Ngalor-Ngidul di Pengujung 2016

courtesy of http://www.weareart.ru
Dan tiba-tiba kita sudah berada dipenghujung 2016 saja. Waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru saja kita nyaman mengucapkan 2016 (dua ribu enam belas) tanpa keceplosan mengucapkan tahun yang sudah lewat, 2015. Dan sebentar lagi kita harus belajar mengatakan 2017 (dua ribu tujuh belas) dengan benar. Jangan sampai salah ucap 2016 disetiap percakapan. Dan tanpa kita sadari 2017 juga akan hilang dalam hitungan detik.

Nada opening line line saya memang cliche, namun begitu lah adanya. Waktu berjalan begitu cepat. Kemana 22 tahun hidup ku berlalu? Sudah hidup diatas bumi begitu lama, namun belum melakukan banyak hal. Belum meraih apa-apa. Setidaknya kamu belajar sesuatu kan selama 22 tahun hidup mu?

Sejak kecil saya selalu bingung mengapa orang-orang kerap megatakan kalimat sepeti, "sekarang maunya udah di SMP, tapi pas di SMP maunya balik ke SD lagi," atau "sekarang pingin masuk SMA, tapi pas udah di SMA maunya blik ke SMP lagi." Saya tidak pernah memiliki perasaan seperti itu. Sejak kecil saya selalu menanti kehadiran masa depan, tanpa menyeseli hari yang sudah berlalu. Namun jujur kali ini saya sangat takut bahkan grogi dalam menghadapi 2017, tahun yang akan menjadi penutup lembaran buku kehidupan yang sudah saya jalani selama empat tahun lebih ini.

Saya masih saya yang dulu. Selalu menyediakan rencana masa depan. Bedanya dengan saya saat ini, saya tidak punya rasa percaya diri yang tinggi. Saya cenderung beranggapan bahwa saya in one way or another pasti akan melewati terowongan gelap dulu baru sampai pada ujung yang terang. Saya sadar bahwa hidup memang begitulah adanya. Saya hanya tidak siap jika itu berulang berkali-kali.

Tanpa berniat untuk mengglorifikasi uang, tapi bayangkan saja anak orang kaya mereka hanya perlu rencana yang manta lalu semuanya akan berjalan dengan yang diinginkan. Lah kita, rencana mantap namun itu saja tidak cukup. Harus mencari lembaga yang siap untuk menyokong secara finansial agar rencana itu bisa berjalan dengan lancar.

Jujur saya sering melewati masa dimana rasanya saya tidak akan mampu bertahan namun berkat izin Allah saya bisa melewati masa itu. Saya tidak punya apa-apa waktu itu. Namun waktu membuktikan hingga saat ini saya baik baik-baik saja. Saya masih berada dalam peron kereta tanpa diterjang keluar oleh petugas pengawas. Dari pengalaman ini saya harusnya belajar untuk YAKIN. Saya belajar untuk yakin. Tapi naluri manusiaku tetap saja hadir. Ragu, kurang percaya diri, takut dll.

Ini mengingatkanku pada salah satu topik mata kuliah Literary Theory yang mengajarkan tentang Psychology. Didalam ilmu psikologi, Sigmund Freud, bapak ilmu psikilogi, menjelaskan bahwa dalam sistem psyche manusia ada tiga hal yang beradu mendapatkan pehatian: Id, Ego dan Superego. Id, bagian dari psyche yang ketika menginginkan sesuatu harus dipenuhi secepatnya. Ego, berapa pada alam sadar kita, dan juga mengikuti hukum yang berlangsung didalam kehidupan. Namun begitu Ego selalu harus menjaga keseimbangan. Kalau tidak keadaan psikologi akan menjadi buruk. Superego, berfungsi sebagai moral kompas.

Jadi bayangkan saya ID adalah setan yang selalu menggodamu untuk melakuka hal-hal yang di larang, Superego mengontrolmu untuk tidak megikuti ajakan Id, dan Ego bertugas untuk menstabilisasi kedua deman ini.

Hubungannya dengan pembicaraan tadi? Rasa yakin datang dari Superego misalkan, lalu si Id dengan jahatnya menanamkan rasa ragu-ragu didalam benakku. Karena kondisi Psyche saya sedang tidak bagus, akhir Ego saya gak stabil deh. Saya jadi berada diantara yakin dan ragu-ragu.

%%%%%%%%

Saya nggak tau apa yang saya tulis. Tapi keinginin dalam diri saya terlalu kuat, sehingga saya tidak mau menyia-nyiakan komputer kosong yang ada dimeja perpus. Lahirlah tulisan yang random ini.

Dua hari menuju 2017

0 comments: