia. Yang saya sangat kagumi adalah kata-kata yang ia pegang teguh. Sedikit banyaknya isi kata-katanya begini "Buatlah rencana hidupmu, atau kamu akan hidup diatas rencana orang lain selamnya". Kata-kata inilah yang menjadi mantranya untuk berwirausaha. Merasa cocok denganku kini kuadoptasi menjadi mantraku juga.

Mari tentukan jalan hidup kita sendiri!!

0 comments: