Mengunjungi kota Ankara
dipertengahan bulan Desember bukanlah sebuah keputusan yang bijak. Besar kemungkinan
kota Ankara akan putih diselimuti salju. Kalaupun tidak, sama saja – kota Ankara
akan tetap menjadi kota yang akan memberikan sedikit penderitaan hidup. Dan penderitaan
itu adalah berupa kedinginan.
Tidak ada pilihan bagi saya
waktu itu. Saya yang sudah sejak akhir musim panas lalu menunda-nunda untuk
memproses penggantian paspor, akhirnya menyerah. Salah satu faktör yang membuat
saya menyerah adalah harga tiket pesawat yang lumayan murah. Juga ketakutan
saya akan perasanyaan nyaman: nyaman untuk menunda sesuatu sehingga akhirnya
berubah ke lupa. Lupa, seperti halnya yang kita ketahui semua, adalah sebuah
musuh nyata kehidupan. Lupa telah membuat seorang anak muda berbakat dari
selatan pulau B kehilangan kesempatan untuk menjadi seorang pelukis yang hebat.
Lalu hari itu pun tiba, hari
dimana saya akan menaiki pesawat Pegasus yang akan menerbangkan saya ke kota Ankara.
Pesawat itu ditargetkan terbang pada pukul 11.10 malam, yang berarti saya
terpaksa harus menginap di Bandara. Semua moda transportasi di Ankara selesai
pukul 12. Kalau pun bis shuttle beroperasi 24 jam, sama saja. Kenalan kami di Ankara
berdomisili jauh dari pusat kota. Dan kami pun menginap di Bandara EÅŸenboÄŸa.
Pagi hari jam 7 pagi kami
menaiki bus shuttle menuju Kızılay, pusat keramain Ankara, dimana ada jutaan
manusia mondar mandir setiap menitnya. Dari sini kami langsung menuju kedutaan
besar Indonesia da memproses paspor. Proses selesai kini saatnya kami menunggu.
Karena jam menunggu lumayan lama kami pun meutuskan untuk mencari makan untuk
menghabiskan waktu. Namun ketika kami menyadari bahwa bahkan setelah makan pun
jam menunggu masih lama, kami memutuskan untuk maÅŸuk kedalam sebuah mesjid
besar dan mewah. Saya kehilangan ingatan akan nama mesjid itu. Namaun yang
jelas mesjid itu adalah mesjid termegah yang pernah saya kunjungi. Definisi megah
dalam kamus saya adalah ketika pengunjung diberikan kewenangan menggunakan
kamar kecil tanpa dipungut biaya dan tentunya ketika air hangat mengalir
didalam mesjid itu. Kau akan sadar betapa berharganya air panas ketika
mengunjungi Ankara dibulan Desember.
Jam tiga, masih ada satu jam
untuk pengambilan paspor, namun kami memutuskan untuk mencoba keberuntungan
kami, siapa tahu saja paspor sudah jadi lebih awal dari waktu yang ditentukan. Benar
saja, pada saat kami tiba di kantor KBRI paspor sudah jadi. Kamipun bergegas
menuju kızılay, tempata dimana kami berjanji untuk bertemu dengan teman.
Sebenarnya kami bisa saja
memutuskan untuk mengunjungi rumah mereka langsung. Namun berpikir bahwa
pesawat kami selanjutnya adalah esok pagi jam 6.30, kami pun memutuskan untuk
menginap di bandara lagi. Lalu beginilah gambaran perjalan ke Ankara disaat
musim dingin. Tidak ada kegiatan mengunjungi atraksi turis. Bukan hanya karena
cuaca kota Ankara yang dingin. Namun juga karena memang tidak ada yang bisa
dilihat di Ankara. Semua tempat wajib dikunjungi di Ankara telah saya kunjungi
sebelumnya seperti makan bapak pendiri Turki, Atatürk, dan juga benteng Ankara.
Sehari dua malam di kota
Ankara yang patut dikenang. Kombinasi tiket murah, cuaca yang dingin, dan
paspor baru.
0 comments:
Post a Comment